Badung (ANTARA) - Perusahaan teknologi yang mengelola air di lebih dari 100 PDAM se-Indonesia, Bima Sakti Alterra (BS) memamerkan kerja perangkat mereka dalam World Water Forum (WWF) Ke-10 di Bali.
“Kami partner dari PDAM sudah 14 tahun, di WWF ini kami unjuk gigi bahwa anak bangsa bisa mengembangkan sendiri aplikasi untuk monitoring bisnis proses PDAM dan distribusi air secara realtime,” kata Direktur Bima Sakti Alterra (BSA) Putri Respati.
Di Kabupaten Badung, Bali, Kamis, Putri menjelaskan kerja mereka mulai dari pemasangan aplikasi administratif kemudian berlanjut ke pemasangan perangkat berteknologi digital IoT yang memiliki sensor untuk mendeteksi permasalahan pada distribusi air.
Ketika dikunjungi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono BSA menjelaskan perihal teknologi mereka, dimana 100 persen perangkat lunak buatan dalam negeri sementara perangkat kerasnya sebagian dalam negeri sebagian seperti sensor pendeteksi masih berasal dari luar negeri.
“Kami mengakuisisi data dan memformulasikan memvisualisasikan data supaya bisa dikonsumsi oleh PDAM, sehingga mereka bisa mengambil keputusan dengan lebih tepat dan cepat ketika ada permasalahan,” ujar Putri.
Untuk di Bali sendiri teknologi manajemen air mereka saat ini sudah dimanfaatkan PDAM di Kabupaten Gianyar, Badung, Bangli, Klungkung, Karangasem, dan Jembrana, namun cara kerja mereka bertahap sehingga belum semua sampai pada tahap pemasangan sensor pendeteksi.
Salah satu yang membagikan pengalaman memanfaatkan teknologi manajemen air Bima Sakti Alterra secara penuh adalah PDAM Gianyar.
Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan Perumda Air Minum Tirta Sanjiwani (PDAM Gianyar) Cokorda Gde Krisena Agung mengatakan selama 13 tahun telah memanfaatkan sistem BSA dan sangat membantu.
Baca juga: Wali Kota Eri: Master meter PDAM wujud bangun Surabaya dengan kebersamaan
Baca juga: 20 tahun menanti, Ratusan warga Tambak Dalam Surabaya menikmati air PDAM
“Dulu kami pencetakan rekening manual sekarang pembayaran daring tidak perlu cetak rekening yang beribu ribu lembar, lalu kalau ada anomali, kami sudah punya SOP sehingga ada skala prioritas, kalau gangguannya major maka kami akan langsung ke lokasi,” tuturnya.
Cokorda Gede mengatakan PDAM Gianyar jadi lebih tanggap dalam menangani permasalahan penyaluran air ke 56 ribu pelanggannya, namun harus diakui kesulitannya adalah perubahan kebiasaan dari sistem konvensional sebelumnya.
“Kami partner dari PDAM sudah 14 tahun, di WWF ini kami unjuk gigi bahwa anak bangsa bisa mengembangkan sendiri aplikasi untuk monitoring bisnis proses PDAM dan distribusi air secara realtime,” kata Direktur Bima Sakti Alterra (BSA) Putri Respati.
Di Kabupaten Badung, Bali, Kamis, Putri menjelaskan kerja mereka mulai dari pemasangan aplikasi administratif kemudian berlanjut ke pemasangan perangkat berteknologi digital IoT yang memiliki sensor untuk mendeteksi permasalahan pada distribusi air.
Ketika dikunjungi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono BSA menjelaskan perihal teknologi mereka, dimana 100 persen perangkat lunak buatan dalam negeri sementara perangkat kerasnya sebagian dalam negeri sebagian seperti sensor pendeteksi masih berasal dari luar negeri.
“Kami mengakuisisi data dan memformulasikan memvisualisasikan data supaya bisa dikonsumsi oleh PDAM, sehingga mereka bisa mengambil keputusan dengan lebih tepat dan cepat ketika ada permasalahan,” ujar Putri.
Untuk di Bali sendiri teknologi manajemen air mereka saat ini sudah dimanfaatkan PDAM di Kabupaten Gianyar, Badung, Bangli, Klungkung, Karangasem, dan Jembrana, namun cara kerja mereka bertahap sehingga belum semua sampai pada tahap pemasangan sensor pendeteksi.
Salah satu yang membagikan pengalaman memanfaatkan teknologi manajemen air Bima Sakti Alterra secara penuh adalah PDAM Gianyar.
Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan Perumda Air Minum Tirta Sanjiwani (PDAM Gianyar) Cokorda Gde Krisena Agung mengatakan selama 13 tahun telah memanfaatkan sistem BSA dan sangat membantu.
Baca juga: Wali Kota Eri: Master meter PDAM wujud bangun Surabaya dengan kebersamaan
Baca juga: 20 tahun menanti, Ratusan warga Tambak Dalam Surabaya menikmati air PDAM
“Dulu kami pencetakan rekening manual sekarang pembayaran daring tidak perlu cetak rekening yang beribu ribu lembar, lalu kalau ada anomali, kami sudah punya SOP sehingga ada skala prioritas, kalau gangguannya major maka kami akan langsung ke lokasi,” tuturnya.
Cokorda Gede mengatakan PDAM Gianyar jadi lebih tanggap dalam menangani permasalahan penyaluran air ke 56 ribu pelanggannya, namun harus diakui kesulitannya adalah perubahan kebiasaan dari sistem konvensional sebelumnya.