Mataram (ANTARA) - Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana mengatakan, keberadaan Duta Generasi Berencana (Genre) Kota Mataram menjadi respon atas permasalahan remaja masa kini.
"Duta Genre merupakan representasi dari anak muda kekinian yang diharapkan memiliki pemahaman yang luas berkaitan dengan kesehatan alat reproduksi" katanya di Mataram, Nu Tenggara Barat, Kamis.
Selain itu juga, lanjutnya, Duta Genre bisa melakukan upaya antisipasi penyalahgunaan narkoba, pernikahan usia dini dan upaya-upaya menghindari seks bebas, persoalan HIV/AIDS, dan persoalan remaja lainnya.
Hal tersebut disampaikan saat memberikan sambutan dalam kegiatan pengukuhan 100 pengurus Duta Gere Kota Mataram di Aula Pendopo Wali Kota Mataram.
Dikatakan, dengan pengetahuan yang dimiliki serta serta kemampuan komunikasi yang baik untuk menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif kepada masyarakat, Duta GenRe Kota Mataram mempunyai peran penting dalam upaya mencegah resiko stunting, serta membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah remaja.
Terkait dengan itu, wali kota meminta kepada dinas terkait, agar peran Duta Genre terus digiatkan sebagai teladan, pelopor, motivator, serta promotor yang baik bagi anak-anak ataupun remaja yang lain, karena program ini mengedepankan pembentukan karakter bangsa di kalangan generasi muda.
"Sebagai energi masa depan, diperlukan pembinaan serta penguatan kapasitas secara terus menerus agar remaja saat ini siap menghadapi tantangan zaman, sekaligus mampu membangun keluarga berkualitas di masa mendatang," katanya.
Karena itu, melalui program Duta Genre diharapkan bisa membantu pemerintah menyiapkan generasi muda yang sehat, produktif, dan berkualitas, agar mampu meraih bonus demografi di Indonesia Emas pada tahun 2045.
Sementara Bunda Duta Genre Kota Mataram Hj Kinnastri Roliskana dalam kesempatan yang sama mengatakan, bahwa Duta Genre akan menjadi corong pemerintah membantu permasalahan yang ada, salah satunya yaitu penurunan angka stunting melalui misi pendewasaan usia perkawinan.
Hal itu dikarenakan hal itu sangat relevan dengan pencegahan stunting dari hulu, yaitu usia saat menikah dan hamil menjadi
salah satu faktor risiko yang dapat melahirkan anak stunting.
"Makin muda usia ibu saat hamil dan melahirkan, makin berisiko melahirkan anak yang stunting," katanya.
"Duta Genre merupakan representasi dari anak muda kekinian yang diharapkan memiliki pemahaman yang luas berkaitan dengan kesehatan alat reproduksi" katanya di Mataram, Nu Tenggara Barat, Kamis.
Selain itu juga, lanjutnya, Duta Genre bisa melakukan upaya antisipasi penyalahgunaan narkoba, pernikahan usia dini dan upaya-upaya menghindari seks bebas, persoalan HIV/AIDS, dan persoalan remaja lainnya.
Hal tersebut disampaikan saat memberikan sambutan dalam kegiatan pengukuhan 100 pengurus Duta Gere Kota Mataram di Aula Pendopo Wali Kota Mataram.
Dikatakan, dengan pengetahuan yang dimiliki serta serta kemampuan komunikasi yang baik untuk menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif kepada masyarakat, Duta GenRe Kota Mataram mempunyai peran penting dalam upaya mencegah resiko stunting, serta membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah remaja.
Terkait dengan itu, wali kota meminta kepada dinas terkait, agar peran Duta Genre terus digiatkan sebagai teladan, pelopor, motivator, serta promotor yang baik bagi anak-anak ataupun remaja yang lain, karena program ini mengedepankan pembentukan karakter bangsa di kalangan generasi muda.
"Sebagai energi masa depan, diperlukan pembinaan serta penguatan kapasitas secara terus menerus agar remaja saat ini siap menghadapi tantangan zaman, sekaligus mampu membangun keluarga berkualitas di masa mendatang," katanya.
Karena itu, melalui program Duta Genre diharapkan bisa membantu pemerintah menyiapkan generasi muda yang sehat, produktif, dan berkualitas, agar mampu meraih bonus demografi di Indonesia Emas pada tahun 2045.
Sementara Bunda Duta Genre Kota Mataram Hj Kinnastri Roliskana dalam kesempatan yang sama mengatakan, bahwa Duta Genre akan menjadi corong pemerintah membantu permasalahan yang ada, salah satunya yaitu penurunan angka stunting melalui misi pendewasaan usia perkawinan.
Hal itu dikarenakan hal itu sangat relevan dengan pencegahan stunting dari hulu, yaitu usia saat menikah dan hamil menjadi
salah satu faktor risiko yang dapat melahirkan anak stunting.
"Makin muda usia ibu saat hamil dan melahirkan, makin berisiko melahirkan anak yang stunting," katanya.