Denpasar (ANTARA) - Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra menilai daerahnya bisa berkontribusi besar dalam pengembangan studi mangrove, seiring dengan pendirian Pusat Penelitian Mangrove Internasional yang dinamakan International Mangrove Research Center (IMRC) Mohamed bin Zayed-Joko Widodo.
"Kalau pusat studi mangrove ada di Bali maka Bali akan memiliki peranan penting dalam pengembangan mangrove ke depan dan pengurangan emisi karbon," kata Dewa Indra di sela-sela menghadiri groundbreaking (peletakan batu pertama) IMRC Mohamed bin Zayed-Joko Widodo di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, pusat penelitian mangrove kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Uni Emirat Arab itu sekaligus akan mampu menarik kunjungan wisatawan ke Provinsi Bali.
"Vegetasi mangrove di Bali sangat bagus dan spesiesnya sangat lengkap. Jarang ada hutan mangrove yang spesiesnya sangat beragam seperti di Bali ini," ucapnya lagi.
Keunggulan mangrove di Bali itu, lanjut dia, juga telah menarik negara-negara lain untuk melakukan studi tentang mangrove. Bahkan pemimpin dunia saat KTT G20 juga ke Bali untuk bersama-sama menanam mangrove.
"Mangrove memiliki daya serap karbon yang luar biasa dan menghasilkan oksigen yang sangat banyak. Mangrove di Bali ini spesiesnya sangat banyak, tentu sangat menarik bagi para ahli untuk melakukan studi tentang mangrove," ucapnya.
Terkait dengan perencanaan pendirian Pusat Penelitian Mangrove Internasional itu saat ini masih sedang difinalisasi dan akan dibangun di kawasan mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar.
"Kemudian tahap selanjutnya analisis dampak lingkungan. Tadi Bapak Menko (Marves) mengatakan mudah-mudahan tahun depan bisa dimulai. Jadi rencananya pendanaan dari Pemerintah Uni Emirat Arab," katanya.
Setelah dibangun, kata Dewa Indra, nanti akan dikelola bersama dan rencananya akan diserahkan kepada Pemerintah Indonesia.
Baca juga: TNI menanam pohon mangrove di pesisir pantai Lombok Timur
Baca juga: Melanjutkan program carbon offset, inisiatif Telkomsel jaga bumi tanam 15.060 pohon di kawasan hutan mangrove Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab (UEA) Amna bint Abdullah Al Dahak Al Shamsi melakukan proses peletakan batu pertama IMRC Mohamed bin Zayed-Joko Widodo di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali di Kota Denpasar.
Luhut menyebut pusat penelitian tersebut bukan sekadar proyek konstruksi, namun ke depannya pusat penelitian ini dapat menjadi keseluruhan paket penelitian, peningkatan kapasitas, dan destinasi internasional di Bali.
Setelah didirikan, kata Luhut, Pusat Penelitian Mangrove Internasional ini akan berfungsi untuk penelitian mutakhir, konservasi, dan pendidikan. Penelitian tersebut khususnya pemanfaatan bioteknologi dan inovasi seperti kecerdasan buatan untuk identifikasi mangrove dan pemanfaatan drone untuk restorasi di daerah terpencil.
"Kalau pusat studi mangrove ada di Bali maka Bali akan memiliki peranan penting dalam pengembangan mangrove ke depan dan pengurangan emisi karbon," kata Dewa Indra di sela-sela menghadiri groundbreaking (peletakan batu pertama) IMRC Mohamed bin Zayed-Joko Widodo di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, pusat penelitian mangrove kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Uni Emirat Arab itu sekaligus akan mampu menarik kunjungan wisatawan ke Provinsi Bali.
"Vegetasi mangrove di Bali sangat bagus dan spesiesnya sangat lengkap. Jarang ada hutan mangrove yang spesiesnya sangat beragam seperti di Bali ini," ucapnya lagi.
Keunggulan mangrove di Bali itu, lanjut dia, juga telah menarik negara-negara lain untuk melakukan studi tentang mangrove. Bahkan pemimpin dunia saat KTT G20 juga ke Bali untuk bersama-sama menanam mangrove.
"Mangrove memiliki daya serap karbon yang luar biasa dan menghasilkan oksigen yang sangat banyak. Mangrove di Bali ini spesiesnya sangat banyak, tentu sangat menarik bagi para ahli untuk melakukan studi tentang mangrove," ucapnya.
Terkait dengan perencanaan pendirian Pusat Penelitian Mangrove Internasional itu saat ini masih sedang difinalisasi dan akan dibangun di kawasan mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar.
"Kemudian tahap selanjutnya analisis dampak lingkungan. Tadi Bapak Menko (Marves) mengatakan mudah-mudahan tahun depan bisa dimulai. Jadi rencananya pendanaan dari Pemerintah Uni Emirat Arab," katanya.
Setelah dibangun, kata Dewa Indra, nanti akan dikelola bersama dan rencananya akan diserahkan kepada Pemerintah Indonesia.
Baca juga: TNI menanam pohon mangrove di pesisir pantai Lombok Timur
Baca juga: Melanjutkan program carbon offset, inisiatif Telkomsel jaga bumi tanam 15.060 pohon di kawasan hutan mangrove Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab (UEA) Amna bint Abdullah Al Dahak Al Shamsi melakukan proses peletakan batu pertama IMRC Mohamed bin Zayed-Joko Widodo di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali di Kota Denpasar.
Luhut menyebut pusat penelitian tersebut bukan sekadar proyek konstruksi, namun ke depannya pusat penelitian ini dapat menjadi keseluruhan paket penelitian, peningkatan kapasitas, dan destinasi internasional di Bali.
Setelah didirikan, kata Luhut, Pusat Penelitian Mangrove Internasional ini akan berfungsi untuk penelitian mutakhir, konservasi, dan pendidikan. Penelitian tersebut khususnya pemanfaatan bioteknologi dan inovasi seperti kecerdasan buatan untuk identifikasi mangrove dan pemanfaatan drone untuk restorasi di daerah terpencil.