Mataram (ANTARA) - Kepergian Wali Kota Mataram 2010-2021 TGH Ahyar Abduh membawa duka di semua kalangan tidak hanya di kalangan pejabat pemerintah, namun juga di kalangan warga dan jemaahnya.
Hasil pantauan ANTARA di lokasi pemakaman di Masjid Riyadhus Sholihin Lingkungan Perigi, Kelurahan Dasan Agung, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Rabu, menyebutkan, kecintaan masyarakat terhadap sosok pemimpin sekaligus guru bagi warga itu dibuktikan dengan kegiatan shalat jenazah yang dilakukan hingga 50 kali, dan diimami oleh sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat.
"Shalat jenazah terakhir atau ke 50 diimami TGH Muammar Arafat," kata Ketua RT 4 Lingkungan Perigi Kelurahan Dasan Agung, Ismail.
Baca juga: Mantan Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh meninggal
Baca juga: Mantan Wali Kota Mataram Ahyar Abduh akan dimakamkan di Dasan Agung
Baca juga: Profil mantan Wali Kota Mataram TGH Ahyar Abduh
Setelah dishalatkan 50 kali, jenazah Wali Kota Mataram dua periode tersebut dibawa menuju ke pemakaman keluarga yang berada tepat di depan mimbar masjid Masjid Riyadhus Sholihin Lingkungan Perigi.
Proses pemakaman Wali Kota Mataram ke-4 yang meninggal di usia 63 tahun itu diiringi dengan zikir dan dihadiri ribuan warga tidak hanya warga Kota Mataram, melainkan juga warga luar Kota Mataram sehingga bagian dalam masjid, halaman, hingga sepanjang Jalan Gunung Sasak Dasan Agung, dipadati warga.
Salah seorang warga yang hadir dalam pemakaman Sumiati mengatakan, sosok TGH Ahyar Abduh merupakan sosok yang tenang dan sabar.
"Setelah selesai menjabat wali kota, beliau buka pengajian di masjid. Hingga akhirnya dikabarkan sakit, dan meninggal," katanya.
Sementara Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Kota Mataram Lalu Martawang yang sudah mendampingi TGH Ahyar Abduh selama 27 tahun dalam pemerintahan mengatakan, beliau merupakan sosok yang pandai dalam berbahasa.
"Kami banyak mendapat kutipan-kutipan bahasa untuk memotivasi para ASN," katanya.
Salah satu kutipan yang paling diingat adalah "jangan biarkan matahari tenggelam tanpa makna" yang artinya manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk kegiatan-kegiatan positif.
Wali Kota Mataram dua periode itu dinyatakan meninggal dunia pada sekitar pukul 16.07 Wita di ICU Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada Selasa (4/4-2023) atau tepat dengan Hari Ulang Tahun Istrinya Hj Suryani Ahyar Abduh.
Wali Kota Mataram yang lahir 20 Oktober 1960 itu meninggalkan enam orang anak, satu istri, dan tiga cucu.
Hasil pantauan ANTARA di lokasi pemakaman di Masjid Riyadhus Sholihin Lingkungan Perigi, Kelurahan Dasan Agung, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Rabu, menyebutkan, kecintaan masyarakat terhadap sosok pemimpin sekaligus guru bagi warga itu dibuktikan dengan kegiatan shalat jenazah yang dilakukan hingga 50 kali, dan diimami oleh sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat.
"Shalat jenazah terakhir atau ke 50 diimami TGH Muammar Arafat," kata Ketua RT 4 Lingkungan Perigi Kelurahan Dasan Agung, Ismail.
Baca juga: Mantan Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh meninggal
Baca juga: Mantan Wali Kota Mataram Ahyar Abduh akan dimakamkan di Dasan Agung
Baca juga: Profil mantan Wali Kota Mataram TGH Ahyar Abduh
Setelah dishalatkan 50 kali, jenazah Wali Kota Mataram dua periode tersebut dibawa menuju ke pemakaman keluarga yang berada tepat di depan mimbar masjid Masjid Riyadhus Sholihin Lingkungan Perigi.
Proses pemakaman Wali Kota Mataram ke-4 yang meninggal di usia 63 tahun itu diiringi dengan zikir dan dihadiri ribuan warga tidak hanya warga Kota Mataram, melainkan juga warga luar Kota Mataram sehingga bagian dalam masjid, halaman, hingga sepanjang Jalan Gunung Sasak Dasan Agung, dipadati warga.
Salah seorang warga yang hadir dalam pemakaman Sumiati mengatakan, sosok TGH Ahyar Abduh merupakan sosok yang tenang dan sabar.
"Setelah selesai menjabat wali kota, beliau buka pengajian di masjid. Hingga akhirnya dikabarkan sakit, dan meninggal," katanya.
Sementara Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Kota Mataram Lalu Martawang yang sudah mendampingi TGH Ahyar Abduh selama 27 tahun dalam pemerintahan mengatakan, beliau merupakan sosok yang pandai dalam berbahasa.
"Kami banyak mendapat kutipan-kutipan bahasa untuk memotivasi para ASN," katanya.
Salah satu kutipan yang paling diingat adalah "jangan biarkan matahari tenggelam tanpa makna" yang artinya manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk kegiatan-kegiatan positif.
Wali Kota Mataram dua periode itu dinyatakan meninggal dunia pada sekitar pukul 16.07 Wita di ICU Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada Selasa (4/4-2023) atau tepat dengan Hari Ulang Tahun Istrinya Hj Suryani Ahyar Abduh.
Wali Kota Mataram yang lahir 20 Oktober 1960 itu meninggalkan enam orang anak, satu istri, dan tiga cucu.