Jakarta (ANTARA) - Program kerja sama badan-badan PBB untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di Indonesia melaksanakan kunjungan lapangan ke Nusa Tenggara Barat (NTB) guna memastikan program yang dijalankan memberi dampak nyata bagi pelaku UMKM.
Program bernama Accelerating SDGs Investment in Indonesia Joint Programme (ASSIST JP) yang didanai oleh Joint SDG Fund itu terutama melakukan peninjauan di sektor pangan berbasis pertanian serta start-up di sektor biru.
Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Valerie Julliand, sebagai koordinator ASSIST JP seperti tertulis dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat, menilai pendanaan yang melibatkan UNDP, UNIDO, UNEP, dan UNICEF tersebut, telah memberikan dampak positif pada 1.000 wirausahawan UMKM yang dipimpin oleh perempuan dan pemuda serta start-up yang telah menciptakan dampak perubahan yang besar bagi masyarakat setempat.
Baca juga: Implementasi SDGs jadi perhatian penting dalam pembangunan IKN
Baca juga: PLN meraih juara SDG Innovation Summit 2023 lewat program SuperSUN
“Program ini tidak hanya memberikan dukungan pendampingan teknis untuk peningkatan kapasitas yang disesuaikan dengan kebutuhan usaha untuk mendukung pertumbuhan lokal, tetapi juga membuka akses yang lebih luas terhadap peluang pembiayaan yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selain itu, kegiatan yang mendukung usaha lokal untuk memasuki pasar yang lebih luas juga menjadi kunci untuk pertumbuhan UMKM dan start-up,” kata Valerie.
UNIDO dan UNEP melalui bantuan teknisnya, memastikan praktik pertanian berkelanjutan dan perubahan ke arah metode sirkular yang berinput rendah.
Pusat pembelajaran untuk UMKM, yang merupakan aspek kunci, berfungsi sebagai sentra bagi lebih dari 200 komunitas petani dan penduduk desa untuk mengadopsi teknik pertanian yang ramah lingkungan dan penggunaan sumber daya yang efisien.
Salah satu penerima manfaat di sektor agrifood, Sasak Tani, mengakui terdapat perubahan positif bagi masyarakat lokal yang tak hanya terbatas pada sektor pertanian, tetapi juga menjangkau bidang pendidikan karena turut menggandeng sekolah-sekolah melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) kurikulum Merdeka Belajar.
Tak hanya berkunjung ke UMKM, perwakilan PBB di Indonesia turut berkunjung ke empat start-up alumni program Blue Finance Accelerator (BFA), sebuah inisiatif kerja sama yang diluncurkan UNDP dan ADB (Asian Development Bank) berkolaborasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi untuk memberdayakan start-up dan UMKM untuk mengakses peluang investasi berdampak.
Keempat start-up itu adalah Conplas, Karya Pesisir, Lamops, dan Oganic yang setelah lulus dari BFA menjalin berbagai kerja sama guna memperluas bisnis dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas di NTB.
Sebagai contoh, start-up yang berfokus pada daur naik (upcycling) limbah mutiara, Lamops, bermitra dengan tiga tambak mutiara dan berhasil mengurangi satu ton limbah mutiara di provinsi NTB. Selain itu, mereka menyelenggarakan lokakarya untuk 100 orang peserta dan 10 persen peserta pelatihan berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai pengrajin.
Tak sampai di situ, kunjungan perwakilan PBB dilanjutkan dengan berinteraksi bersama lebih dari siswa-siswi dan guru dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 yang menjadi penerima Program Indonesia Pintar yang dibiayai oleh Obligasi Berkelanjutan (SDG Bond) dengan dukungan dari ASSIST JP.
Melalui interaksi tersebut, ASSIST JP ingin menekankan bahwa programnya tidak hanya terbatas pada intervensi teknis semata, tetapi juga melibatkan lembaga-lembaga pendidikan, menciptakan ekosistem ekonomi berkelanjutan yang memberdayakan pemuda, serta berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan ekonomi yang lebih luas di Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya.
Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi NTB, Ibnu Salim, menyampaikan dukungan PBB dalam ASSIST Joint Programme telah secara signifikan memberi manfaat bagi wirausaha di berbagai sektor di Nusa Tenggara Barat dengan memberikan pendampingan teknis dan peningkatan kapasitas yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas, daya saing, dan akses yang lebih luas ke pasar lokal dan internasional.
“Program ini, sembari mengembangkan keahlian lokal dalam topik-topik seperti keberlanjutan, ekonomi sirkular, efisiensi sumber daya, produktivitas, dan akses pasar, juga membantu meningkatkan kondisi keuangan UMKM sebagai penerima manfaat, sehingga mereka menjadi lebih tangguh dalam jangka panjang. Program ini menawarkan manfaat sosial dan ekonomi yang sangat besar bagi provinsi ini, dan kami harap kolaborasi ini terus berlanjut di masa depan,” tutur Ibnu.