Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 5,6 di wilayah Laut Flores dipicu aktivitas sesar naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
"Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Naik Flores," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Ia mengemukakan gempa yang terjadi pada Kamis, pukul 19.24.13 WIB itu terletak pada koordinat 8,26 lintang selatan dan 121,17 bujur timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 48 km arah barat laut Mbay, Nusa Tenggara Timur pada kedalaman 10 km.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," katanya.
Ia menyampaikan gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Ruteng, Waingapu, Bajawa, Ende, Maumere, Labuan Bajo dengan skala intensitas III MMI (Mdified Mercally Intensity), artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu.
Gempa juga dirasakan di daerah Kupang dengan skala intensitas II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Daryono mengatakan hingga pukul 19.46 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya tiga aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M3,9. Ia mengimbau masyarakat agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Baca juga: Info gempa bumi bermagnitudo 6,5 Vanuatu tak berdampak ke Indonesia
Baca juga: BMKG: Gempa bumi magnitudo 5 guncang Jailolo, Maluku Utara
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," katanya.
Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Naik Flores," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Ia mengemukakan gempa yang terjadi pada Kamis, pukul 19.24.13 WIB itu terletak pada koordinat 8,26 lintang selatan dan 121,17 bujur timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 48 km arah barat laut Mbay, Nusa Tenggara Timur pada kedalaman 10 km.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," katanya.
Ia menyampaikan gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Ruteng, Waingapu, Bajawa, Ende, Maumere, Labuan Bajo dengan skala intensitas III MMI (Mdified Mercally Intensity), artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu.
Gempa juga dirasakan di daerah Kupang dengan skala intensitas II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Daryono mengatakan hingga pukul 19.46 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya tiga aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M3,9. Ia mengimbau masyarakat agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Baca juga: Info gempa bumi bermagnitudo 6,5 Vanuatu tak berdampak ke Indonesia
Baca juga: BMKG: Gempa bumi magnitudo 5 guncang Jailolo, Maluku Utara
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," katanya.
Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.