Mataram (ANTARA) - Tim SAR Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menghentikan pencarian terhadap Firdaus (28), nelayan asal Desa Bugis, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima yang hilang tenggelam saat mencari ikan di Pulau Kelapa daerah setempat.
"Pencarian telah dilakukan sejak Senin (4/9), namun tanda-tanda keberadaan korban tidak kunjung ditemukan, jadi dihentikan, dan korban dinyatakan hilang,” kata Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi, Minggu.
Pencarian terhadap korban telah dilakukan di perairan, pesisir pantai hingga penyelaman di lokasi kejadian dan wilayah sekitar Pulau Kelapa. Saat pencarian sempat ditemukan busa (styrofoam) milik korban di perairan Pulau Kelapa, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, yang sempat digunakan untuk menyelamatkan diri.
“Luas area pencarian di perairan mencapai 10 NM2,” katanya.
Sebelumnya korban, Firdaus (28) mencari ikan bersama temannya, Toto (30). Tiba-tiba gelombang tinggi menghantam perahu yang mereka gunakan hingga terbalik dan tenggelam.
"Kaki korban terlilit tali jangkar, sehingga meminta pisau ke rekannya untuk memotong tali yang membelitnya. Namun Firdaus tenggelam dalam waktu singkat, sementara temannya berhasil selamat dari kejadian tersebut," katanya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada puncak musim kemarau 2023.
"Waspadai potensi gelombang yang mencapai 2 meter lebih," kata Prakirawan BMKG Zaenal Abdul Majid, Lombok, Ari Wibianto.
Potensi gelombang tinggi itu terjadi di wilayah Selat Lombok bagian utara dan selatan, Selat Alas bagian selatan, Selat Sape bagian selatan dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat.
"Warga yang ada di pesisir pantai wilayah NTB agar tetap waspada terhadap dampak gelombang," katanya.
Di wilayah Samudera Hindia Selatan NTB, kecepatan angin mencapai 27 knot lebih dengan tinggi gelombang bisa mencapai 4 meter lebih, sehingga para nelayan atau nakhoda kapal untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi di perairan NTB.
"Para nelayan maupun nakhoda kapal untuk tetap waspada terhadap dampak gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari," katanya.
"Pencarian telah dilakukan sejak Senin (4/9), namun tanda-tanda keberadaan korban tidak kunjung ditemukan, jadi dihentikan, dan korban dinyatakan hilang,” kata Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi, Minggu.
Pencarian terhadap korban telah dilakukan di perairan, pesisir pantai hingga penyelaman di lokasi kejadian dan wilayah sekitar Pulau Kelapa. Saat pencarian sempat ditemukan busa (styrofoam) milik korban di perairan Pulau Kelapa, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, yang sempat digunakan untuk menyelamatkan diri.
“Luas area pencarian di perairan mencapai 10 NM2,” katanya.
Sebelumnya korban, Firdaus (28) mencari ikan bersama temannya, Toto (30). Tiba-tiba gelombang tinggi menghantam perahu yang mereka gunakan hingga terbalik dan tenggelam.
"Kaki korban terlilit tali jangkar, sehingga meminta pisau ke rekannya untuk memotong tali yang membelitnya. Namun Firdaus tenggelam dalam waktu singkat, sementara temannya berhasil selamat dari kejadian tersebut," katanya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada puncak musim kemarau 2023.
"Waspadai potensi gelombang yang mencapai 2 meter lebih," kata Prakirawan BMKG Zaenal Abdul Majid, Lombok, Ari Wibianto.
Potensi gelombang tinggi itu terjadi di wilayah Selat Lombok bagian utara dan selatan, Selat Alas bagian selatan, Selat Sape bagian selatan dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat.
"Warga yang ada di pesisir pantai wilayah NTB agar tetap waspada terhadap dampak gelombang," katanya.
Di wilayah Samudera Hindia Selatan NTB, kecepatan angin mencapai 27 knot lebih dengan tinggi gelombang bisa mencapai 4 meter lebih, sehingga para nelayan atau nakhoda kapal untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi di perairan NTB.
"Para nelayan maupun nakhoda kapal untuk tetap waspada terhadap dampak gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari," katanya.