Mataram (Antara Mataram) - DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) khawatir maskapai penerbangan Jetstar Airways meninggalkan rute Perth (Australia)-Lombok (Indonesia), jika penumpang masih tetap kurang dari 70 persen hingga beberapa bulan ke depan.
"Informasinya awal-awal penerbangan dari Perth ke Lombok hanya mengangkut 60 penumpang, dan dari Lombok ke Perth hanya delapan orang penumpang, dari kapasitas 150 orang," kata Sekretaris Komisi II DPRD NTB Mori Hanafi, di Mataram, Selasa.
Terhitung 24 September 2013, Jetstar melayani rute baru Perth-Lombok, dengan jadwal penerbangan empat kali seminggu yakni setiap Selasa, Kamis, Jumat dan Minggu.
Jadwal keberangkatan dari Perth ke Lombok pukul 08.35 waktu setempat, dan jadwal dari Lombok ke Perth setiap pukul 14.40 Wita dengan lama penerbangan 3 jam 40 menit.
Sejauh ini penerbangan Jetstar rute Perth-Lombok sudah delapan kali, namun jumlah penumpang masih sangat minim, belum mendekati 70 persen "load factor".
Mori mengatakan, sangat mungkin Jetstar meninggalkan rute baru itu jika penumpangnya tetap minim dalam beberapa bulan ke depan, karena perusahaan penerbangan merugi.
"Keluhan ini sempat mengemuka dalam pertemuan makan malam dengan manajemen Jetstar, beberapa hari lalu, yang juga dihadiri Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin, selain kami dari DPRD NTB," ujarnya.
Menurut Mori, manajemen Jetstar menghendaki dukungan "market fund" dari pemerintah daerah di NTB, yang nilainya sekitar Rp1 miliar setahun, untuk mendukung keberlanjutan rute penerbangan langsung Perth-Lombok itu.
Namun, dukungan dana Rp1 miliar itu bukan untuk menutupi kerugian maskapai penerbangan akibat kurangnya penumpang, melainkan sebagai bentuk dukungan terhadap keberlanjutan rute penerbangan itu.
Pemprov NTB menyediakan anggaran untuk pembiayaan promosi pariwisata melalui Jetstar, sedangkan Jetstar mempromosikan potensi pariwisata antara lain melalui travel magazine, baliho, billboard, online advertising, sosial network, SMS broadcasting dan media lainnya.
"Pada dasarnya kami dari Komisi II DPRD NTB (bidang ekonomi dan keuangan), menyetujui dukungan `market fund` sebesar Rp1 miliar per tahun untuk promosi pariwisata melalui Jetstar," ujarnya.
Dia mengemukakan alasan pentingnya dukungan "market fund" untuk Jetstar, yakni rute penerbangan Perth-Lombok berdampak positif terhadap kemajuan sektor pariwisata di wilayah NTB.
Penumpang Jetstar rute Perth-Lombok itu umumnya wisatawan mancanegara, sehingga jika keberlanjutan rute penerbangan itu tidak dijaga, maka dikhawatirkan NTB akan kesulitan mendapatkan rute penerbangan langsung dari negara lainnya, jika hanya berorientasi sektor pariwisata.
"Jangan sampai Jetstar kabur dari rute Perth-Lombok itu, karena nanti akan dijadikan contoh jika hendak memperjuangkan rute penerbangan langsung dari negara lainnya. Makanya, NTB perlu alokasikan `market fund` sebesar Rp1 miliar per tahun itu mulai 2014," ujarnya.
Mori mengaku akan serius membahas pengalokasian "market fund" melalui Jetstar itu, jika tim anggaran Pemprov NTB mengajukannya dalam rancangan APBD NTB 2014. (*)
"Informasinya awal-awal penerbangan dari Perth ke Lombok hanya mengangkut 60 penumpang, dan dari Lombok ke Perth hanya delapan orang penumpang, dari kapasitas 150 orang," kata Sekretaris Komisi II DPRD NTB Mori Hanafi, di Mataram, Selasa.
Terhitung 24 September 2013, Jetstar melayani rute baru Perth-Lombok, dengan jadwal penerbangan empat kali seminggu yakni setiap Selasa, Kamis, Jumat dan Minggu.
Jadwal keberangkatan dari Perth ke Lombok pukul 08.35 waktu setempat, dan jadwal dari Lombok ke Perth setiap pukul 14.40 Wita dengan lama penerbangan 3 jam 40 menit.
Sejauh ini penerbangan Jetstar rute Perth-Lombok sudah delapan kali, namun jumlah penumpang masih sangat minim, belum mendekati 70 persen "load factor".
Mori mengatakan, sangat mungkin Jetstar meninggalkan rute baru itu jika penumpangnya tetap minim dalam beberapa bulan ke depan, karena perusahaan penerbangan merugi.
"Keluhan ini sempat mengemuka dalam pertemuan makan malam dengan manajemen Jetstar, beberapa hari lalu, yang juga dihadiri Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin, selain kami dari DPRD NTB," ujarnya.
Menurut Mori, manajemen Jetstar menghendaki dukungan "market fund" dari pemerintah daerah di NTB, yang nilainya sekitar Rp1 miliar setahun, untuk mendukung keberlanjutan rute penerbangan langsung Perth-Lombok itu.
Namun, dukungan dana Rp1 miliar itu bukan untuk menutupi kerugian maskapai penerbangan akibat kurangnya penumpang, melainkan sebagai bentuk dukungan terhadap keberlanjutan rute penerbangan itu.
Pemprov NTB menyediakan anggaran untuk pembiayaan promosi pariwisata melalui Jetstar, sedangkan Jetstar mempromosikan potensi pariwisata antara lain melalui travel magazine, baliho, billboard, online advertising, sosial network, SMS broadcasting dan media lainnya.
"Pada dasarnya kami dari Komisi II DPRD NTB (bidang ekonomi dan keuangan), menyetujui dukungan `market fund` sebesar Rp1 miliar per tahun untuk promosi pariwisata melalui Jetstar," ujarnya.
Dia mengemukakan alasan pentingnya dukungan "market fund" untuk Jetstar, yakni rute penerbangan Perth-Lombok berdampak positif terhadap kemajuan sektor pariwisata di wilayah NTB.
Penumpang Jetstar rute Perth-Lombok itu umumnya wisatawan mancanegara, sehingga jika keberlanjutan rute penerbangan itu tidak dijaga, maka dikhawatirkan NTB akan kesulitan mendapatkan rute penerbangan langsung dari negara lainnya, jika hanya berorientasi sektor pariwisata.
"Jangan sampai Jetstar kabur dari rute Perth-Lombok itu, karena nanti akan dijadikan contoh jika hendak memperjuangkan rute penerbangan langsung dari negara lainnya. Makanya, NTB perlu alokasikan `market fund` sebesar Rp1 miliar per tahun itu mulai 2014," ujarnya.
Mori mengaku akan serius membahas pengalokasian "market fund" melalui Jetstar itu, jika tim anggaran Pemprov NTB mengajukannya dalam rancangan APBD NTB 2014. (*)