Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Bima di Provinsi Nusa Tenggara Barat menggerakkan seluruh komponen dalam masyarakat untuk bekerja bersama menurunkan angka kasus stunting di wilayahnya melalui Program "Keroyok Stunting".
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers Pemerintah Kota Bima yang diterima di Mataram, Senin, Wali Kota Bima H Muhammad Lutfi menyampaikan bahwa kolaborasi dan sinergi semua unsur dalam pemerintah serta masyarakat dibutuhkan untuk menurunkan angka kasus stunting.
"Saya ingin semangat kita untuk menurunkan stunting di Kota Bima ini tidak hanya datang dari Dinas Kesehatan, tapi juga dari berbagai instansi dan elemen masyarakat yang ada," katanya.
Dia mengatakan bahwa angka kasus stunting di Kota Bima pada akhir Desember 2022 mencapai 14,6 persen, menurun dari 16,7 persen lima bulan sebelumnya.
Menurut dia, angka itu masih lebih tinggi dari prevalensi stunting di Kabupaten Bima yang wilayahnya lebih luas dibandingkan dengan Kota Bima.
Prevalensi stunting di Kabupaten Bima, ia melanjutkan, pada kurun yang sama sudah berada di angka 13,3 persen.
Oleh karena itu, Wali Kota mengatakan, Program "Keroyok Stunting" dijalankan untuk mempercepat penurunan angka kasus stunting di Kota Bima.
Program "Keroyok Stunting" mencakup kegiatan edukasi dan penyuluhan dengan sasaran remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan suami siaga.
"Saya berharap agar para kader-kader puskesmas yang berada di wilayah cakupan masing-masing dapat bersungguh-sungguh dalam program ini, sehingga pada 2024 stunting kita berada di angka tujuh persen," kata Wali Kota Bima.
Sementara itu, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bima dr. H Faturrahman menyampaikan pentingnya edukasi mengenai pencegahan pernikahan dini, pemenuhan kebutuhan gizi ibu dan bayi, serta upaya menghindarkan ibu dan anak dari serangan penyakit dalam upaya penanggulangan stunting.
"Suami siaga hari diberikan edukasi untuk tidak merokok di dalam rumah agar bayi terhindar dari penyakit sesak napas dan sebagainya," katanya.
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers Pemerintah Kota Bima yang diterima di Mataram, Senin, Wali Kota Bima H Muhammad Lutfi menyampaikan bahwa kolaborasi dan sinergi semua unsur dalam pemerintah serta masyarakat dibutuhkan untuk menurunkan angka kasus stunting.
"Saya ingin semangat kita untuk menurunkan stunting di Kota Bima ini tidak hanya datang dari Dinas Kesehatan, tapi juga dari berbagai instansi dan elemen masyarakat yang ada," katanya.
Dia mengatakan bahwa angka kasus stunting di Kota Bima pada akhir Desember 2022 mencapai 14,6 persen, menurun dari 16,7 persen lima bulan sebelumnya.
Menurut dia, angka itu masih lebih tinggi dari prevalensi stunting di Kabupaten Bima yang wilayahnya lebih luas dibandingkan dengan Kota Bima.
Prevalensi stunting di Kabupaten Bima, ia melanjutkan, pada kurun yang sama sudah berada di angka 13,3 persen.
Oleh karena itu, Wali Kota mengatakan, Program "Keroyok Stunting" dijalankan untuk mempercepat penurunan angka kasus stunting di Kota Bima.
Program "Keroyok Stunting" mencakup kegiatan edukasi dan penyuluhan dengan sasaran remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan suami siaga.
"Saya berharap agar para kader-kader puskesmas yang berada di wilayah cakupan masing-masing dapat bersungguh-sungguh dalam program ini, sehingga pada 2024 stunting kita berada di angka tujuh persen," kata Wali Kota Bima.
Sementara itu, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bima dr. H Faturrahman menyampaikan pentingnya edukasi mengenai pencegahan pernikahan dini, pemenuhan kebutuhan gizi ibu dan bayi, serta upaya menghindarkan ibu dan anak dari serangan penyakit dalam upaya penanggulangan stunting.
"Suami siaga hari diberikan edukasi untuk tidak merokok di dalam rumah agar bayi terhindar dari penyakit sesak napas dan sebagainya," katanya.