Semarang (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengungkapkan keuntungan yang diperoleh Indonesia jika bergabung dengan aliansi dagang BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) yakni kesempatan perluasan pasar non-tradisional ke Afrika maupun Amerika Latin.
“Fokusnya beda kan dengan apa yang kita lakukan di ASEAN, di APEC atau G20. Ada region baru, kita bisa namakan nontradisional, ada Brasil di Amerika Latin, ada Afrika Selatan di Afrika. Itu bisa jadi pintu masuk untuk eksplorasi yang belum,” kata Jerry di Semarang, Jawa Tengah, Jumat malam.
Meski demikian, Jerry belum memastikan apakah Indonesia sudah memutuskan untuk bergabung atau tidak dengan BRICS. Dia lantas mengatakan memang ada kesempatan dan potensi untuk bergabung dengan BRICS. “Kalau itu tanya ke Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Cuma intinya ketertarikan itu ada, potensi itu jelas, dan opportunity-nya ada,” ujar Jerry.
Jerry menjelaskan bahwa jauh sebelum ada Kerangka Kerja Sama Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) ataupun Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), terdapat wacana yang menyebutkan bahwa semestinya terdapat dua negara berinisial "I" dalam BRICS yakni India dan Indonesia.
Hal itu karena jumlah populasi yang dimiliki Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia seperti negara-negara anggota BRICS lainnya. “Yang namanya pedagang, ekonomi global tidak boleh lepas dari populasi. Coba Brazil, dia nomor 5 atau 6, Rusia, ya tidak sebanyak kita tapi juga populasinya besar, India nomor 1 mungkin, Afrika Selatan di Afrika paling besar,” jelas Jerry.
Menurutnya, salah satu syarat menjadi negara kuat adalah populasi yang besar. Hal itu dicontohkan India yang saat ini terus bertumbuh karena memanfaatkan produktivitas dari populasinya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada awal Agustus 2023 lalu pernah mengungkapkan bahwa dirinya akan memutuskan terkait kemungkinan Indonesia bergabung dengan BRICS. "Nanti diputuskan," kata Jokowi, Senin (7/8).
Sementara itu, BRICS akan segera menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada 22-24 Agustus di Johannesburg, Afrika Selatan di bawah Presidensi Afrika Selatan. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Presiden Jokowi akan menghadiri secara langsung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Afrika Selatan pada akhir Agustus 2023.
Baca juga: Pertamina menggandeng Kemendag perkuat program UMK Academy
Baca juga: Kemendag saksikan Indonesia-Australia teken kesepahaman bisnis 3,6 juta dolar AS
"Salah satu agenda penting yang kami bahas adalah persiapan untuk partisipasi Presiden Joko Widodo dalam KTT BRICS yang akan datang. Pertemuan ini memberikan platform untuk diskusi yang produktif, dengan kedua belah pihak berharap akan dilakukan penandatanganan kesepakatan mengenai impor sapi dan kedelai," kata Luhut di Jakarta, Rabu (12/7).