Bandung (ANTARA) - The Starbucks Foundation mendukung Mercy Corps Indonesia untuk memberdayakan perempuan dalam komunitas petani kopi melalui program Bentani Brewing Change: Women’s Empowerment in Coffee Origin Communities yang berfokus pada perencanaan mitigasi bencana, perubahan iklim, dan pengembangan ekonomi.
“Tujuannya adalah Starbucks ingin memberdayakan perempuan lebih. Sebagai salah satu aspirasi dan tujuan (Starbucks) dengan memberikan keuntungan di sekitar satu juta perempuan di dunia untuk bisa mendapatkan program atau keuntungan terkait," kata Public Relation & CSR Division Manager Kiki Mochamad Rizki di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Pemberdayaan perempuan komunitas petani itu dilakukan dengan pemberian dana kepada komunitas, baik yang berkaitan langsung dengan perkebunan kopi maupun yang tidak. Saat ini pemberdayaan dilakukan di Cimaung dan Ciwidey, daerah penghasil kopi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Saat ini Starbucks Foundation telah memberikan sekitar 1 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp15,9 miliar yang diberikan secara bertahap untuk program Bentani. Saat ini program Bentani sudah masuk fase kedua, dan Mercy Corps Indonesia menerima tambahan dana dari Starbucks Foundation untuk mendukung lebih banyak lagi komunitas perempuan di Kabupaten Bandung, Garut, Bandung Barat, dan tambahan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Pada kesempatan yang sama Koordinator Program Mercy Corps untuk Indonesia Navita Hani Restuningrum menyebut bahwa target partisipan dalam fase itu meningkat menjadi 3.700, menunjukkan kesuksesan pendekatan Bentani dalam mendukung ketahanan ekonomi perempuan petani kopi.
Bentani memiliki tiga tujuan, yaitu program ini berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kesehatan dengan menyediakan edukasi kesehatan serta fasilitas WASH (Water, Sanitation, and Hygiene/air, sanitasi dan kebersihan). Bentani juga berupaya meningkatkan literasi keuangan perempuan di komunitas kopi sehingga mereka dapat mengakses layanan keuangan formal dan informal seperti bank dan koperasi, serta produk perbankan lainnya.
Selain itu, program juga mendukung peningkatan peluang ekonomi bagi perempuan petani kopi untuk mendorong mereka mengembangkan bisnis tanpa meninggalkan pertanian kopi, dengan memberikan pelatihan bisnis online dan pemasaran digital.
“Jadi, dalam pengembangan bisnis ini mereka tidak akan meninggalkan tanah mereka, tidak akan meninggalkan pertanian kopi, tapi, mereka punya pendapatan tambahan dengan tadi punya bisnis online. Jadi, kita kerja sama dengan e-commerce untuk mengadakan pelatihan bisnis online dan digital marketing,” kata Hani.
Baca juga: Kemenkumham NTB minta petani kopi Sembalun daftarkan kekayaan intelektual
Baca juga: Walhi berdayakan masyarakat kelola lingkungan melalui ekonomi Nusantara
Melalui program tersebut, produk turunan kopi seperti teh dari kulit kopi dapat dipasarkan secara online untuk menghasilkan pendapatan tambahan. Selain itu, program tersebut juga mendorong pengolahan bahan kopi menjadi produk lain guna meningkatkan nilai tambah produk kopi.
Program Bentani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan petani kopi, tetapi, juga untuk memberikan mereka kesempatan dalam mengembangkan bisnis dan meningkatkan pendapatan, tanpa meninggalkan asal usul mereka sebagai petani kopi.
“Tujuannya adalah Starbucks ingin memberdayakan perempuan lebih. Sebagai salah satu aspirasi dan tujuan (Starbucks) dengan memberikan keuntungan di sekitar satu juta perempuan di dunia untuk bisa mendapatkan program atau keuntungan terkait," kata Public Relation & CSR Division Manager Kiki Mochamad Rizki di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Pemberdayaan perempuan komunitas petani itu dilakukan dengan pemberian dana kepada komunitas, baik yang berkaitan langsung dengan perkebunan kopi maupun yang tidak. Saat ini pemberdayaan dilakukan di Cimaung dan Ciwidey, daerah penghasil kopi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Saat ini Starbucks Foundation telah memberikan sekitar 1 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp15,9 miliar yang diberikan secara bertahap untuk program Bentani. Saat ini program Bentani sudah masuk fase kedua, dan Mercy Corps Indonesia menerima tambahan dana dari Starbucks Foundation untuk mendukung lebih banyak lagi komunitas perempuan di Kabupaten Bandung, Garut, Bandung Barat, dan tambahan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Pada kesempatan yang sama Koordinator Program Mercy Corps untuk Indonesia Navita Hani Restuningrum menyebut bahwa target partisipan dalam fase itu meningkat menjadi 3.700, menunjukkan kesuksesan pendekatan Bentani dalam mendukung ketahanan ekonomi perempuan petani kopi.
Bentani memiliki tiga tujuan, yaitu program ini berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kesehatan dengan menyediakan edukasi kesehatan serta fasilitas WASH (Water, Sanitation, and Hygiene/air, sanitasi dan kebersihan). Bentani juga berupaya meningkatkan literasi keuangan perempuan di komunitas kopi sehingga mereka dapat mengakses layanan keuangan formal dan informal seperti bank dan koperasi, serta produk perbankan lainnya.
Selain itu, program juga mendukung peningkatan peluang ekonomi bagi perempuan petani kopi untuk mendorong mereka mengembangkan bisnis tanpa meninggalkan pertanian kopi, dengan memberikan pelatihan bisnis online dan pemasaran digital.
“Jadi, dalam pengembangan bisnis ini mereka tidak akan meninggalkan tanah mereka, tidak akan meninggalkan pertanian kopi, tapi, mereka punya pendapatan tambahan dengan tadi punya bisnis online. Jadi, kita kerja sama dengan e-commerce untuk mengadakan pelatihan bisnis online dan digital marketing,” kata Hani.
Baca juga: Kemenkumham NTB minta petani kopi Sembalun daftarkan kekayaan intelektual
Baca juga: Walhi berdayakan masyarakat kelola lingkungan melalui ekonomi Nusantara
Melalui program tersebut, produk turunan kopi seperti teh dari kulit kopi dapat dipasarkan secara online untuk menghasilkan pendapatan tambahan. Selain itu, program tersebut juga mendorong pengolahan bahan kopi menjadi produk lain guna meningkatkan nilai tambah produk kopi.
Program Bentani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan petani kopi, tetapi, juga untuk memberikan mereka kesempatan dalam mengembangkan bisnis dan meningkatkan pendapatan, tanpa meninggalkan asal usul mereka sebagai petani kopi.