Jakarta (ANTARA) - Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud mempertanyakan alasan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang bersikeras untuk membeli alutsista yang sudah usang untuk prajurit TNI, terutama tentang pesawat Mirage.
 

"Pertanyaan Mas Ganjar kepada kami sederhana saja, mengapa sesuatu yang 15 tahun lalu ditolak Menteri Pertahanan Juwono Sudarsoso dihibahkan Mirage itu tidak mau, sekarang malah beli dalam kondisi bekas yang jauh lebih tua?" kata Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar-Mahfud Andi Widjajanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Menanggapi alutsista yang dibeli Prabowo selama menjabat sebagai Menhan, Andi membeberkan bahwa dalam berbagai data, pembelian alutsista dalam kondisi lama dan usang amat berbahaya karena kecelakaan alutsista masih terus terjadi sejak 1945 sampai sekarang.

Menurut dia, sebagian besar kecelakaan alutsista terjadi pada TNI Angkatan Udara (AU) yang mengendarai pesawat tempur. Seharusnya ketika membeli jet tempur Mirage, Menhan mencari pesawat dengan generasi IV setengah atau generasi V.

"Kalau pesawat IV setengah yang kita cari itu minimal F-16 Viper atau Block 72, kalau bisa langsung ke F-22 atau F-35 kalau pakai Lockheed Martin atau langsung meningkat ke Sukhoi 57-su kalau pakai misalnya Rusia, itu yang harus kita kejar. Begitu diangkat di pesawat di AU, begitu pesawat tempurnya itu ketinggalan satu generasi, nyaris mustahil untuk menang Dock 5, nyaris mustahil," paparnya.

Pembelian alutsista yang usang, kata dia, juga tidak efektif karena pemerintah akan kesulitan melakukan daur hidup alat-alat perang tersebut. Misalnya, pesawat Mirage 2000-5 yang akan dibeli bekas Qatar.

Begitu mesin atau bagian-bagiannya tidak diproduksi lagi oleh produsen di Prancis, lanjut dia, sulit untuk melakukan pembaruan mesin karena barang yang sudah tidak diproduksi.

"Ini yang memproduksi sama dengan yang memproduksi Rafale, sama dengan yang memproduksi Falcon, pesawat bisnis jet VIP yang dibeli pada masa Pak Prabowo, Dassault. Dassault-nya sendiri sudah berhenti memproduksi Mirage. Tidak akan memproduksi yang baru, bahkan Rafale dia tidak akan memproduksi yang baru, naik ke generasi V," katanya.
 

Sebelumnya, Calon Presiden RI Prabowo Subianto merasa tidak terima. Bahkan, dia mengklaim jika usia alutsista bekas yang dibeli oleh Pemerintah masih berusia muda. Meski 50 persen dari alat-alat pertahanan yang dibeli merupakan alutsista bekas, menurut Prabowo, usia alat-alat tersebut relatif masih muda dan layak dipakai.

Sementara itu, Calon Presiden RI Ganjar Pranowo menanggapi bahwa dirinya bersama Mahfud Md. akan menerapkan kebijakan pembelian alutsista yang tanpa utang dan tidak usang.

"Jadi, mohon maaf kaitan dengan utang, no utang, no usang sehingga alutsista kita betul-betul kita lakukan transfer of technology dari dalam negeri," kata Ganjar.

Baca juga: Mau salaman dengan Prabowo, Anies: saya cari sudah tidak ada
Baca juga: Capres Prabowo tak bisa sembarangan buka data Kemhan ke publik

Ganjar menilai kebijakan pembelian alutsista dengan menggunakan utang justru bisa mematikan, terutama pada infrastruktur yang punya risiko tinggi. Mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode tersebut juga mengatakan bahwa Pemerintah harus menghitung betul dan bijak untuk membeli alutsista.

Ia berpendapat bahwa sebuah negara pernah kolaps karena utang. Walaupun demikian, Ganjar mengatakan bahwa industri pertahanan dalam negeri perlu dikuatkan.


 


Pewarta : Hreeloita Dharma Shanti
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024