Lombok Barat (ANTARA) - Produk vanili organik yang dihasilkan oleh para petani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), diminati pasar global seiring dengan tren konsumsi pangan bebas residu kimia sebagai bentuk gaya hidup ramah lingkungan.
"Penambahan usia harapan hidup dengan mengonsumsi makanan bergizi dan nonpolutan dari pestisida memberi peluang bagi petani untuk memproduksi (vanili organik)," kata Sekretaris Daerah Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi dalam kegiatan pelepasan ekspor vanili dan mutiara laut, di Kantor Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan NTB, Lombok Barat, Rabu.
Vanili organik dibudidayakan oleh para petani dengan standar khusus tanpa penggunaan obat-obatan kimia untuk menghadapi serangan ulat ataupun serangga pengganggu tanaman.
Baca juga: NTB menggencarkan penanaman vanili organik untuk pasar ekspor
Gita berpesan kepada para petani agar selalu mengedepankan unsur 3K (kualitas, kuantitas, dan kontinuitas) dalam melakukan budidaya vanili organik serta menjaga kepercayaan pembeli.
"Saya mohon kepada petani agar disiplin terhadap standar termasuk yang ditentukan oleh Badan Karantina," ujarnya.
Saat ini budi daya tanaman vanili secara organik belum dikembangkan secara optimal di NTB, padahal budi daya organik tanpa pupuk dan obat-obatan kimia tidak terlalu sulit.
Pemilik Usaha Dagang (UD) Rempah Organik Lombok Muhir Mahsun Bidah mengatakan dirinya telah mengekspor vanili organik ke luar negeri selama 15 tahun. Luas lahan vanili organik hanya 168,80 hektare dengan jumlah petani bersertifikat sebanyak 135 orang.
"Kegiatan ini (ekspor vanili organik) kami bisa lakukan berkelanjutan tidak lepas dari dukungan kawan-kawan, terutama petani-petani hebat yang berada di lereng gunung, mereka tinggal di pedesaan," kata Muhir.
Baca juga: Petani NTB kembangkan tanam vanili organik
Vanili organik dari Lombok telah bersandar internasional yang diakui dunia dengan jumlah produksi berkisar enam ton produk kering dalam setahun. Harga vanili organik tiga kali lipat lebih mahal ketimbang harga vanili biasa.
Muhir menuturkan setiap satu kilogram vanili organik kering dihargai sekitar Rp1,8 juta, sedangkan vanili biasa hanya sekitar Rp600 ribu. Sedangkan, harga vanili organik basah paling ideal mencapai Rp100-250 ribu per kilogram dan vanili biasa hanya sekitar Rp45 ribu per kilogram.
"Dalam setahun bisa panen dua kali. Daerah sentra vanili organik ada di Lombok Utara dan Lombok Timur," ujarnya lagi.
Baca juga: Amerika Serikat meminta vanili organik kering sebanyak 23 ton dari NTB
Pada 9 Oktober 2024, Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan NTB melepas ekspor dua komoditas unggulan berupa vanili organik senilai Rp6 miliar untuk tujuan Amerika Serikat dan mutiara laut senilai Rp11 miliar tujuan Australia.
Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan NTB Agus Mugiyanto mengatakan pihaknya memberikan kemudahan bagi eksportir dalam mendapatkan sertifikat untuk keperluan ekspor. Komoditas ekspor harus dipastikan sehat dan bebas dari hama serta penyakit.
"Karantina itu mudah, dan karantina itu murah sesuai dengan moto kami karantina semakin kuat, kompeten, unggul, amanah, dan tangguh," kata Agus pula.
Baca juga: NTB ekspor pengiriman 1 ton vanili ke Amerika Serikat
Baca juga: Unram-BTNGR bersinergi bina petani kembangkan agrowisata vanili organik
Baca juga: BI NTB mendorong pengembangan vanili organik berstandar ekspor
Baca juga: BI NTB memperkuat klaster vanili organik di kaki Gunung Rinjani