Mataram (ANTARA) - Seorang mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat masih tetap bertahan untuk tinggal di Sudan meski sudah berusaha di evakuasi oleh Pemerintah Indonesia untuk kembali ke tanah air.

"Informasinya tinggal satu warga NTB yang masih ada di sana (Sudan, red). Tapi sudah berada di tempat yang aman," kata Gubernur NTB, Zulkieflimansyah di Mataram, Rabu.

Baca juga: 23 WNI korban konflik Sudan tiba di NTB

Gubernur mengaku Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri sudah berusaha mengevakuasi. Hanya saja, Nadier, nama mahasiswa tersebut enggan kembali ke tanah air karena merasa memiliki pengalaman saat tinggal di Yaman yang juga dalam kondisi konflik.

"Diminta untuk pulang tidak mau karena merasa sudah memiliki pengalaman di Yaman. Jadi pengalaman di Timur Tengah sudah ada, jadi dia ngerti. Tapi kita tidak bisa paksa juga tapi yang lain-lain sudah pulang," katanya.

Menurut Bang Zul sapaan akrab Gubernur NTB, pemerintah provinsi (Pemprov) tidak pernah memberikan persetujuan atau pun merekomendasikan beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke Sudan.

"Beasiswa itu ada dua, satu inisiatif Pemprov dan inisiatif dari teman-teman sendiri. Tapi saya tidak terlampau merekomendasikan kalau Sudan ini. Karena tingkat ekonomi Sudan dibanding Indonesia, jauh lebih baik Indonesia," ujarnya.

Meski demikian, pihaknya juga tidak melarang apabila ada mahasiswa asal NTB yang ingin melanjutkan kuliah di mana pun, termasuk Sudan.

"Memang ada aspirasi masyarakat yang ingin memiliki pengalaman di sana. Kita tidak bisa memaksa. Tapi kalau bisa kita bantu, ya, kita bantu untuk sekolah," katanya.

Sebelumnya, sebanyak 42 orang Warga Negara Indonesia (WNI) asal NTB sudah kembali ke NTB dari Sudan.

"Sebanyak 42 WNI asal NTB dari Sudan sudah ada di tanah air bersama eks Sudan lainnya yang di tampung sementara di Asrama Haji Jakarta. Di bawah koordinasi Kantor Penghubung NTB di Jakarta, hari ini 23 orang di pulangkan ke NTB dalam 2 kloter dari tiga kloter yang direncanakan," kata Sekretaris Daerah (Sekda) NTB, Lalu Gita Ariadi.*



 

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024