Yogyakarta (ANTARA) - Kabar bagus disampaikan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki  tentang keinginan mendongkrak usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) naik kelas, agar tak sekadar menjalankan usaha biasa-biasa, tetapi bisnis mereka lebih mengilap layaknya perusahaan terbuka.

Untuk itulah Menkop mendorong beberapa UMKM untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejumlah langkah ditempuh Kemenkop. Sebagai langkah awal bersama BEI, Kemenkop menargetkan sekitar 10 perusahaan sektor UMKM dapat melakukan initial public offering (IPO) atau penawaran umum perdana saham sampai dengan 2024.

Kolaborasi keduanya akan melakukan inkubasi calon perusahaan yang akan melaksanakan IPO. BEI dan Kemenkop akan terus melakukan pendampingan terhadap UMKM yang berkeinginan menjadi perusahaan publik di pasar modal Indonesia.

Soal keinginan ini, sebenarnya banyak UMKM bermimpi masuk bursa. Namun tugas Kemenkop untuk menjaga kualitas ketimbang kuantitas. Menkop optimistis perusahaan- perusahaan kecil dan menengah mampu go public. Apalagi struktur ekonomi didominasi usaha mikro dan informal.

Langkah lain yang bakal dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM adalah menggandeng securities crowdfunding (SCF) untuk mendampingi 10 UMKM tersebut. Tentu saja Kemenkop memiliki alasan kuat agar UMKM mau go public. Sejauh ini sudah sekitar 33 UMKM yang tercatat di pasar modal. Masih relatif sedikit, hanya 4 persen dari total perusahaan terbuka.

Meski relatif kecil, terungkap manfaat besar. Penawaran umum perdana saham merupakan proses penawaran saham perusahaan swasta kepada publik. Dalam proses ini ada penerbitan saham baru untuk pertama kali yang dijual kepada publik secara luas.

Hasil penjualan itu memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan modal ekuitas dari investor publik. Tak main-main, perusahaan bakal memperoleh modal tambahan berjumlah besar dari go public tersebut.

Seberapa besar modal yang bisa diperoleh? Contoh terbesar bisa dilihat dari emiten yang bergerak di sektor tambang emas dan tembaga. Perusahaan ini baru saja menerbitkan 6,32 miliar saham biasa dan perdagangan perdana di bursa berlangsung pada 7 Juli 2023.

Pada penutupan perdagangan hari itu, harga sahamnya naik 3,54 persen ke posisi Rp1.755 per saham. Dibuka naik 50 poin ke posisi Rp1.745 per saham. Total frekuensi perdagangan 44.477 kali dengan volume perdagangan tercatat 4.118.651 lot saham. Nilai transaksi mencapai Rp719,7 miliar.

Jika berpatokan pada harga penawaran Rp1.695 setiap saham maka emiten bisa meraup dana Rp 10,73 triliun. Dari angka ini jelas merupakan IPO terbesar di Indonesia sepanjang 2023. Ketika berhasil meraup dana sekitar Rp10 triliun, manajemen perusahaan lebih pasti dalam melakukan ekspansi. Tak ada lagi kendala modal. Sudah barang tentu ukuran sektor UMKM tidaklah sebesar itu. Angka Rp10 triliun sekadar memberi gambaran bahwa dari pasar saham sebuah perusahaan atau emiten bisa meraup dana besar.

Sektor UMKM bisa mengambil contoh sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kedai makanan dan minuman. Perusahaan UMKM ini melantai di Bursa Efek Indonesia pada 10 Juli 2023. Perusahaan menawarkan 1,07 miliar saham dengan nilai nominal Rp16 per saham. Melansir prospektus perseroan pada laman e-ipo, Jumat (7/7/2023), perseroan telah menetapkan harga pelaksanaan Rp110 per saham sehingga perseroan akan mengantongi Rp117,85 miliar dari IPO.

Bayangkan, sebuah perusahaan UMKM bisa mengumpulkan Rp117,85 miliar dari pasar modal, tentu bukan angka yang kecil. Pada akhirnya perusahaan mampu ekspansi lebih besar lagi. Perusahaan itu berencana mengalokasikan 60 persen dana IPO untuk belanja modal (capital expenditure/capex) untuk pengembangan dan penambahan gerai. Sisanya sekitar 40 persen akan digunakan untuk modal kerja (working capital) perseroan.

Pertanyaan berikutnya, apakah investor berminat membeli saham UMKM? Bercermin dari debut perusahaan itu, nyatanya meraih antusiasme tinggi dari para investor sampai oversubscribed hingga 159,91 kali. Bukti lain pada pembukaan perdagangan perdana Senin itu, perusahaan membukukan harga Rp148 per helai saham dan menyentuh auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 34,55 persen.

Melihat kedua contoh di atas, keinginan Menkop mendorong UMKM masuk bursa merupakan keniscayaan jika ingin memajukan bisnis para pelaku UMKM. Semakin banyak memang kian bagus. Namun pilihan Kemenkop untuk membimbing 10 perusahaan dibilang tepat.

Bila 10 UMKM berhasil dibimbing masuk bursa dengan sambutan positif investor, langkah berikutnya untuk memperbanyak UMKM go public lebih ringan lagi, sebab tingkat kepercayaan investor sudah terbangun. Bagi investor, pemilihan membeli saham UMKM tak lepas dari fundamental perusahaan. Bilamana menunjukkan kinerja bagus, semisal laba perusahaan senantiasa positif, maka investor pun makin yakin.

Selain itu, jika perusahaan membangun jenama atau brand yang kuat, investor juga bakal terpikat. Apalagi jika Kemenkop ikut menciptakan katalis positif bagi UMKM yang masuk bursa, sudah barang tentu lebih bagus lagi. Pengalaman membuktikan bahwa perusahaan menggebu-gebu masuk bursa, tetapi setelah itu tak ada sentimen positif yang ditunjukkan kepada publik, dan membuat harga sahamnya ambles.

Baca juga: Pameran Jakarta Fair 2023 catat transaksi Rp7,3 triliun
Baca juga: Perkenalkan produk UMKM Aceh lewat Festival Meseuraya

Katalis positif dari Kemenkop, semisal, bagaimana regulator menciptakan iklim usaha yang membuka ruang tumbuh bagi UMKM. Investor bisa melihat kebijakan positif regulator menjadi sentimen positif bagi harga saham UMKM dimaksud. Inilah yang disukai investor.

Jadi, langkah mempersiapkan UMKM melantai di bursa merupakan pilihan tepat. Akan tetapi, merawat perusahaan setelah go public lebih penting lagi. Manajemen menjaga fundamental perusahaan, sementara regulator menciptakan katalis-katalis positif demi mengerek harga sahamnya.




 

Pewarta : Nusarina Yuliastuti
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024