Mataram (ANTARA) - Bila kita membicarakan kisah yang terkandung dalam sebuah lagu berkaitan dengan bagaimana upaya seorang pelantun lagu untuk menyampaikannya kepada penyimaknya. Juga berkaitan dengan seorang perupa yang berusaha menginterpretasikannya lewat karya gambarnya.
Tentu itu berarti ada satu topik yang coba dibunyikan dan digambarkan lewat rasa imajinasi, yang tentu artinya semua itu juga melibatkan subyektivitas sisi estetikanya masing-masing.
Di Lepas Pantai Padang Bai, adalah, situasi ketika kisah ini dimulai dari atas kapal yang sudah melampaui sebidang selat berlayar dari pelabuhan Lembar di Lombok. Kini tengah tertahan berhenti dan berada di tengah laut yang sudah dekat dengan Pelabuhan Padang Bai di pulau Bali.
Baca juga: Mini Album "Sisi Lain" penyanyi asal Lombok didengar di 30 negara
Baca juga: SiSasa, antara "Disihir dan Menyihir"
Kapal tertahan karena padatnya antrian untuk bersandar menepi di pelabuhan Padang Bai Bali.
Pengalaman penantian ini mungkin memang belum pernah dialami SiSasa seperti apa yang disampaikannya dalam sebuah obrolan di YS Podcast milik bang Yusron Saudi beberapa Minggu yang lalu, sehingga SiSasa pun mencoba ber-imajinasi dengan kapasitas yang ada. Entah seperti apakah itu.
Mungkin saja dia coba mulai masuk merasakannya dengan membayangkan Lenggang lenggok tarian Bali menyambut tamu yang baru saja tiba di pulau Dewata ini dengan bertelanjang kaki di jalanan Kuta.
Jika memang begitu, itu pun menarik sebagai imajinasi yang hadir untuk menguatkan cara pandang "surealis". Lagu ini yang memang dari awal diniatkan Ary Juliyant mencoba menawarkan siapapun memunculkan keliaran dalam memahami lagu ini dan tak perlu berujung dengan kesimpulan yang realistis.
Di Lepas Pantai Padang Bai pun akan diceritakan kembali dengan gaya yang berbeda oleh AZZURA yang adalah seorang Perupa.
Tampaknya dia ingin memasukkan SiSasa menjadi bagian dari kisah di pelabuhan laut ini yang tengah melamun dari kejauhan dengan gambar realis semacam gaya dekoratif hitam putih.
Bagi saya ini pun menarik. Sebab akhirnya Di Lepas Pantai Padang Bai tak perlu harus selalu dijelaskan secara faktual, sekali pun pada kenyataannya ide penulisan lagu ini berangkat dari sebuah ekspresi kejenuhan lelah menghadapi persoalan pelayanan fasilitas publik yang terabaikan saat itu.
Sebuah karya seni memiliki banyak celah untuk dimasuki dan diolah difahami ataupun diterjemahkan kembali dengan bahasa yang berbeda menjadi inspirasi baru lainnya.
Semoga ke depannya SiSasa akan lebih berani membaca karya-karya dengan kacamata yang lebih bebas sesuai dengan rasa yang tak merasa dipaksakan.
Bagi saya SiSasa luar biasa sudah berani mulai mencoba mengenal dan memasuki ruang rasa yang belum pernah berada di dalamnya.
Sementara di sisi lain, AZZURA membangun sebuah rasa yang juga berbeda. Menarik.
Penulis
Ary Juliyant (Pelaku seni dan budaya di Pulau Lombok dan penggagas Konser Gerilya)
Tentu itu berarti ada satu topik yang coba dibunyikan dan digambarkan lewat rasa imajinasi, yang tentu artinya semua itu juga melibatkan subyektivitas sisi estetikanya masing-masing.
Di Lepas Pantai Padang Bai, adalah, situasi ketika kisah ini dimulai dari atas kapal yang sudah melampaui sebidang selat berlayar dari pelabuhan Lembar di Lombok. Kini tengah tertahan berhenti dan berada di tengah laut yang sudah dekat dengan Pelabuhan Padang Bai di pulau Bali.
Baca juga: Mini Album "Sisi Lain" penyanyi asal Lombok didengar di 30 negara
Baca juga: SiSasa, antara "Disihir dan Menyihir"
Kapal tertahan karena padatnya antrian untuk bersandar menepi di pelabuhan Padang Bai Bali.
Pengalaman penantian ini mungkin memang belum pernah dialami SiSasa seperti apa yang disampaikannya dalam sebuah obrolan di YS Podcast milik bang Yusron Saudi beberapa Minggu yang lalu, sehingga SiSasa pun mencoba ber-imajinasi dengan kapasitas yang ada. Entah seperti apakah itu.
Mungkin saja dia coba mulai masuk merasakannya dengan membayangkan Lenggang lenggok tarian Bali menyambut tamu yang baru saja tiba di pulau Dewata ini dengan bertelanjang kaki di jalanan Kuta.
Jika memang begitu, itu pun menarik sebagai imajinasi yang hadir untuk menguatkan cara pandang "surealis". Lagu ini yang memang dari awal diniatkan Ary Juliyant mencoba menawarkan siapapun memunculkan keliaran dalam memahami lagu ini dan tak perlu berujung dengan kesimpulan yang realistis.
Di Lepas Pantai Padang Bai pun akan diceritakan kembali dengan gaya yang berbeda oleh AZZURA yang adalah seorang Perupa.
Tampaknya dia ingin memasukkan SiSasa menjadi bagian dari kisah di pelabuhan laut ini yang tengah melamun dari kejauhan dengan gambar realis semacam gaya dekoratif hitam putih.
Bagi saya ini pun menarik. Sebab akhirnya Di Lepas Pantai Padang Bai tak perlu harus selalu dijelaskan secara faktual, sekali pun pada kenyataannya ide penulisan lagu ini berangkat dari sebuah ekspresi kejenuhan lelah menghadapi persoalan pelayanan fasilitas publik yang terabaikan saat itu.
Sebuah karya seni memiliki banyak celah untuk dimasuki dan diolah difahami ataupun diterjemahkan kembali dengan bahasa yang berbeda menjadi inspirasi baru lainnya.
Semoga ke depannya SiSasa akan lebih berani membaca karya-karya dengan kacamata yang lebih bebas sesuai dengan rasa yang tak merasa dipaksakan.
Bagi saya SiSasa luar biasa sudah berani mulai mencoba mengenal dan memasuki ruang rasa yang belum pernah berada di dalamnya.
Sementara di sisi lain, AZZURA membangun sebuah rasa yang juga berbeda. Menarik.
Penulis
Ary Juliyant (Pelaku seni dan budaya di Pulau Lombok dan penggagas Konser Gerilya)