Mataram (ANTARA) - Ribuan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan pelajar SMA/SMK di Kota Mataram melaksanakan Shalat Istiska atau shalat minta hujan di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB di Mataram, Senin.

"Alhamdulillah, kita sudah melaksanakan Shalat Istiska adalah shalat melakukan permohonan kepada Allah agar diberikan hujan," ujar Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi NTB Fathurrahman.

Ia berharap, kegiatan yang dilaksanakan pemerintah provinsi dapat diikuti oleh pemerintah kabupaten dan kota, serta seluruh masyarakat hingga tingkat desa di daerah itu.

"Semoga Allah SWT menghindarkan kita dari seluruh bencana, termasuk bencana kekeringan dan sebagainya," ucap dia.

Fathurahman juga menjelaskan bahwa dampak musim kemarau terus diantisipasi, salah satunya melakukan pembagian air di beberapa tempat.

"Dampak musim kemarau sudah kita antisipasi, beberapa dari pemerintah provinsi terus survive (bertahan, red.) melakukan pembagian air di beberapa titik," katanya.

Khatib pada Shalat Istiska itu, TGH Salimul Jihad, sedangkan imam TGH Ibrahim Luqman.

Berdasarkan data BPBD NTB, 577.025 jiwa yang terdiri atas 163.699 kepala keluarga di 70 kecamatan di NTB terdampak kekeringan akibat El Nino. 

Beberapa tempat di wilayah itu, antara lain mengalami kekurangan air bersih dan produksi hasil tanam petani berkurang.

Kepala Pelaksana BPBD NTB Ahmadi mengakui efek El Nino sudah mulai terasa, salah satunya krisis air bersih di masyarakat.

Fenomena itu, katanya, terasa terutama di kawasan yang tidak memiliki potensi air permukaan, tidak memiliki sumber air tanah, seperti sumur dangkal atau sumur bor, serta kawasan-kawasan yang tidak memiliki jaringan pipa perusahaan daerah air minum (PDAM).

"Jadi untuk daerah-daerah itu seperti di Sumbawa, Bima, Dompu, di sana ada kawasan-kawasan yang tidak memiliki air bersih, kita harus bawakan air pakai mobil tangki dan pakai kapal untuk kawasan Gili," ujar dia.

Terkait dengan ketersediaan air untuk disalurkan ke daerah-daerah yang kekurangan air, ia mengaku, cukup.

Namun, katanya, permasalahan pokoknya berupa biaya operasional untuk mengangkut kebutuhan air tersebut ke daerah yang terdampak. Dibutuhkan anggaran Rp40 miliar untuk mengatasi hal tersebut.

"Itu harus ada uangnya, kita butuh Rp40 miliar kalau kita mau tuntaskan," katanya.
 

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024