Sebanyak 490 wisatawan nikmati surga bawah laut Gili Banta di ujung timur NTB

id Gili Banta, Kabupaten Bima, Pariwisata,Pulau Tak Berpenghuni,Kunjungan Wisatawan

Sebanyak 490 wisatawan nikmati surga bawah laut Gili Banta di ujung timur NTB

Tampak sejumlah kapal wisatawan sedang berada di Gili Banta Kabupaten Bima. Karena keindahan alam dan pesona bawah lautnya, pulau tak berpenghuni yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Komodo, NTT ini banyak di kunjungin wisatawan. (ANTARA/Instagram@bppbdntb)

Bima (ANTARA) - Sebanyak 490 wisatawan nikmati surga bawah laut Gili Banta di ujung timur Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Terhitung sejak 1 Januari hingga 31 Juli 2025, sebanyak 490 wisatawan telah masuk dan menikmati keindahan Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Banta," kata Kepala BLUD UPTD Balai Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (BPSDKP) Bima-Dompu, Yuliati Basri kepada ANTARA, Senin.

Ia menjelaskan, jumlah itu terdiri dari 339 wisatawan mancanegara (Wisma) dan 159 wisatawan nusantara (Wisnus).

"Rata-rata wisatawan menginap dan tinggal minimal tiga hari," ungkapnya.

Yuliati menuturkan, ini merupakan data resmi perdana yang dirilis. Sebelumnya, kapal-kapal wisata sering masuk tanpa laporan karena belum ada tarif tanda masuk yang diatur.

"Kondisi ini berubah setelah Perda No. 2 Tahun 2024 tentang Retribusi dan Pajak Daerah mulai berlaku, disertai sosialisasi ke pelaku wisata," ujarnya.

Baca juga: Perahu pemancing dihantam ombak hingga karam di Perairan Gili Banta Bima

Sejak awal 2024, lanjutnya, tim BLUD gencar melakukan sosialisasi ke kapal-kapal wisata di Labuan Bajo, Pulau Kelapa, Sangiang, hingga Gilibanta.

“Kesadaran pemilik kapal dari Labuan Bajo dan operator tur sangat membantu kami dalam menerapkan aturan tanda masuk Kawasan Konservasi sesuai Permen KP RI No. 31 Tahun 2020,” terangnya.

Menurutnya, capaian ini bukan hanya soal jumlah wisatawan. Bagi pengelola, kepatuhan para pelaku wisata dari NTT hingga NTB membuat pendataan kini rapi dan transparan.

"Ini berarti bukan hanya pemasukan retribusi, tetapi juga kontrol terhadap keberlanjutan ekosistem," ungkap Yuliati.

Baca juga: Tim SAR Mataram cari korban tenggelam di Gili Banta

Dengan penegakan aturan masuk dan sinergi bersama pelaku wisata, Gili Banta berpotensi menjadi ikon ekowisata bahari NTB, sejajar dengan Taman Nasional Komodo di NTT.

"Ayo kunjungi surga bawah laut paling timur NTB, bawa pulang kenangan, tinggalkan hanya jejak kaki, dan jaga lautnya untuk generasi berikutnya,” pungkas Yuliati.

Diketahui, selama di Gilibanta, wisatawan bisa menikmati lebih dari sekadar panorama laut yakni menyelam di taman karang alami, berenang bersama ikan pari, hingga menjelajah pantai pasir putih yang nyaris tanpa jejak manusia.

Gili Banta adalah pulau cantik tak berpenghuni dengan luas 43.750 hektar berada tepat di Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. Pulau ini, tempat bertemunya dua arus samudera yakni Hindia dan Pastik.

Karena berada di dua perairan samudera, sehingga arusnya sangat kuat, memiliki formasi terumbu karang yang mempesona dan ragam biota laut yang menggagumkan. Dimana gerombolan ikan besar dan kecil seolah traveling dari laut pasifik ke laut Hindia dan sebaliknya. Pulau ini, berbatasan langsung dengan Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo, NTT.

Baca juga: Bupati Bima : Festival Sangiang Api ajang promosi wisata bahari dan budaya
Baca juga: Festival Sangiang Api 2025 ajang promosi wisata 'terpanas' di Bima
Baca juga: Menparekraf mengupayakan tradisi pacuan kuda di Bima masuk wisata nasional

Pewarta :
Editor: Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.