Mataram (ANTARA) - Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) memamerkan koleksi terbaru benda-benda bernilai budaya dan sejarah yang diperoleh secara hibah dari Kesultanan Sumbawa.
Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam mengatakan saat pelantikan Datu Raja Muda pada akhir Mei 2024 lalu Museum NTB diberikan delapan koleksi Kesultanan Sumbawa.
"Koleksi itu sekarang kami letakkan di dalam vitrin Kerajaan Sumbawa yang sudah ada sebelumnya," kata Nuralam di Mataram, Rabu.
Baca juga: Museum Negeri NTB gelar pameran alat rumah tangga untuk kurangi plastik
Kesultanan Sumbawa terbentuk pada 30 November 1648. Wilayah kekuasaan kesultanan itu berada di Pulau Sumbawa bagian barat, yaitu Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Sebagai suatu imperium berdaulat, Kesultanan Sumbawa mempunyai regalia sebagai lambang kebesaran kesultanan tersebut. Regalia yang ada dalam bahasa Sumbawa disebut Parewa Kamutar.
Adapun koleksi yang kini dipamerkan di Museum NTB menggambarkan regalia Kesultanan Sumbawa, yaitu foto Sultan Muhammad Kaharuddin IV, replika keris baruwat, topi Sultan Sumbawa, salepa, pakebas, dan daftar sultan serta riwabatang Kesultanan Sumbawa sejak tahun 1648 sampai sekarang.
Baca juga: Museum Bahari gelar pameran eksplorasi sejarah
Nuralam mengungkapkan peresmian vitrin Kesultanan Sumbawa memiliki artinya tentang memberikan kepercayaan kepada pemberi hibah bahwa koleksi yang dihibahkan kepada Museum NTB dimanfaatkan sesuai dengan maksud dari hibah tersebut.
"Peresmian (vitrin) memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa hajat mereka untuk menghibahkan benda dapat kami jaga dengan baik," ucapnya.
Guru Besar Antropologi Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Muhammad Saleh Eding mengatakan upaya yang dilakukan oleh Museum NTB berupa memamerkan koleksi hibah dapat memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap museum sebagai tempat terbaik untuk menyimpan dan merawat benda-benda bernilai sejarah.
Baca juga: Museum Negeri NTB ungkap pentingnya pembentukan museum daerah
Menurut dia, ketika benda-benda budaya dibawa ke museum, maka masyarakat luas bisa melihat dan menikmati koleksi secara lebih mudah. Apalagi Museum NTB berada di Kota Mataram yang merupakan ibu kota NTB.
"Mereka tidak perlu datang ke Sumbawa untuk melihat pusaka Kesultanan Sumbawa, mereka cukup datang ke sini. Museum adalah tempat perjumpaan kebudayaan yang digagas agar masyarakat tahu tentang sejarah masa lalu," kata Saleh.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Sumbawa, Iskandar mengapresiasi keseriusan Museum NTB dalam merawat dan menempatkan benda-benda Kesultanan Sumbawa sebagai salah satu wadah ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
"Sumbawa sekarang sudah bergerak sampai ke penetapan cagar budaya, lalu didukung oleh museum untuk menyimpan koleksi dan memublikasikannya. Saya kira itu semangat yang saling mendukung dan bagus," pungkas Iskandar.