Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa dari segi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 dengan nilai kontribusi 2,77 persen.

Komponen terbesar yang memberikan dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah yang pertama konsumsi rumah tangga yang memberikan dorongan sebesar 2,77 persen dari 5,17 persen.

"Kedua adalah komponen PMTB yang 1,39 persen, serta konsumsi pemerintah itu sebesar 0,73 persen dari 5,17 persen," kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers rilis BPS yang dipantau secara virtual di Jakarta, Senin.

Komponen pengeluaran lainnya turut menyumbang sekitar 0,32 persen, sedangkan komponen net ekspor tengah mengalami kontraksi -0,04 persen. Adapun BPS hari ini mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 berada pada level 5,17 persen secara tahunan (yoy). Sedangkan, secara kuartal ke kuartal (qtq) mengalami kenaikan sebesar 3,86 persen apabila dibandingkan dengan kuartal I-2023.

Besaran nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku Indonesia hingga kuartal II-2023 mencapai Rp5.226,7 triliun dan secara harga konstan Rp3.075,7 triliun. Lebih lanjut, Edy menjelaskan, dari segi PDB, konsumsi rumah tangga terus tumbuh positif mencapai 5,23 persen secara tahunan (yoy) jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Pertumbuhan itu didorong oleh perayaan hari besar keagamaan seperti Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, kemudian juga dipengaruhi oleh pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji ke-13. “Dorongan konsumsi rumah tangga tercermin dari peningkatan mobilitas masyarakat selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah,” ujarnya.

Kelompok konsumsi rumah tangga yang juga tumbuh tinggi antara lain Transportasi dan Komunikasi, Pakaian, Alas Kaki dan Jasa Perawatannya, serta restoran dan hotel. Kemudian komponen pendorong utama ekonomi dari segi PDB kedua yaitu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat mengalami peningkatan 4,63 persen (yoy).

PMTB tumbuh positif pada seluruh kelompok barang modal kecuali, peralatan lainnya. PMTB fisik mengalami pertumbuhan positif utamanya untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan yang dilakukan oleh pemerintah. Pertumbuhan PMTB didorong oleh impor barang-barang modal.

Di antara komponen lain yang menunjukkan kinerja positif, kinerja ekspor barang justru mengalami kontraksi sebesar -2,75 persen (yoy). Ekspor barang mengalami kontraksi pada ekspor barang nonmigas dengan komoditas seperti bahan bakar mineral, lemak hewan, serta baja dan nikel. Sedangkan ekspor barang migas pada beberapa komoditas seperti gas alam, hasil minyak dan minyak mentah.

Berbeda dengan ekspor barang, ekspor tumbuh positif di level 43,14 persen seiring peningkatan jumlah wisatawan asing dan devisa masuk dari luar negeri. Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksikan kedepannya sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus bergeser dari sumber eksternal ke sektor domestik. Kegiatan ekspor diprakirakan masih akan melemah sejalan dengan perlambatan ekonomi global yang menjadi tantangan bagi kinerja sektor eksternal.

Baca juga: Nilai ekspor NTB turun pada Juni 2023
Baca juga: Angka kemiskinan di Sumsel turun jadi 11,78 persen

Namun, sebaliknya, konsumsi domestik diperkirakan tetap kuat didorong oleh faktor-faktor seperti membaiknya mobilitas masyarakat, menurunnya tingkat inflasi, dan kondisi fiskal yang solid. Selain itu, konsumsi rumah tangga di Indonesia diprediksi masih akan memainkan peran krusial dalam mendorong ekspansi PDB sepanjang sisa tahun 2023.

"Mobilitas publik kemungkinan akan terus meningkat, yang semakin mendorong konsumsi. Indikator penuntun menunjukkan ketahanan konsumsi di tengah penurunan inflasi, berkat keberhasilan upaya pemerintah dalam memastikan pasokan dan harga pangan yang stabil," pungkasnya.

 

 

Pewarta : Bayu Saputra
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024