Sembalun, Lombok Timur (ANTARA) - Atraksi kesenian tradisional Pulau Lombok "Peresean", mewarnai pesta rakyat di kaki Gunung Rinjani atau Pesta Rakyat Bilok Petung (Prabu) 2023, Lombok Timur, Sabtu.

Acara tersebut digagas Generasi Indonesia Mengabdi (Genesia) ke-8, KKN Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dengan tema "Berdaya Saing Melalui UMKM, Pariwisata dan Pelestarian Budaya".

Atraksi pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan dan berperisai kulit kerbau yang tebal, memikat warga dan wisatawan.

Ketua Genesia ke-8, Olivianree Antariksa Putra menuturkan PRABU ini yang kedua kali diadakan oleh kelompok KKN UMY Yogyakarta. Di mana tahun sebelumnya juga sukses digelar.

"Alhamdulillah, Pesta Rakyat Bilok Petung yang kedua kembali kami adakan dan sukses. Semua itu berkat kolaborasi kami dengan Pemdes, Karang Taruna, Pokdarwis dan para tokoh masyarakat," kata Olivian.

Adanya Prabu, kata Olivia, sesuai dengan tema yang diusung yakni, berdaya saing dalam mengembangkan UMKM, Pariwisata dan Pelestarian Budaya dengan harapan dapat memaksimalkan potensi yang ada.

"Semoga pesta rakyat ini tetap dilaksanakan tiap tahun lebih meriah, dan menjadi event tahunan masyarakat Bilok Petung. Meskipun tanpa kehadiran kami (Genesia-red) ditahun-tahun berikutnya," harap Olivian.

Peresean termasuk dalam seni tari daerah Lombok. Petarung dalam Peresean biasanya  disebut pepadu dan wasit disebut pakembar.

Laman wikipedia menyebutkan permainan ini sudah dimainkan sejak abad ke-13, berawal dari ritual masyarakat agraris Lombok untuk mendatangkan hujan pada musim kemarau. 

Sementara sebagai kesenian bela diri, perisean sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran.





 

   


Pewarta : Rosyidin Sembahulun
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024