Mataram (ANTARA) - Program Energi Baru Terbarukan (EBT) di Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga saat ini sudah mencapai 20,44 persen atau melampaui target yang ditetapkan sebesar 19 persen.

"Artinya capaian tersebut sudah melebihi target yang telah ditetapkan," kata Perencana Ahli Muda Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTB Nurudin Diding Somantri, di Mataram, Kamis.

Ia mengatakan, EBT di NTB sudah terlihat di sejumlah sektor, mulai dari sektor transportasi hingga kelistrikan.

"Di sektor transportasi apa EBT-nya, sekarang kan solar sudah B30. Jadi solar itu 30 persennya sudah biofuel atau pakai sawit. Kemudian dari sektor listrik dengan capaian EBT 7,1 persen di tahun 2022 kemarin," ujarnya pula.

Diding menyebutkan ada sejumlah perusahaan yang sudah yang berkontribusi terhadap peningkatan EBT, salah satunya PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Perusahaan tambang tersebut memiliki listrik tenaga matahari 26,8 MW untuk pemakaian sendiri.

Untuk perkantoran juga sudah mulai banyak yang menggunakan energi baru terbarukan, misalnya dengan menggunakan solar cell seperti Pemkot Mataram, Rumah Sakit Daerah Giri Menang, Rumah Sakit Awet Muda Narmada, dan lainnya.

"Itu mereka sudah memiliki PLTS Rooftop. Termasuk banyak PJU yang sudah menggunakan tenaga surya," katanya pula.

Transformasi NTB menuju Net Zero Emission (NZE) atau Nol Emisi Karbon dinilai sudah 'on the right track' karena semua program menuju ke arah sana sedang berjalan. Terlebih NTB sudah menargetkan NZE akan tercapai di tahun 2050 atau 10 tahun lebih awal dari target nasional.

Adapun potensi EBT di NTB sangat besar, misalnya tenaga angin, arus laut, ombak laut, mikrohidro, dan geothermal atau panas bumi. Berdasarkan data dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) NTB 2021-2030, potensinya mencapai 253 MW yang tersebar di 11 lokasi. Semua ini sudah dieksplorasi oleh PLN.

Misalnya PLTAL (Arus Laut) di Selat Lombok dengan potensi sekitar 10 MW, PLTAL di Selat Alas 10 MW, PLTB (Bayu) di Lombok dengan potensi sebesar 115 MW, PLTB Mandalika sebesar 30 MW, PLTBm (Biomassa) di Sumbawa sebesar 20 MW, PLTP (Panas Bumi) yang tersebar di Sembalun dan Hu’u dengan total potensi 40 MW dan sejumlah potensi lainnya.

"Ini data dari RUPL 2021-2030. Biasanya rencana pengusahaan itu akan berubah sejalan dengan proses pengusahaan, apakah ada perubahan atau tidak," katanya lagi.


 

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024