New York (ANTARA) - Indeks-indeks saham utama Wall Street beragam pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan S&P 500 dan Nasdaq merosot setelah gelombang data ekonomi yang lemah memperdalam kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve yang cepat dapat menyebabkan ekonomi AS masuk ke dalam resesi.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 80,34 poin atau 0,24 persen, menjadi menetap di 33.482,72 poin. Indeks S&P 500 tergelincir 10,22 poin atau 0,25 persen, menjadi berakhir di 4.090,38 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpangkas 129,46 poin atau 1,07 persen, menjadi ditutup pada 11.996,86 poin.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumer non-primer dan industri masing-masing turun 2,04 persen dan 1,3 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor utilitas naik 2,57 persen, merupakan kelompok berkinerja terbaik.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan Rabu (5/4/2023) bahwa PMI (Indeks Manajer Pembelian) jasa-jasa AS turun menjadi 51,2 persen pada Maret dari 55,1 persen pada Februari. Laporan tersebut menyoroti ekspansi sektor jasa-jasa tetapi meleset dari perkiraan para analis. Di tempat lain, perusahaan jasa penggajian ADP mengatakan bahwa penggajian swasta AS naik 145.000 pada Maret, turun dari 261.000 pada Februari dan jauh di bawah perkiraan para ekonom sebesar 210.000.

Laporan tersebut muncul sehari setelah data yang menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan AS pada Februari turun menjadi 9,9 juta, level terendah sejak Mei 2021. Laporan situasi ketenagakerjaan AS Maret yang diawasi lebih ketat, yang akan mencakup data ketenagakerjaan dari sektor swasta dan pemerintah, dijadwalkan akan dirilis pada Jumat (7/4/2023) oleh Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja.

Kerugian Wall Street baru-baru ini sebagai reaksi terhadap tanda-tanda perlambatan ekonomi menandai perubahan dari beberapa bulan terakhir, ketika investor menyambut data ekonomi yang lemah atas dasar bahwa itu mungkin berarti kenaikan suku bunga Fed berhasil dan bahwa Fed dapat melonggarkan kampanyenya untuk mengendalikan inflasi yang tinggi selama puluhan tahun.

"Kita mungkin telah beralih dari anggapan bahwa 'berita buruk adalah kabar baik' menjadi 'berita buruk adalah berita buruk'," kata Jay Hatfield, kepala eksekutif dan manajer portofolio di InfraCap di New York. "Ketakutan akan resesi adalah tema yang dominan."

Baca juga: Wall Street ditutup beragam, S&P 500 menguat saham minyak
Baca juga: Wall Street berakhir turun tajam

Nvidia Corp turun 2,1 persen dan merupakan salah satu saham yang paling membebani S&P 500 setelah unit Google Alphabet Inc mengatakan superkomputer yang digunakannya untuk melatih model kecerdasan buatannya lebih cepat dan lebih hemat daya daripada komponen sebanding yang dibuat oleh pembuat cip itu.

Tesla Inc jatuh 3,7 persen, sementara Amazon dan Apple turun lebih dari 1,0 persen, menarik turun Nasdaq dan membalikkan keuntungan di beberapa perusahaan paling berharga di Wall Street dalam beberapa minggu terakhir. Caterpillar yang dipandang sebagai penentu arah untuk sektor industri, turun 1,8 persen, membawa kerugiannya selama dua hari terakhir menjadi 7,0 persen karena investor mengkhawatirkan potensi penurunan ekonomi.
 

 

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024