Lombok Timur (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat memperkuat pertanian klaster vanili organik di kaki Gunung Rinjani, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, agar bisa meningkatkan volume ekspor.
"Vanili merupakan komoditas yang menjanjikan untuk masa depan petani yang lebih baik karena pasar ekspornya luas, tapi produksi masih terbatas," kata Kepala Perwakilan BI NTB Heru Saptaji, di sela kegiatan penguatan klaster vanili di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Jumat.
Ada tiga kelompok petani pembudidaya vanili organik yang diberikan penguatan, yakni Kelompok Petani Gerok Sokong, orong Pentereng, di Kecamatan Sembalun, dan Kelompok Petani Tanjung Biru dari Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.
Jumlah petani yang terlibat dalam tiga kelompok tersebut sebanyak 99 orang dengan luas areal tanam mencapai 186 hektare, yang tersebar di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, dan Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.
Saat ini, kapasitas produksi vanili organik yang dapat dihasilkan sesuai kualifikasi ekspor hanya tujuh ton basah atau setara kering satu ton. Namun, potensi sebenarnya adalah 15 ton basah atau dua ton vanili kering.
"Kuantitas, kualitas dan kontinuinitas produksi ini menjadi kendala sehingga untuk mengisi pasar ekspor yang masih relatif luas belum bisa terpenuhi," ujarnya.
Kantor Perwakilan BI NTB bersama dengan Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram memfasilitasi para petani vanili organik untuk mendapatkan pengetahuan tentang bibit vanili varietas unggul dan teknologi budi daya organik yang baik.
Pengetahuan tersebut diberikan oleh peneliti tanaman vanili dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Heru menambahkan pelatihan para petani vanili organik tersebut juga melibatkan eksportir vanili dari UD Rempah Organik Lombok. Pelaku usaha yang juga menjadi mitra petani itu memberikan pengetahuan tentang cara pengolahan vanili sehingga bernilai ekonomi tinggi.
"Kami berinisiatif memberikan pelatihan karena melihat sisi hulu (petani) yang memproduksi butuh sentuhan pengembangan," ujarnya.
Selain dari sisi teknologi budi daya, kata dia, pihaknya juga mendorong hilirisasi yang dapat dihasilkan adalah vanili "bean" (polong) dan "gourmet" (vanili terbaik).
Sebab, prospeknya relatif tinggi karena petani bisa menghasilkan produk gourmet apabila menggunakan pola tanam intensif dan terjaga (greenhouse).
"Harga satu ton vanili kering terbaik bisa mencapai Rp4 miliar. Kalau produksinya bisa mencapai lima ton, maka puluhan miliar uang akan berputar di kaki Gunung Rinjani dari vanili saja. Karena itu, mari kita bersama-sama mewujudkan dari Sembalun untuk NTB Gemilang, untuk Indonesia maju," katanya.
Berita Terkait
Kemarin, dampak Gunung Lewotobi, Malaysia promosi pariwisata hingga janji paslon hapus utang petani
Kamis, 14 November 2024 9:39
BSI dukung penegakan hukum kasus KUR di Bertais-Mandalika
Rabu, 13 November 2024 23:52
Wisatawan batal ke NTB dampak letusan Lewotobi
Rabu, 13 November 2024 20:18
BP2MI gagalkan keberangkatan belasan Calon PMI ilegal di Bandara Lombok
Rabu, 13 November 2024 19:46
Belasan pelajar bolos di Lombok Timur diamankan Satpol PP
Rabu, 13 November 2024 18:48
Kejati NTB ungkap modus tersangka offtaker dapat untung di kasus KUR BSI
Rabu, 13 November 2024 18:18
Badan Pariwisata Malaysia promosi wisata di NTB
Rabu, 13 November 2024 17:57
Rohmi-Firin perjuangkan penghapusan utang petani di NTB
Rabu, 13 November 2024 17:42