Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mengatakan, pembangunan fisik tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) modern dengan anggaran Rp25 miliar dimulai 31 Agustus 2023 sebagai kado Hari Ulang Tahun ke-30 Kota Mataram.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Kamis, mengatakan, saat ini pembangunan TPST modern tersebut dalam tahap tender di tingkat pemerintah pusat.
"Target kami jika tidak ada kendala, peletakan batu pertama TPST modern di Kecamatan Sandubaya dijadwalkan 31 Agustus 2023 bersamaan dengan perayaan HUT ke-30 Kota Mataram," katanya.
Menurutnya, dengan anggaran sebesar Rp25 miliar itu TPS modern akan dibangun di atas lahan seluas 5.300 meter persegi. Selain akan dibangun fisik dengan anggaran itu disiapkan fasilitas dan sarana prasarana pendukungnya.
"Ke depan diharapkan bisa menjadi TPST modern percontohan di daerah ini," katanya.
Dikatakan, TPST itu akan menjadi pusat pemilahan, pengolahan, pengembangan budi daya maggot, dan pengumpulan sampah organik sebagai bahan bakar pembangkit listrik oleh PT PLN.
"Di TPST modern, semua proses penanganan sampah dilakukan melalui teknologi modern, sehingga bisa lebih cepat," katanya.
TPST modern ini akan jadi tempat pengelolaan sampah menjadi barang bernilai ekonomis dilengkapi dengan pembangunan hanggar besar yang berisi mesin pengolah sampah.
"Sampah-sampah yang masuk ke TPST akan kita produksi menjadi kompos dan sebagian besar menjadi pakan maggot," katanya.
TPST itu disebut modern karena pengolahan sampah dilakukan dengan pendekatan teknologi mulai dari penerimaan sampah masuk, mesin pembuka otomatis, mesin pemilahan otomatis dan peralatan lainnya serba otomatis, sehingga petugas yang akan ditempatkan nantinya cukup sekitar 15 orang.
"Sampah yang masuk sudah otomatis terpilah pada bak-bak yang disiapkan baik itu sampah organik maupun anorganik. Untuk organik akan jadi pakan maggot dan sebagian pupuk kompos," katanya.
Data DLH Kota Mataram sebelumnya menyebutkan, volume sampah di ibu kota Provinsi NTB setiap harinya mencapai sekitar 250-260 ton, tapi yang bisa terangkut ke TPA sekitar 200 ton.
Namun, sampah yang dibawa ke TPA kini terus berkurang hingga mencapai sekitar 25 ton, sehingga sampah yang dibuang ke TPA sekitar 175 ton per hari.
Pengurangan volume sampah itu salah satunya dipicu karena program pilah sampah di tingkat lingkungan yang dinilai efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Kebon Kongok.
"Sampah organik yang dipilah dari rumah tangga, bisa langsung diolah menjadi pakan maggot, kompos, dan pupuk cair," katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Kamis, mengatakan, saat ini pembangunan TPST modern tersebut dalam tahap tender di tingkat pemerintah pusat.
"Target kami jika tidak ada kendala, peletakan batu pertama TPST modern di Kecamatan Sandubaya dijadwalkan 31 Agustus 2023 bersamaan dengan perayaan HUT ke-30 Kota Mataram," katanya.
Menurutnya, dengan anggaran sebesar Rp25 miliar itu TPS modern akan dibangun di atas lahan seluas 5.300 meter persegi. Selain akan dibangun fisik dengan anggaran itu disiapkan fasilitas dan sarana prasarana pendukungnya.
"Ke depan diharapkan bisa menjadi TPST modern percontohan di daerah ini," katanya.
Dikatakan, TPST itu akan menjadi pusat pemilahan, pengolahan, pengembangan budi daya maggot, dan pengumpulan sampah organik sebagai bahan bakar pembangkit listrik oleh PT PLN.
"Di TPST modern, semua proses penanganan sampah dilakukan melalui teknologi modern, sehingga bisa lebih cepat," katanya.
TPST modern ini akan jadi tempat pengelolaan sampah menjadi barang bernilai ekonomis dilengkapi dengan pembangunan hanggar besar yang berisi mesin pengolah sampah.
"Sampah-sampah yang masuk ke TPST akan kita produksi menjadi kompos dan sebagian besar menjadi pakan maggot," katanya.
TPST itu disebut modern karena pengolahan sampah dilakukan dengan pendekatan teknologi mulai dari penerimaan sampah masuk, mesin pembuka otomatis, mesin pemilahan otomatis dan peralatan lainnya serba otomatis, sehingga petugas yang akan ditempatkan nantinya cukup sekitar 15 orang.
"Sampah yang masuk sudah otomatis terpilah pada bak-bak yang disiapkan baik itu sampah organik maupun anorganik. Untuk organik akan jadi pakan maggot dan sebagian pupuk kompos," katanya.
Data DLH Kota Mataram sebelumnya menyebutkan, volume sampah di ibu kota Provinsi NTB setiap harinya mencapai sekitar 250-260 ton, tapi yang bisa terangkut ke TPA sekitar 200 ton.
Namun, sampah yang dibawa ke TPA kini terus berkurang hingga mencapai sekitar 25 ton, sehingga sampah yang dibuang ke TPA sekitar 175 ton per hari.
Pengurangan volume sampah itu salah satunya dipicu karena program pilah sampah di tingkat lingkungan yang dinilai efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Kebon Kongok.
"Sampah organik yang dipilah dari rumah tangga, bisa langsung diolah menjadi pakan maggot, kompos, dan pupuk cair," katanya.