Mataram (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas III Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (21/7) menggelar tes urine kepada 10 warga binaan yang dipilih secara acak.
"Kegiatan itu untuk mendeteksi dini terhadap gangguan keamanan dan ketertiban," kata Kasubsi Kamtib, Perawat dan Petugas Pengamanan Lapas Perempuan Kelas III Mataram, Zuhaeratun, Jumat.
Selain itu, kata dia, tes urine ini juga dilakukan sebagai bentuk langkah serius dalam pemberantasan narkoba di dalam Lapas/Rutan sesuai dengan Surat Edaran Dirjen PAS tentang Langkah-langkah Progresif dan Serius Upaya Pemberantasan Narkoba.
"Dalam Pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan Urine 10 orang warga binaan diperoleh hasil pemeriksaan 'negatif'," katanya.
Sebelumnya, Lapas Perempuan Kelas III Mataram, mendeklarasikan Zero Halinar untuk memerangi peredaran dan penyalahgunaan handphone, pungutan liar, dan peredaran gelap narkoba di lingkungan Lapas setempat.
Kegiatan deklarasi ditandai dengan penandatangan komitmen bersama deklarasi Zero Halinar oleh Kepala Lapas Perempuan Kelas III Mataram Dewi Andriani SH MH, selanjutnya diikuti semua pegawai setempat di aula Lapas Perempuan Kelas III Mataram, Rabu (10/5).
Kalapas Perempuan Kelas III Mataram, Dewi Andriani dalam kesempatan itu mengatakan, deklarasi Zero Halinar ini sebagai komitmen bersama memerangi peredaran gelap narkoba, handphone (HP), dan pungutan liar (pungli) di dalam Lapas.
"Warga binaan tidak boleh punya HP, jadi setiap pegawai yang masuk dalam blok tahanan juga tidak dibolehkan membawa HP untuk menjaga integritas selama mereka melaksanakan tugas dalam blok," katanya.
Namun, ketika pegawai sudah keluar dari blok penjagaan atau ruang steril, mereka bisa menggunakan HP kembali.
Sementara untuk membantu warga binaan yang tidak memiliki HP, pihak Lapas telah menyiapkan wartel khusus dengan 24 unit kamar bicara umum (KBU) yang dapat digunakan warga binaan.
"Kami juga menyiapkan fasilitas untuk panggilan video secara gratis. Layanan ini sudah kita terapkan sejak September 2020," katanya.
"Kegiatan itu untuk mendeteksi dini terhadap gangguan keamanan dan ketertiban," kata Kasubsi Kamtib, Perawat dan Petugas Pengamanan Lapas Perempuan Kelas III Mataram, Zuhaeratun, Jumat.
Selain itu, kata dia, tes urine ini juga dilakukan sebagai bentuk langkah serius dalam pemberantasan narkoba di dalam Lapas/Rutan sesuai dengan Surat Edaran Dirjen PAS tentang Langkah-langkah Progresif dan Serius Upaya Pemberantasan Narkoba.
"Dalam Pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan Urine 10 orang warga binaan diperoleh hasil pemeriksaan 'negatif'," katanya.
Sebelumnya, Lapas Perempuan Kelas III Mataram, mendeklarasikan Zero Halinar untuk memerangi peredaran dan penyalahgunaan handphone, pungutan liar, dan peredaran gelap narkoba di lingkungan Lapas setempat.
Kegiatan deklarasi ditandai dengan penandatangan komitmen bersama deklarasi Zero Halinar oleh Kepala Lapas Perempuan Kelas III Mataram Dewi Andriani SH MH, selanjutnya diikuti semua pegawai setempat di aula Lapas Perempuan Kelas III Mataram, Rabu (10/5).
Kalapas Perempuan Kelas III Mataram, Dewi Andriani dalam kesempatan itu mengatakan, deklarasi Zero Halinar ini sebagai komitmen bersama memerangi peredaran gelap narkoba, handphone (HP), dan pungutan liar (pungli) di dalam Lapas.
"Warga binaan tidak boleh punya HP, jadi setiap pegawai yang masuk dalam blok tahanan juga tidak dibolehkan membawa HP untuk menjaga integritas selama mereka melaksanakan tugas dalam blok," katanya.
Namun, ketika pegawai sudah keluar dari blok penjagaan atau ruang steril, mereka bisa menggunakan HP kembali.
Sementara untuk membantu warga binaan yang tidak memiliki HP, pihak Lapas telah menyiapkan wartel khusus dengan 24 unit kamar bicara umum (KBU) yang dapat digunakan warga binaan.
"Kami juga menyiapkan fasilitas untuk panggilan video secara gratis. Layanan ini sudah kita terapkan sejak September 2020," katanya.