Denpasar (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) melalui unit bisnis Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Ngurah Rai memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dalam mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomi di Desa Adat Kedonganan, Kabupaten Badung, Bali.
"Kami berharap energi terbarukan ini dapat dinikmati langsung masyarakat sehingga transisi energi terbarukan cepat tercapai," kata Kepala Operasi DPPU Ngurah Rai Dicky Abdul Hakim di Denpasar, Minggu.
Pihaknya mengerahkan PLTS untuk mengolah sampah itu sebagai bagian pemberdayaan masyarakat melalui tanggung jawab sosial (CSR) korporasi pelat merah itu. PLTS yang dibangun di Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Kedonganan Ngardi Resik itu memiliki kapasitas 6,54 Watt Peak (Wp) dan 10 Watt Hour (Wh) per tahunnya.
Nantinya, sampah organik yang terkumpul diolah menjadi briket bioarang dan pupuk kompos. Sampah anorganik yang terkumpul dilakukan pengepresan untuk selanjutnya dijual kepada pihak ketiga.
Dicky menambahkan TPS3R itu menjadi yang pertama TPS menerapkan aplikasi berbasis barcode dalam penilaian pemilahan sampah organik dan anorganik di desa energi berdikari itu. Aplikasi itu juga diapresiasi Dewan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Rabu (14/09).
TPS3R yang berada di dekat kawasan pantai, maka sumber energi PLTS itu mendapatkan limpahan energi surya uang optimal. Dengan kapasitas energi tersebut, PLTS di Kedonganan itu tidak hanya mengurangi emisi hingga 8.502 kilogram setara CO2, tetapi juga menghemat biaya listrik hingga Rp15 juta per tahun.
"Ini adalah salah satu langkah dalam akselerasi transisi energi terbarukan yang merata dengan mengoptimalkan sumber daya energi lokal," ucapnya. Sementara itu, warga Desa Kedonganan Supardi Asmorobangun mengatakan PLTS memberikan manfaat bagi desanya di antaranya dalam produktivitas pengelolaan sampah. "Selain itu, manfaat tersebut dirasakan dalam mendukung roda perekonomian kami untuk lebih maju lagi," katanya.
Sejak dimulai pada 2019, Pertamina mencatat program Desa Energi Berdikari telah menghasilkan manfaat 170.880 Wp energi PLTS. Kemudian sekitar 605.000 meter kubik tahun energi biogas dan gas metana, 8.000 watt energi hidro mikro, 6.500 liter energi biodiesel per tahun, serta 16.500 wp energi hibrida Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Angin, serta berdampak pengurangan emisi karbon sebesar 565.928 ton setara CO2 per tahun.
Baca juga: PLN kolaborasi menjalin 28 kerja sama terkait pemanfaatan energi bersih
Baca juga: PLTP Ulumbu berpotensi tarik investor EBT di NTT
Tak hanya itu, program energi bersih itu juga memberikan dampak perekonomian bagi 3.021 Kepala Keluarga dengan total dampak berlipat sekitar Rp1,8 miliar per tahun.
"Kami berharap energi terbarukan ini dapat dinikmati langsung masyarakat sehingga transisi energi terbarukan cepat tercapai," kata Kepala Operasi DPPU Ngurah Rai Dicky Abdul Hakim di Denpasar, Minggu.
Pihaknya mengerahkan PLTS untuk mengolah sampah itu sebagai bagian pemberdayaan masyarakat melalui tanggung jawab sosial (CSR) korporasi pelat merah itu. PLTS yang dibangun di Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Kedonganan Ngardi Resik itu memiliki kapasitas 6,54 Watt Peak (Wp) dan 10 Watt Hour (Wh) per tahunnya.
Nantinya, sampah organik yang terkumpul diolah menjadi briket bioarang dan pupuk kompos. Sampah anorganik yang terkumpul dilakukan pengepresan untuk selanjutnya dijual kepada pihak ketiga.
Dicky menambahkan TPS3R itu menjadi yang pertama TPS menerapkan aplikasi berbasis barcode dalam penilaian pemilahan sampah organik dan anorganik di desa energi berdikari itu. Aplikasi itu juga diapresiasi Dewan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Rabu (14/09).
TPS3R yang berada di dekat kawasan pantai, maka sumber energi PLTS itu mendapatkan limpahan energi surya uang optimal. Dengan kapasitas energi tersebut, PLTS di Kedonganan itu tidak hanya mengurangi emisi hingga 8.502 kilogram setara CO2, tetapi juga menghemat biaya listrik hingga Rp15 juta per tahun.
"Ini adalah salah satu langkah dalam akselerasi transisi energi terbarukan yang merata dengan mengoptimalkan sumber daya energi lokal," ucapnya. Sementara itu, warga Desa Kedonganan Supardi Asmorobangun mengatakan PLTS memberikan manfaat bagi desanya di antaranya dalam produktivitas pengelolaan sampah. "Selain itu, manfaat tersebut dirasakan dalam mendukung roda perekonomian kami untuk lebih maju lagi," katanya.
Sejak dimulai pada 2019, Pertamina mencatat program Desa Energi Berdikari telah menghasilkan manfaat 170.880 Wp energi PLTS. Kemudian sekitar 605.000 meter kubik tahun energi biogas dan gas metana, 8.000 watt energi hidro mikro, 6.500 liter energi biodiesel per tahun, serta 16.500 wp energi hibrida Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Angin, serta berdampak pengurangan emisi karbon sebesar 565.928 ton setara CO2 per tahun.
Baca juga: PLN kolaborasi menjalin 28 kerja sama terkait pemanfaatan energi bersih
Baca juga: PLTP Ulumbu berpotensi tarik investor EBT di NTT
Tak hanya itu, program energi bersih itu juga memberikan dampak perekonomian bagi 3.021 Kepala Keluarga dengan total dampak berlipat sekitar Rp1,8 miliar per tahun.