Jakarta (ANTARA) - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan negara-negara Timur Tengah sudah mengajukan minat untuk berinvestasi pada sektor energi baru terbarukan (EBT) di Nusantara, Kalimantan Timur.
"Terkait sektor energi di IKN, negara-negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi sudah mengajukan minat," ujar Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi OIKN Agung Wicaksono dalam diskusi daring di Jakarta, Senin.
Investor-investor Timur Tengah tersebut berencana untuk mengalokasikan investasinya sekitar 5-10 miliar dolar AS untuk membangun EBT di IKN, seperti yang sedang dilakukan sekarang oleh PLN Indonesia bersama Semcorp Utilities Pte. Ltd Singapura. Sembcorp Utilities Pte. Ltd. adalah perusahaan energi asal Singapura yang bekerja sama dengan PLN Nusantara Power (NP) untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di IKN.
"Kita akan perluas dan itu mitra-mitra asing dari Timur Tengah yang akan menjadi andalan kita," kata Agung.
Sebagai informasi, berdasarkan Rencana Induk IKN dalam Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara menyatakan bahwa Rencana Induk IKN mengusulkan 100 persen kebutuhan listrik tahunan IKN dipasok oleh pembangkit listrik terbarukan, antara lain, pembangkit listrik tenaga (PLT) surya atau solar farm dan PLT surya atap (panel surya atap).
Sistem ketenagalistrikan IKN terdiri atas berbagai sumber listrik, seperti pembangkit solar farm, panel surya atap, panel surya penerangan jalan, dan panel surya terapung. Oleh sebab itu, kemampuan jaringan untuk mendistribusikan pasokan listrik dari pembangkit tersebar diperlukan integrasi dalam pemenuhan kebutuhan listrik pada setiap waktu.
Baca juga: Kesiapan IKN menyambut HUT ke-79 RI
Baca juga: Transportasi publik dan mobilitas aktif jadi prioritas di IKN
IKN direncanakan mengaplikasikan smart grid, yaitu sistem jaringan yang memungkinkan aliran listrik dan data dua arah dengan teknologi komunikasi digital untuk mendeteksi, bereaksi, dan secara proaktif beradaptasi dengan perubahan penggunaan dan berbagai masalah.
IKN harus memproduksi dan mengekspor energi surya yang setara dengan jumlah energi yang digunakan dari gas alam untuk mencapai key performance index (KPI) 100 persen energi terbarukan.
"Terkait sektor energi di IKN, negara-negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi sudah mengajukan minat," ujar Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi OIKN Agung Wicaksono dalam diskusi daring di Jakarta, Senin.
Investor-investor Timur Tengah tersebut berencana untuk mengalokasikan investasinya sekitar 5-10 miliar dolar AS untuk membangun EBT di IKN, seperti yang sedang dilakukan sekarang oleh PLN Indonesia bersama Semcorp Utilities Pte. Ltd Singapura. Sembcorp Utilities Pte. Ltd. adalah perusahaan energi asal Singapura yang bekerja sama dengan PLN Nusantara Power (NP) untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di IKN.
"Kita akan perluas dan itu mitra-mitra asing dari Timur Tengah yang akan menjadi andalan kita," kata Agung.
Sebagai informasi, berdasarkan Rencana Induk IKN dalam Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara menyatakan bahwa Rencana Induk IKN mengusulkan 100 persen kebutuhan listrik tahunan IKN dipasok oleh pembangkit listrik terbarukan, antara lain, pembangkit listrik tenaga (PLT) surya atau solar farm dan PLT surya atap (panel surya atap).
Sistem ketenagalistrikan IKN terdiri atas berbagai sumber listrik, seperti pembangkit solar farm, panel surya atap, panel surya penerangan jalan, dan panel surya terapung. Oleh sebab itu, kemampuan jaringan untuk mendistribusikan pasokan listrik dari pembangkit tersebar diperlukan integrasi dalam pemenuhan kebutuhan listrik pada setiap waktu.
Baca juga: Kesiapan IKN menyambut HUT ke-79 RI
Baca juga: Transportasi publik dan mobilitas aktif jadi prioritas di IKN
IKN direncanakan mengaplikasikan smart grid, yaitu sistem jaringan yang memungkinkan aliran listrik dan data dua arah dengan teknologi komunikasi digital untuk mendeteksi, bereaksi, dan secara proaktif beradaptasi dengan perubahan penggunaan dan berbagai masalah.
IKN harus memproduksi dan mengekspor energi surya yang setara dengan jumlah energi yang digunakan dari gas alam untuk mencapai key performance index (KPI) 100 persen energi terbarukan.