Mataram (ANTARA) - Lima mahasiswa Universitas Mataram (Unram), Nusa Tenggara Barat, berhasil membuat filamen printer tiga dimensi (3D) dengan memanfaatkan limbah plastik PET (polyethylene terephthalate) dan kitosan cangkang udang.
Mereka adalah Imam Azami, Padia Kurniasih, Subuhiah, Alba Amantha, dan Nur Habiiburrahman yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM RE) Unram yang berhasil mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2023.
"Filamen diaplikasikan pada printer 3D untuk mencetak suatu produk (prototype) sesuai desain yang dibuat. Sederhananya, filamen yang kami buat ini adalah materi pembentuk dalam percetakan 3D," kata Alba Amantha, anggota kelompok PKM RE di Mataram, Selasa.
Alba mengatakan filamen ini nantinya akan dililitkan pada semacam alat penggulung benang (bobbin) yang kemudian akan dimasukkan ke dalam mesin pencetak 3D.
Agar mendapatkan hasil permukaan cetakan yang bagus, kata dia, pengaturan suhu pada printer harus disesuaikan dengan jenis filamen.
Alba menceritakan inovasi yang dibuat bertujuan sebagai upaya menangani masalah sampah plastik dengan menambah nilai jual dari sampah plastik itu, sekaligus keinginan mereka untuk memformulasikan efektifitas kombinasi plastik PET dengan kitosan cangkang udang sebagai filamen printer 3D.
Kitosan adalah biopolimer dari limbah kulit hewan Crustacea (udang, kepiting, rajungan), alga, fungi dan ragi.
"Sampah ini memang masalah mendasar, jadi kami ingin membuat sebuah inovasi baru dari bahan yang murah dan mudah didapat ini," ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, inovasi yang dibuat sudah sampai pada tahap pengujian filamen untuk mengetahui seberapa besar daya tarik bahan sekaligus mengetahui kekuatan struktur mikro dari permukaan hasil cetakan.*
Mereka adalah Imam Azami, Padia Kurniasih, Subuhiah, Alba Amantha, dan Nur Habiiburrahman yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM RE) Unram yang berhasil mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2023.
"Filamen diaplikasikan pada printer 3D untuk mencetak suatu produk (prototype) sesuai desain yang dibuat. Sederhananya, filamen yang kami buat ini adalah materi pembentuk dalam percetakan 3D," kata Alba Amantha, anggota kelompok PKM RE di Mataram, Selasa.
Alba mengatakan filamen ini nantinya akan dililitkan pada semacam alat penggulung benang (bobbin) yang kemudian akan dimasukkan ke dalam mesin pencetak 3D.
Agar mendapatkan hasil permukaan cetakan yang bagus, kata dia, pengaturan suhu pada printer harus disesuaikan dengan jenis filamen.
Alba menceritakan inovasi yang dibuat bertujuan sebagai upaya menangani masalah sampah plastik dengan menambah nilai jual dari sampah plastik itu, sekaligus keinginan mereka untuk memformulasikan efektifitas kombinasi plastik PET dengan kitosan cangkang udang sebagai filamen printer 3D.
Kitosan adalah biopolimer dari limbah kulit hewan Crustacea (udang, kepiting, rajungan), alga, fungi dan ragi.
"Sampah ini memang masalah mendasar, jadi kami ingin membuat sebuah inovasi baru dari bahan yang murah dan mudah didapat ini," ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, inovasi yang dibuat sudah sampai pada tahap pengujian filamen untuk mengetahui seberapa besar daya tarik bahan sekaligus mengetahui kekuatan struktur mikro dari permukaan hasil cetakan.*