Mataram (ANTARA) - Perum Bulog Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan produksi beras di daerah setempat di 2023 bisa mencapai 1 juta ton per tahun, sehingga ketersediaan pangan untuk masyarakat masih aman.
"Produksi beras petani di NTB memang surplus mencapai 400 ribu ton," kata Kepala Perum Bulog Provinsi Nusa Tenggara Barat, David Susanto usai penyaluran bantuan beras cadangan pemerintah di kantor Bupati Kabupaten Lombok Tengah, Rabu.
Ia mengatakan, produksi beras hingga musim tanam kedua di NTB ini mencapai 850 ton, sehingga sampai akhir 2023 atau musim tanam ketiga ini bisa dipastikan mencapai 1 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan untuk konsumsi masyarakat di NTB mencapai 550 ribu ton, sehingga produksi beras di NTB tetap surplus. "Bulog menyakini NTB surplus beras," katanya.
Sementara itu, untuk stok beras kebutuhan masyarakat di NTB dipastikan aman hingga musim tanam 2024. "Stok beras di NTB saat ini sebanyak 31 ribu ton, setelah dilakukan penyaluran bantuan beras cadangan pemerintah," katanya.
Ia mengatakan penyebab kenaikan harga beras di pasaran yang mencapai Rp13-Rp14 ribu per kilogram adalah alamiah dan terjadi setiap tahun saat musim kemarau. Namun kenaikan beras pada musim kemarau 2023 ini cukup dirasakan oleh masyarakat.
Perum Bulog kemudian berupaya menjaga ketersediaan, keterjangkauan dan stabilisasi harga beras, sehingga pihaknya gencar melaksanakan stabilisasi pasokan dan harga pasar (SPHP). "Hal ini untuk memastikan ketersediaan beras di pasar khususnya beras medium atau salah satu upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga beras yang lebih tinggi," katanya.
Baca juga: Mataram canangkan pembagian bantuan beras cadangan pangan
Baca juga: Bulog NTB distribusi beras SPHP murah antisipasi lonjakan harga
Ia mengatakan pihaknya saat ini telah mulai melakukan penyaluran bantuan cadangan beras pemerintah untuk masyarakat di 10 Kabupaten/kota, setiap bulan nya sekitar 6.027 ton atau 18.081 ton untuk tiga bulan. "Batuan beras ini diberikan kepada 425 ribu KPM di NTB. Penyaluran ditargetkan rampung 27 September untuk 10 kabupaten/kota di NTB," katanya.
"Produksi beras petani di NTB memang surplus mencapai 400 ribu ton," kata Kepala Perum Bulog Provinsi Nusa Tenggara Barat, David Susanto usai penyaluran bantuan beras cadangan pemerintah di kantor Bupati Kabupaten Lombok Tengah, Rabu.
Ia mengatakan, produksi beras hingga musim tanam kedua di NTB ini mencapai 850 ton, sehingga sampai akhir 2023 atau musim tanam ketiga ini bisa dipastikan mencapai 1 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan untuk konsumsi masyarakat di NTB mencapai 550 ribu ton, sehingga produksi beras di NTB tetap surplus. "Bulog menyakini NTB surplus beras," katanya.
Sementara itu, untuk stok beras kebutuhan masyarakat di NTB dipastikan aman hingga musim tanam 2024. "Stok beras di NTB saat ini sebanyak 31 ribu ton, setelah dilakukan penyaluran bantuan beras cadangan pemerintah," katanya.
Ia mengatakan penyebab kenaikan harga beras di pasaran yang mencapai Rp13-Rp14 ribu per kilogram adalah alamiah dan terjadi setiap tahun saat musim kemarau. Namun kenaikan beras pada musim kemarau 2023 ini cukup dirasakan oleh masyarakat.
Perum Bulog kemudian berupaya menjaga ketersediaan, keterjangkauan dan stabilisasi harga beras, sehingga pihaknya gencar melaksanakan stabilisasi pasokan dan harga pasar (SPHP). "Hal ini untuk memastikan ketersediaan beras di pasar khususnya beras medium atau salah satu upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga beras yang lebih tinggi," katanya.
Baca juga: Mataram canangkan pembagian bantuan beras cadangan pangan
Baca juga: Bulog NTB distribusi beras SPHP murah antisipasi lonjakan harga
Ia mengatakan pihaknya saat ini telah mulai melakukan penyaluran bantuan cadangan beras pemerintah untuk masyarakat di 10 Kabupaten/kota, setiap bulan nya sekitar 6.027 ton atau 18.081 ton untuk tiga bulan. "Batuan beras ini diberikan kepada 425 ribu KPM di NTB. Penyaluran ditargetkan rampung 27 September untuk 10 kabupaten/kota di NTB," katanya.