Istanbul (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan pada Senin membahas perkembangan perang Israel yang berlangsung di Gaza dengan Menlu Inggris David Cameron. Menurut kantor berita SPA, bin Farhan menerima panggilan telepon dari Cameron dan membahas isu-isu regional dan internasional yang menjadi kepentingan bersama, terutama perkembangan di Jalur Gaza.
Percakapan mereka terjadi di tengah upaya AS, Qatar, dan Mesir untuk menjembatani perbedaan pandangan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran sandera.
Seperti kebanyakan umat Islam di seluruh dunia, warga Palestina di Gaza pada Senin memasuki bulan suci Ramadan, yang kali ini menjadi bulan puasa paling berat yang harus mereka jalani di bawah bombardir Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza.
Kantor berita Anadolu melaporkan sedikitnya 31.000 orang telah tewas dan 73.000 lainnya terluka akibat pengeboman Israel sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Israel juga menerapkan blokade yang melumpuhkan wilayah kantong Palestina itu sehingga penduduknya, khususnya di Gaza utara, terancam kelaparan.
Sekitar 85 persen warga Gaza terpaksa mengungsi akibat serangan Israel di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di sana telah rusak dan hancur, menurut catatan PBB.
Baca juga: Israel tak serius soal gencatan senjata
Baca juga: 15 Maret batas waktu penyelesaian politik dengan Lebanon
Putusan sela Mahkamah Internasional pada Januari memerintahkan Israel untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan yang dapat menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Pada 24 November, Qatar memediasi kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata sementara dan pertukaran beberapa tahanan dan sandera, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Gencatan senjata itu telah diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember. Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.
Percakapan mereka terjadi di tengah upaya AS, Qatar, dan Mesir untuk menjembatani perbedaan pandangan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran sandera.
Seperti kebanyakan umat Islam di seluruh dunia, warga Palestina di Gaza pada Senin memasuki bulan suci Ramadan, yang kali ini menjadi bulan puasa paling berat yang harus mereka jalani di bawah bombardir Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza.
Kantor berita Anadolu melaporkan sedikitnya 31.000 orang telah tewas dan 73.000 lainnya terluka akibat pengeboman Israel sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Israel juga menerapkan blokade yang melumpuhkan wilayah kantong Palestina itu sehingga penduduknya, khususnya di Gaza utara, terancam kelaparan.
Sekitar 85 persen warga Gaza terpaksa mengungsi akibat serangan Israel di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di sana telah rusak dan hancur, menurut catatan PBB.
Baca juga: Israel tak serius soal gencatan senjata
Baca juga: 15 Maret batas waktu penyelesaian politik dengan Lebanon
Putusan sela Mahkamah Internasional pada Januari memerintahkan Israel untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan yang dapat menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Pada 24 November, Qatar memediasi kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata sementara dan pertukaran beberapa tahanan dan sandera, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Gencatan senjata itu telah diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember. Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.