Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mendukung pengembangan energi baru terbarukan dari biomassa kayu dengan memanfaatkan hutan tanaman energi di Kabupaten Gunungkidul.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Kamis (21/03), mengatakan program yang diinisiasi PT PLN Energi Primer Indonesia bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI itu sangat penting dan strategis.
"Saya mendukung penuh inisiatif diversifikasi sumber energi melalui pemanfaatan bahan bakar biomassa berbasis kayu hutan produksi atau hutan tanaman energi," kata dia dalam FGD "Pengembangan Sirkular Ekonomi Melalui Revitalisasi Lahan Kritis Energi".
Menurut Sultan, pasokan energi yang stabil dan andal dibutuhkan dari mulai penerangan sehari-hari, transportasi, hingga sektor industri yang menjadi tulang punggung ekonomi negara. Dia mengakui kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi krisis energi sehingga dapat mendorong inovasi, investasi, dan pengembangan infrastruktur yang dibutuhkan untuk memperkuat sistem energi negara.
Sebagai bentuk dukungan, pada 2023 DIY telah melakukan inisiasi pembangunan ekosistem Green Economy untuk mendukung Net Zero Emission (NZE) di Gunungkidul melalui tanaman Kleresede.
Menurut dia, kleresede mempunyai banyak fungsi sebagai peneduh di pekarangan dan pelindung tanaman, termasuk daunnya untuk pakan ternak, sedangkan batangnya bisa dipotong-potong untuk pembakaran biogas.
"Kerja sama ini saya kira bisa ada lanjutan, karena masyarakat di Gunungkidul itu yang saya lihat itu juga satu kelurahan inisiatif Pak Lurah melakukan pembibitan 50 ribu. Satu bibit dihargai Rp1.000. Setidaknya dalam satu desa beredar Rp50 juta yang bisa memperbaiki ekonomi juga," kata dia.
Sultan HB X mengatakan apabila luas lahan kebun kleresede yang sudah sekitar 60 hektare ini dapat ditambah maka pembenihan juga bertambah. Menurut dia, daun kleresede akan menjadi salah satu solusi mengatasi kebutuhan pakan ternak, sedangkan batang kayunya akan menopang kebutuhan PLN atas pengganti batubara dengan harga lebih murah.
Sultan menyadari ketergantungan manusia sangat tinggi pada bahan bakar fosil sehingga berdampak pada perubahan iklim global. Sementara itu, Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia Iwan Agung Firstantara mengatakan saat ini pihaknya telah memiliki proyek percontohan pembudidayaan tanaman kleresede di Karangasem dan Gombang, Gunungkidul seluas 50 hektare di tanah Sultan Ground (SG).
"Tetapi di seluruh masyarakat itu juga kami kembangkan untuk pembibitan dan juga penanaman secara mandiri masyarakat. Jadi sebenarnya cukup banyak, ada di masyarakat, tanah kas desa dan Sultan Ground," katanya.
Saat ini, kata dia, luas lahan tersebut sudah mencapai 2x30 hektare dan kemungkinan akan bertambah.
"Penduduk juga melakukan pengembangan sendiri, karena penduduk di lahan kritis menanam sendiri. Selain di Gunungkidul kami juga kembangkan bersma mitra di Banten, Tasikmalaya, Cilacap, Kupang hingga Kalimantan Barat," kata dia.
Baca juga: Banjarbaru meraih penghargaan pengelolaan lingkungan hidup
Baca juga: KLHK bagikan pengalaman bangun SVLK ke delegasi Laos
Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti menyebut pengembangan energi baru terbarukan dari biomassa kayu merupakan antisipasi terhadap menipisnya energi tidak terbarukan, sekaligus menjawab tantangan kebutuhan energi masyarakat yang semakin kompleks.
"Kita dorong pemanfaatan limbah kayu dan hasilnya ini menjadi biomassa. Artinya, tidak ada tersisa limbah pohon, semuanya bermanfaat baik daun maupun kayunya," ujar Nani.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Kamis (21/03), mengatakan program yang diinisiasi PT PLN Energi Primer Indonesia bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI itu sangat penting dan strategis.
"Saya mendukung penuh inisiatif diversifikasi sumber energi melalui pemanfaatan bahan bakar biomassa berbasis kayu hutan produksi atau hutan tanaman energi," kata dia dalam FGD "Pengembangan Sirkular Ekonomi Melalui Revitalisasi Lahan Kritis Energi".
Menurut Sultan, pasokan energi yang stabil dan andal dibutuhkan dari mulai penerangan sehari-hari, transportasi, hingga sektor industri yang menjadi tulang punggung ekonomi negara. Dia mengakui kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi krisis energi sehingga dapat mendorong inovasi, investasi, dan pengembangan infrastruktur yang dibutuhkan untuk memperkuat sistem energi negara.
Sebagai bentuk dukungan, pada 2023 DIY telah melakukan inisiasi pembangunan ekosistem Green Economy untuk mendukung Net Zero Emission (NZE) di Gunungkidul melalui tanaman Kleresede.
Menurut dia, kleresede mempunyai banyak fungsi sebagai peneduh di pekarangan dan pelindung tanaman, termasuk daunnya untuk pakan ternak, sedangkan batangnya bisa dipotong-potong untuk pembakaran biogas.
"Kerja sama ini saya kira bisa ada lanjutan, karena masyarakat di Gunungkidul itu yang saya lihat itu juga satu kelurahan inisiatif Pak Lurah melakukan pembibitan 50 ribu. Satu bibit dihargai Rp1.000. Setidaknya dalam satu desa beredar Rp50 juta yang bisa memperbaiki ekonomi juga," kata dia.
Sultan HB X mengatakan apabila luas lahan kebun kleresede yang sudah sekitar 60 hektare ini dapat ditambah maka pembenihan juga bertambah. Menurut dia, daun kleresede akan menjadi salah satu solusi mengatasi kebutuhan pakan ternak, sedangkan batang kayunya akan menopang kebutuhan PLN atas pengganti batubara dengan harga lebih murah.
Sultan menyadari ketergantungan manusia sangat tinggi pada bahan bakar fosil sehingga berdampak pada perubahan iklim global. Sementara itu, Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia Iwan Agung Firstantara mengatakan saat ini pihaknya telah memiliki proyek percontohan pembudidayaan tanaman kleresede di Karangasem dan Gombang, Gunungkidul seluas 50 hektare di tanah Sultan Ground (SG).
"Tetapi di seluruh masyarakat itu juga kami kembangkan untuk pembibitan dan juga penanaman secara mandiri masyarakat. Jadi sebenarnya cukup banyak, ada di masyarakat, tanah kas desa dan Sultan Ground," katanya.
Saat ini, kata dia, luas lahan tersebut sudah mencapai 2x30 hektare dan kemungkinan akan bertambah.
"Penduduk juga melakukan pengembangan sendiri, karena penduduk di lahan kritis menanam sendiri. Selain di Gunungkidul kami juga kembangkan bersma mitra di Banten, Tasikmalaya, Cilacap, Kupang hingga Kalimantan Barat," kata dia.
Baca juga: Banjarbaru meraih penghargaan pengelolaan lingkungan hidup
Baca juga: KLHK bagikan pengalaman bangun SVLK ke delegasi Laos
Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti menyebut pengembangan energi baru terbarukan dari biomassa kayu merupakan antisipasi terhadap menipisnya energi tidak terbarukan, sekaligus menjawab tantangan kebutuhan energi masyarakat yang semakin kompleks.
"Kita dorong pemanfaatan limbah kayu dan hasilnya ini menjadi biomassa. Artinya, tidak ada tersisa limbah pohon, semuanya bermanfaat baik daun maupun kayunya," ujar Nani.