Pemprov NTB siapkan SOP mitigasi turis saat terjadi bencana alam

id gempa lombok 2018,mitigasi bencana,sop mitigasi bencana,gempa bumi ntb,nusa tenggara barat,pemprov ntb

Pemprov NTB siapkan SOP mitigasi turis saat terjadi bencana alam

Sekretaris Daerah NTB Lalu Gita Ariadi di Kantor Gubernur NTB, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyiapkan prosedur operasional standar atau SOP yang menjadi pedoman dalam memitigasi dan mengevakuasi para wisatawan saat terjadi bencana alam.

Sekretaris Daerah NTB Lalu Gita Ariadi mengatakan gempa darat berkekuatan 6,4 magnitudo yang mengguncang Pulau Lombok pada 29 Juli 2018 menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah daerah dalam mengelola pariwisata.

"Kami harus ada SOP bagaimana mengevakuasi wisatawan ketika bencana terjadi," ujarnya dalam pernyataan di Mataram, Selasa.

Gita menuturkan Nusa Tenggara Barat merupakan daerah kepulauan yang memiliki banyak destinasi pariwisata mulai dari wisata bawah laut, pantai, hingga mendaki gunung.

Baca juga: BPBD tekankan pentingnya antisipasi dan mitigasi bencana di NTB

Ketika gempa bumi terjadi sewindu lalu, banyak wisatawan yang berada di pulau-pulau kecil maupun puncak Gunung Rinjani mengalami trauma mendalam. Mereka memutuskan segera meninggalkan Nusa Tenggara Barat menuju ke daerah aman, seperti Bali, Jawa, dan luar negeri demi menghindari bencana susulan.

Menurutnya, situasi saat itu terbilang rumit karena belum ada pedoman khusus untuk memitigasi bencana di objek wisata.

"Jangan sampai kita semua panik, kita menyelamatkan diri, keluarga, dan masyarakat, tetapi tamu-tamu yang kita undang tidak kita atensi dengan baik," kata Gita.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa penyusunan pedoman mitigasi bencana di kawasan wisata masih menjadi pekerjaan rumah. Pemerintah daerah harus bekerja sama dengan agen pariwisata, asuransi, hotel, hingga maskapai dalam mengevakuasi wisatawan.

Melalui prosedur operasional standar, imbuh Gita, pemerintah daerah secara spesifik menyiapkan berbagai langkah evakuasi dan mitigasi para wisatawan yang berada di berbagai destinasi pariwisata di Nusa Tenggara Barat.

Baca juga: Lombok Utara susun roadmap penanganan bencana

Berdasarkan catatan pemberitaan sebelumnya bahwa gempa darat berkekuatan 6,4 magnitudo terjadi pukul 06.47 WITA, pada 29 Juli 2018. Episentrum gempa terletak di 47 kilometer arah laut Kota Mataram dengan kedalaman 24 kilometer.

Sepekan setelah kejadian itu pada 5 Agustus 2018, pukul 19.46 WITA, gempa lebih besar mengguncang Pulau Lombok dengan kekuatan 7,0 magnitudo. Pusat gempa darat itu berada di 18 kilometer arah barat laut Lombok Timur dengan kedalaman 15 kilometer.

Ratusan orang tewas, puluhan ribu orang terluka, ratusan ribu orang mengungsi, dan puluhan ribu rumah rusak akibat serangkaian gempa bumi yang terjadi di kaki Gunung Rinjani tersebut.

Setahun pasca bencana gempa bumi, Nusa Tenggara Barat ikut terdampak pandemi COVID-19 selama sekitar dua tahun dari akhir 2019 sampai 2021. Musibah beruntun itu menurunkan angka kunjungan wisatawan secara signifikan.

Pada pertengahan Maret 2022, perhelatan perdana balapan MotoGP di Sirkuit Mandalika yang berada di Lombok Tengah membuka harapan baru bagi Nusa Tenggara Barat untuk kembali menarik minat wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Baca juga: BPBD antisipasi potensi bencana saat pertandingan MotoGP Mandalika
Baca juga: Dinsos siapkan empat langkah dalam hadapi kekeringan di NTB