Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengoptimalkan program pengolahan lahan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi setiap tahun agar target produksi yang ditetapkan pemerintah pusat sebesar 25.000 ton bisa tercapai.
"Jumlah target produksi padi tahun 2023 ditetapkan pemerintah pusat sama dengan tahun 2022, karena pada tahun 2022 produksi padi di Mataram tidak mencapai target dengan realisasi 22.400 ton dari target 25.000 ton," Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kota Mataram Umar Ismail di Mataram, Rabu.
Menurutnya, kondisi itu terjadi karena lahan sawah di Kota Mataram setiap tahun terus menurun yang disebabkan tingginya alih fungsi lahan pertanian untuk berbagai kepentingan masyarakat.
Bahkan di dari Januari sampai Mei 2023, alih fungsi lahan sudah terjadi sekitar 7 hektare untuk pembangunan berbagai fasilitas baik itu perumahan, perkantoran, maupun pendidikan.
Data terakhir sisa lahan pertanian di Kota Mataram seluas 1.472,71 hektare dari 1.479,72 hektare pada tahun 2022, dan itu pun termasuk lahan milik pengembang perumahan.
"Petani di Mataram masih banyak juga yang sewa lahan," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, untuk mengoptimalkan produksi padi di Mataram akan dilakukan upaya peningkatan pendampingan, pembinaan, serta menerapkan program pengolahan tanah.
Pengolahan tanah dalam hal ini, katanya, termasuk pemupukan, pengendalian hama, pengendalian dengan pupuk cair organik bebas kimia. Program pengolahan tanah ini bisa mempengaruhi pertumbuhan padi, sehingga dapat mengoptimalkan produksi.
"Karena itu, kami terus memotivasi dan komunikasi dengan petani agar tidak terlena dengan lahan yang terus berkurang," katanya.
"Jumlah target produksi padi tahun 2023 ditetapkan pemerintah pusat sama dengan tahun 2022, karena pada tahun 2022 produksi padi di Mataram tidak mencapai target dengan realisasi 22.400 ton dari target 25.000 ton," Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kota Mataram Umar Ismail di Mataram, Rabu.
Menurutnya, kondisi itu terjadi karena lahan sawah di Kota Mataram setiap tahun terus menurun yang disebabkan tingginya alih fungsi lahan pertanian untuk berbagai kepentingan masyarakat.
Bahkan di dari Januari sampai Mei 2023, alih fungsi lahan sudah terjadi sekitar 7 hektare untuk pembangunan berbagai fasilitas baik itu perumahan, perkantoran, maupun pendidikan.
Data terakhir sisa lahan pertanian di Kota Mataram seluas 1.472,71 hektare dari 1.479,72 hektare pada tahun 2022, dan itu pun termasuk lahan milik pengembang perumahan.
"Petani di Mataram masih banyak juga yang sewa lahan," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, untuk mengoptimalkan produksi padi di Mataram akan dilakukan upaya peningkatan pendampingan, pembinaan, serta menerapkan program pengolahan tanah.
Pengolahan tanah dalam hal ini, katanya, termasuk pemupukan, pengendalian hama, pengendalian dengan pupuk cair organik bebas kimia. Program pengolahan tanah ini bisa mempengaruhi pertumbuhan padi, sehingga dapat mengoptimalkan produksi.
"Karena itu, kami terus memotivasi dan komunikasi dengan petani agar tidak terlena dengan lahan yang terus berkurang," katanya.