Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR Dyah Roro Esti mendukung penuh tenun asal Lamongan, yang tampil menawan dalam ajang Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MF) 2023.
"Tenun ikat ini adalah warisan leluhur yang memiliki nilai budaya, sejarah, dan tentunya ekonomi yang mengikutinya. Tugas kita adalah melestarikan dengan mengembangkan tenun ikat untuk mendukung ekonomi daerah terkhusus bagi masyarakat di Kabupaten Lamongan," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Pada ajang yang digelar di Jakarta, Kamis (26/10), anggota dewan dari Dapil Gresik dan Lamongan, Jatim, tersebut turut memperagakan busana rancangan Riris Ghofir dengan menggunakan bahan tenun ikat Lamongan, yang menggabungkan unsur tradisional dan modern.
"Saya ingin memperlihatkan tenun ikat Lamongan ini kepada masyarakat luas agar lebih banyak lagi orang yang tahu adanya tenun ikat asal Maduran, Lamongan. Tidak perlu jauh jauh ke Indonesia bagian timur ternyata. Saya berharap wisatawan yang datang ke Lamongan juga peminat tenunnya bisa meningkat," ujar Roro Esti.
Pada kesempatan itu, Roro Esti mengenakan setelan rancangan Riris Ghofir, perancang asal Gresik, Jatim, berupa blazer berbahan tenun ikat Lamongan dipadukan dengan bawahan rok berwarna abu-abu, yang dilengkapi kerudung putih andalannya.
"Kegiatan ini sebagai muse untuk desainer asal Gresik yakni Riris Ghofir, sekaligus sebagai bentuk dukungan terhadap bisnis lokal dan memperkenalkan tenun ikat Lamongan" ujarnya.
Baca juga: Perajin tenun Tanah Datar Sumbar dibekali manajemen mutu
Baca juga: Pemkab lombakan desain dan motif tenun Sambas
Tenun ikat yang berasal dari Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan itu dikenal masyarakat dengan nama Parengan. Tenun ikat Parengan dibuat di sentra industri Paradila yang berdiri sejak 1989. Butik Paradila menaungi warga Desa Parengan dan sekitarnya serta turut menjaga kelestarian tenun ikat di Lamongan. Acara peragaan busana itu dihadiri banyak merek pakaian muslim dari berbagai daerah Indonesia dengan beragam model dan ciri khas dari para perancang busana Tanah Air.
"Tenun ikat ini adalah warisan leluhur yang memiliki nilai budaya, sejarah, dan tentunya ekonomi yang mengikutinya. Tugas kita adalah melestarikan dengan mengembangkan tenun ikat untuk mendukung ekonomi daerah terkhusus bagi masyarakat di Kabupaten Lamongan," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Pada ajang yang digelar di Jakarta, Kamis (26/10), anggota dewan dari Dapil Gresik dan Lamongan, Jatim, tersebut turut memperagakan busana rancangan Riris Ghofir dengan menggunakan bahan tenun ikat Lamongan, yang menggabungkan unsur tradisional dan modern.
"Saya ingin memperlihatkan tenun ikat Lamongan ini kepada masyarakat luas agar lebih banyak lagi orang yang tahu adanya tenun ikat asal Maduran, Lamongan. Tidak perlu jauh jauh ke Indonesia bagian timur ternyata. Saya berharap wisatawan yang datang ke Lamongan juga peminat tenunnya bisa meningkat," ujar Roro Esti.
Pada kesempatan itu, Roro Esti mengenakan setelan rancangan Riris Ghofir, perancang asal Gresik, Jatim, berupa blazer berbahan tenun ikat Lamongan dipadukan dengan bawahan rok berwarna abu-abu, yang dilengkapi kerudung putih andalannya.
"Kegiatan ini sebagai muse untuk desainer asal Gresik yakni Riris Ghofir, sekaligus sebagai bentuk dukungan terhadap bisnis lokal dan memperkenalkan tenun ikat Lamongan" ujarnya.
Baca juga: Perajin tenun Tanah Datar Sumbar dibekali manajemen mutu
Baca juga: Pemkab lombakan desain dan motif tenun Sambas
Tenun ikat yang berasal dari Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan itu dikenal masyarakat dengan nama Parengan. Tenun ikat Parengan dibuat di sentra industri Paradila yang berdiri sejak 1989. Butik Paradila menaungi warga Desa Parengan dan sekitarnya serta turut menjaga kelestarian tenun ikat di Lamongan. Acara peragaan busana itu dihadiri banyak merek pakaian muslim dari berbagai daerah Indonesia dengan beragam model dan ciri khas dari para perancang busana Tanah Air.