Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Desa Wisata Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar ritual Besoq Gong (cuci alat musik khas Sasak) sebagai salah satu rangkaian acara Festival Budaya Bonjeruk.
"Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan keunikan budaya Bonjeruk dan memperkuat rasa persatuan di antara masyarakat," kata Pemangku adat Desa Bonjeruk Amaq Redet di Praya, Selasa.
Tradisi Besoq Gong ini merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik. Dalam tradisi ini, warga Bonjeruk berkumpul di Pasar Bambu melakukan pementasan Gendang Beleq sambil mempersiapkan berbagai keperluan ritual.
Di iringi oleh irama Gendang Beleq yang menggetarkan jiwa, warga memulai prosesi dengan berjalan kaki membawa seserahan seperti Pesaji, Penamat, dan Selawat menuju Bun Mertak, sebuah sumber mata air kuno yang dikelilingi oleh dua pohon beringin purba.
"Sesampainya di Bun Mertak, pemangku adat memimpin ritual dengan memanterai air, memandikan seekor ayam putih dan sebilah keris. Tindakan ini memiliki makna simbolis dalam membersihkan dan menyucikan budaya serta menerima berkah yang mengalir melalui air suci," katanya.
Kemudian, barisan pemain Gendang Beleq mengelilingi kedua pohon beringin tersebut sebanyak sembilan kali sambil terus menabuh gendang dan gong. Hal ini melambangkan keharmonisan dan kekuatan budaya yang terus hidup dan berkembang seiring berjalannya waktu.
"Setelah berkeliling, proses pembersihan berbagai alat musik tradisional tersebut di mulai," katanya.
Festival Budaya Bonjeruk memiliki tujuan utama untuk melestarikan dan menyucikan budaya serta memperkenalkan keindahan Desa Wisata Bonjeruk kepada masyarakat luas. Melalui festival ini, mereka berharap dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya yang kaya di Lombok Tengah.
Selain ritual Besoq Gong, masyarakat Desa Bonjeruk juga akan menggelar Tari Peresean, Ritual Merangkat, Pertunjukan Wayang Kulit dan akan ditutup kegiatan Adventure Terabas menjelajah alam Desa Bonjeruk.
Bonjeruk Culture Festival sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Ulang Tahun Desa Bonjeruk yang ke-166 tahun. Desa Bonjeruk memiliki sejarah yang panjang dan kaya, dan merupakan salah satu desa tertua di Pulau Lombok.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, Desa Bonjeruk bahkan menjadi pusat pemerintahan Belanda dengan status distrik untuk wilayah Jonggat dan sekitarnya.
Bukti dari masa lalu yang mengesankan ini dapat ditemukan dalam sisa-sisa bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang tersebar di sekitar desa.
Salah satunya adalah Gedeng Beleq, yang merupakan bangunan megah yang masih berdiri tegak hingga saat ini. Gedeng Beleq menjadi saksi bisu dari masa ketika desa ini menjadi pusat administrasi Belanda.
"Keberadaannya menjadi bukti tak tergoyahkan dari warisan sejarah yang dimiliki Desa Bonjeruk," katanya.
Sebagai bagian dari Festival Budaya Bonjeruk, para pengunjung dan peserta festival juga dapat menjelajahi Gedeng Beleq dan menikmati keindahan serta keunikan arsitektur Belanda yang masih terjaga dengan baik.
Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengenal lebih dalam sejarah dan budaya yang melingkupi Desa Bonjeruk.
Dengan menggabungkan tradisi kuno, keberagaman budaya, dan warisan sejarah Belanda yang masih terjaga, Bonjeruk Culture Festival menjadi perayaan yang luar biasa dan menarik bagi semua orang, ujarnya.
"Festival ini tidak hanya menghormati warisan budaya lokal, tetapi juga merayakan perjalanan panjang Desa Bonjeruk dan perannya dalam sejarah Pulau Lombok," katanya.
"Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan keunikan budaya Bonjeruk dan memperkuat rasa persatuan di antara masyarakat," kata Pemangku adat Desa Bonjeruk Amaq Redet di Praya, Selasa.
Tradisi Besoq Gong ini merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik. Dalam tradisi ini, warga Bonjeruk berkumpul di Pasar Bambu melakukan pementasan Gendang Beleq sambil mempersiapkan berbagai keperluan ritual.
Di iringi oleh irama Gendang Beleq yang menggetarkan jiwa, warga memulai prosesi dengan berjalan kaki membawa seserahan seperti Pesaji, Penamat, dan Selawat menuju Bun Mertak, sebuah sumber mata air kuno yang dikelilingi oleh dua pohon beringin purba.
"Sesampainya di Bun Mertak, pemangku adat memimpin ritual dengan memanterai air, memandikan seekor ayam putih dan sebilah keris. Tindakan ini memiliki makna simbolis dalam membersihkan dan menyucikan budaya serta menerima berkah yang mengalir melalui air suci," katanya.
Kemudian, barisan pemain Gendang Beleq mengelilingi kedua pohon beringin tersebut sebanyak sembilan kali sambil terus menabuh gendang dan gong. Hal ini melambangkan keharmonisan dan kekuatan budaya yang terus hidup dan berkembang seiring berjalannya waktu.
"Setelah berkeliling, proses pembersihan berbagai alat musik tradisional tersebut di mulai," katanya.
Festival Budaya Bonjeruk memiliki tujuan utama untuk melestarikan dan menyucikan budaya serta memperkenalkan keindahan Desa Wisata Bonjeruk kepada masyarakat luas. Melalui festival ini, mereka berharap dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya yang kaya di Lombok Tengah.
Selain ritual Besoq Gong, masyarakat Desa Bonjeruk juga akan menggelar Tari Peresean, Ritual Merangkat, Pertunjukan Wayang Kulit dan akan ditutup kegiatan Adventure Terabas menjelajah alam Desa Bonjeruk.
Bonjeruk Culture Festival sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Ulang Tahun Desa Bonjeruk yang ke-166 tahun. Desa Bonjeruk memiliki sejarah yang panjang dan kaya, dan merupakan salah satu desa tertua di Pulau Lombok.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, Desa Bonjeruk bahkan menjadi pusat pemerintahan Belanda dengan status distrik untuk wilayah Jonggat dan sekitarnya.
Bukti dari masa lalu yang mengesankan ini dapat ditemukan dalam sisa-sisa bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang tersebar di sekitar desa.
Salah satunya adalah Gedeng Beleq, yang merupakan bangunan megah yang masih berdiri tegak hingga saat ini. Gedeng Beleq menjadi saksi bisu dari masa ketika desa ini menjadi pusat administrasi Belanda.
"Keberadaannya menjadi bukti tak tergoyahkan dari warisan sejarah yang dimiliki Desa Bonjeruk," katanya.
Sebagai bagian dari Festival Budaya Bonjeruk, para pengunjung dan peserta festival juga dapat menjelajahi Gedeng Beleq dan menikmati keindahan serta keunikan arsitektur Belanda yang masih terjaga dengan baik.
Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengenal lebih dalam sejarah dan budaya yang melingkupi Desa Bonjeruk.
Dengan menggabungkan tradisi kuno, keberagaman budaya, dan warisan sejarah Belanda yang masih terjaga, Bonjeruk Culture Festival menjadi perayaan yang luar biasa dan menarik bagi semua orang, ujarnya.
"Festival ini tidak hanya menghormati warisan budaya lokal, tetapi juga merayakan perjalanan panjang Desa Bonjeruk dan perannya dalam sejarah Pulau Lombok," katanya.