Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengaku nyaman memakai batik dalam kesehariannya. "Saya termasuk penggemar batik, nyaman sehari-hari pakai batik," kata Budi ketika ditemui usai acara Istana Berbatik di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Minggu malam.
 

Menurut dia, masyarakat Indonesia harus bangga terhadap batik yang kaya akan nilai-nilai budaya dan mengandung filosofi yang kuat. Kekayaan budaya pada batik, ujar dia, telah digali sejak lama oleh para leluhur bangsa Indonesia sehingga batik wajib dilestarikan.

Budi pun turut mengajak masyarakat untuk memakai dan membeli batik sehingga memberikan manfaat ekonomi, tidak hanya kepada pengrajin, tetapi juga kepada penjahit dan pelaku usaha batik. "Ini harus kita tingkatkan. Begitu beli satu buah batik, ada multiplier effect (efek berganda) kepada penjahit dan pengrajin. Maka, kita harus bangga buatan Indonesia," kata Budi.

Istana Berbatik diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober.

Pertunjukan busana di panggung sepanjang 150 meter dengan latar belakang Istana Merdeka Jakarta itu menampilkan batik terbaik dari berbagai kerajaan di Nusantara, UMKM binaan Bank Indonesia dan BRI, serta batik karya para perancang busana Indonesia.

Acara itu melibatkan 503 orang peraga istimewa, termasuk para perwakilan kerajaan, pimpinan lembaga negara, duta besar negara sahabat, para menteri kabinet, perwakilan kementerian/lembaga, figur publik, dan model.

Baca juga: ASEAN Newsroom permudah pertukaran informasi
Baca juga: Menkominfo temui Kapolri bahas judi "online" dan pinjol ilegal

Acara Istana Berbatik yang dihadiri sekitar 4.000 undangan itu dimeriahkan pula dengan persembahan seni tari dan pameran UMKM batik sebagai wujud dukungan bagi karya anak bangsa. Melalui pagelaran tersebut, Pemerintah ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar bangga memakai, mengembangkan, dan melestarikan batik sebagai warisan budaya tak benda yang telah diakui oleh UNESCO.
 


 


Pewarta : Yashinta Difa Pramudyani
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024