Lombok Timur (ANTARA) - Dr. H. Muhammad Zaenul Majdi, MA adalah satu dari sekian tokoh nasional  Tanah Air dengan latar belakang ulama. Kehadirannya dalam pentas politik Tanah Air dengan narasi kebangsaan dan keislaman yang kuat telah menjadi ikon baru bagi generasi muda berlatar belakang santri untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan Bangsa.  
Tuan Guru Kiai Haji (TGKH) Dr. Muhammad Zaenul Majdi, MA yang familier dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB) hari ini genap berusia 52 tahun. Lahir di Pancor pada tanggal 31 Mei 1972 sebagai anak ketiga dari pasangan H. Djalaluddin dan Hj. Siti Rauhun Zaenuddin Abdul Majid. Nasab dari pihak ayah dan ibu adalah keluarga tokoh agama terkemuka di Lombok. Masa kanak-kanak dan pendidikan dasar ditempuh di Mataram. Sejak pendidikan menengah pertama, TGB menetap di Pancor, belajar di madrasah yang didirikan oleh Sang Kakek, al-Magfurullah Maulana Syeikh TGKH. Zaenuddin Abdul Majid – Yayasan Pendidikan HAMZANWADI Pondok Pesantren Darunnahdhatin  Pancor. 

Sejak di bangku pendidikan dasar TGB selalu tampil menjadi juara di kelasnya. Di kalangan keluarga, terutama Sang Ayah, TGB dilihat sebagai anak yang paling menonjol dalam pelajaran, lebih-lebih pada urusan menghapal. Atas niat mulia dan do’a Sang Ibu yang menginginkan sang putra mengkaji ilmu agama, dan restu sang ayah, TGB berangkat ke Pancor. Menjadi santri dari Sang Kakek – Pahlawan Nasional asal Nusa Tenggara Barat, al-Magfurullah Maulana Syiekh TGKH. Zaenuddin Abdul Majid. Semasa menjadi santri di Pancor, TGB bergaul, berinteraksi sebagaimana santri pada umumnya. Mengaji, sesekali bermain bola. Lebih sering bermain catur.  
Meski menjalani aktivitas seperti santri pada umumnya, di Pancor TGB telah menunjukkan kemahirannya dalam berbagai bidang ilmu. Oleh beberapa teman bermainnya di Pancor, TGB dikenal sebagai santri yang gemar membaca bermacam-macam buku. Tak heran, di bawah bimbingan beberapa guru, TGB menunjukkan keunggulan dalam menerima pelajaran yang diberikan sang guru. Tidak terkecuali bimbingan dan pengawasan khusus Sang Kakek yang merupakan pendiri NWDI, NBDI dan NW. 
Di Pancor, TGB telah menunjukkan kecemerlangannya. Pergaulannya lintas tingkat santri. TGB sejak menjadi santri telah biasa diskusi pada banyak bidang ilmu dengan santri-santri senior ketika itu. Serius dalam belajar, tapi tetap juga punya waktu bermain.

Dari beberapa sumber, ketika TGB di Pancor, selalu bermain catur. Yang agak unik, sejak usia belia, TGB selalu mengikuti perkembangan informasi dunia. Melalui siaran berita TVRI, “Dunia dalam Berita”, meski sedang asyik bermain catur, jika telah sampai pukul 22.00 WITA, TGB segera meninggalkan permainan caturnya. Dan mengajak teman-temannya untuk menonton berita. Menurut TGB di masa itu,  semua kejadian yang terjadi di berbagai belahan dunia memiliki kaitan dan dampak dengan kehidupan manusia di belahan dunia yang lain, termasuk kehidupan masyarakat Nusa Tenggara Barat. Tentu saja, pandangan ini bisa dikatakan di luar menstrem dunia santri. Dunia santri identik dengan orang yang asyik dengan berbagai kajian kitab. Tertutup dengan dunia luar. Kadang kurang respon terhadap perkembangan dunia. Sampailah TGB mengalami loncatan kenaikan kelas. Meski sang ibu tidak setuju dengan hal ini, namun Sang Kakek menyetujui TGB loncat kelas. 

TGB dikenal sebagai cucu yang pintar, santun, bicara seperlunya. Setelah tiba saatnya, tahun 1991 atas dorongan dan restu dari Sang Ibu dan Kekek, TGB segera terbang ke Mesir. Mengambil jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuludin, Universitas al-Azhar. Meraih gelar Lc tahun 1995. Pada perguruan yang sama, pada tahun 2000, TGB meraih gelar Master of Art. Selama studi di Mesir, tidak banyak terdengar atau orang menyebut nama-nama M. Zaenul Majdi di Lombok. Informasi yang sampai ke publik hanya sebatas, bahwa ada salah satu cucu pendiri NWDI, NBDI, dan NW sedang menempuh pendidikan di Mesir.   

Sejak kepulangan menuntut ilmu dari negeri seribu piramida -- Mesir itu, dan memulai aktivitas dakwahnya, Dr. M. Zaenul Majdi dipanggil dengan sebutan Tuan Guru Bajang oleh masyarakat Lombok. Untuk panggilan Tuan Guru Bajang sendiri pertama kali disematkan oleh ketua ta’mir masjid attaqwa Pancor – almarhum Ustadz H. Hasbi. Segera setelah panggilan itu, sebutan Tuan Guru Bajang menjadi viral di tengah-tengah masyarakat. Panggilan tuan guru sendiri untuk masyarakat Lombok adalah panggilan kepercayaan dari masyarakat terhadap orang-orang yang dipandang memiliki pengetahun ilmu agama yang luas dan mendalam. 

Kehadiran Tuan Guru Bajang di dunia dakwah pulau Lombok segera membuat masyarakat jatuh hati dengan kedalaman ilmu, sikap dan bahasa yang digunakan oleh Tuan Guru Bajang. Universalitas Islam, moderasi, tolerasi adalah tema-tema yang selalu disampaikan ke masyarakat. Usia masih muda, namun alim, stabilitas emosi, tutur kata lembut, sopan, tawaddu, dari keturunan ulama kharismatik, penampilan yang selalu rapi, dengan kulit bersih, kuning menyala, dan tampan adalah branding yang melekat dalam diri Tuan Guru Bajang di tengah-tengah masyarakat. Bagi para saksi sejarah, panggilan dan situasi kehadiran TGB sama persis dengan awal kepulangan TGKH. M. Zaenuddin Abdul Majid dari Mekkah ketika itu.  

Tuan Guru Bajang hadir mengisi kehausan umat akan nilai-nilai agama. Tuan Guru Bajang tampil berbeda dengan dakwah para tokoh agama di zamannya. Ilmu yang mendalam, serius, dengan tutur yang runtut dan mudah dipahami adalah citra utama Tuan Guru Bajang di masyarakat Lombok. Sejak nama TGB disemat, Tuan Guru Bajang menjadi buah bibir di semua kalangan lapisan masyarakat. Orang tua, pemuda, anak-anak banyak menyebut nama Tuan Guru Bajang. Bahkan Tidak sedikit dari Ibu-Ibu yang memiliki anak laki-laki bercita-cita dan berdoa agar anaknya bisa seperti Tuan Guru Bajang. 

Perjalanan dakwah Tuan Guru Bajang penuh dengan dinamika. Jauh sebelum istilah blusukan viral di Tanah Air. Tuan Guru Bajang adalah aktor utama blusukan itu sendiri. Tempat dakwah Tuan Guru Bajang tidak hanya di kota. Tetapi sampai ke pelosok-pelosok terpencil di Tanah Air. Semua itu dilakukan pada waktu yang lama. Untuk mencerahkan dan mengobati rindu ummat kepada Tuan Guru Bajang. Satu hari perjalanan dakwah Tuan Guru Bajang bisa mengisi banyak majlis. Dan itu dilakukan sampai hari saat ini. 

Dalam dinamika dakwahnya, TGB terjun dalam politik praktis. Atas dukungan dan doa Sang Ibu TGB terpilih sebagai legislator pusat di usia yang sangat muda. Tidak lama dari itu, TGB terpilih menjadi gubernur Nusa Tenggara Barat. Dan tercatat sebagai gubernur termuda di Tanah Air. Memimpin NTB dua periode dengan segudang prestasi. Legasi kepemimpinan TGB di Nusa Tenggara Barat adalah Islamic Center, Konversi Bank Syariah NTB, Sirkuit Mandalika, BIZAM, Halal Torism, perbaikan imprastruktur jalan dari Lembar sampai Sape, dan lain lain. Tampil sebagai pemimpin muda Indonesia. Kehadirannya dalam panggung politik berangkat dari latar belakang santri dan pendakwah di Indonesia menjadi ikon baru. Kiprah kepimpinan Tuan Guru Bajang tidak hanya mendapat apresiasi di Nusa Tenggara Barat, daerah yang telah dipimpinnya. Tetapi juga diakui secara nasional. 

Di antara penghargaan yang pernah diterima TGB ketika memimpin NTB, yaitu: Invesment Award dari Wakil Presiden RI  dan penghargaan Ksatria Bhakti Husada dari presiden RI, Penghargaan Bidang Pertanian dari Presiden RI sebagai provinsi yang telah mampu meningkatkan produksi beras di atas 5%, Penghargaan Kepemuadan dari KNPI, Penghargaan Agro Menteri Inovasi 2009 kategori Pengembangan Peternakan dari Menteri pertanian, Penghargaan sebagai gubernur paling visioner 2009 bidang tenaga kerja dari majalah Birokrat Profesional, Penghargaan Adiupaya Puritama dari Menteri Negara Perumahan Rakyat, Penganugrahan Tanda Kehormatan “Satyalanca Pembangunan “ dari Presiden Republik Indonesia, Mahaputra Utama dari Presiden RI, Penghargaan Paramadhana Utama Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Penghargaan sebagai The Best Province in Tourism Development dari Menteri Kebudayaan dan Parawisata, Penghargaan Tokoh Perubahan Republika, Penghargaan sebagai Gubernur Membina Terbaik Nasional, dll.  Di tengah kesibukan sebagai gubernur, pada 8 Januari 2010, TGB berhasil meraih gelar Doktor dari Universitas al-Azhar, dengan predikat Summa Cumlaude. 

Tuan Guru Bajang yang kini dikenal dengan segudang prestasi bukanlah dari proses instan. Bahkan hasil dari proses belajar sangat panjang. Sejak belia, di bawah asuhan Sang Ayah, Almarhum H. Djaliludin, TGB telah tersentuh dengan nilai-nilai kehidupan yang sangat maju. Bakti kepada orang tua, disiplin, selalu belajar, taat beribdah, adalah dunia TGB sejak kecil. Bangun sebelum sholat subuh, selalu belajar, terus membaca, juara adalah menu kehidupan Tuan Guru Bajang sejak kecil. Artinya capain prestasi hari ini bagain dari proses perjalanan panjang pemimpin muda kharismatik itu. 

Jika melihat latar belakng sejarah kepemimpinan di Tanah Air, telah banyak figur-figur besar bangsa dengan latar belakang keIslaman yang kuat. Sebut saja Ir. Soekarno, Muhammad Hatta, Agus Salim, Muhamad Nasir adalah nama-nama besar dalam kepemimpinan Bangsa Indonesia. Kehadiran mereka dalam pentas politik nasional telah dimulai sejak mereka berusia muda. Kemunculan Tuan Guru Bajang sebagai pemimpin di Indonesia adalah bagian dari keberlanjutan kepemimpinan  Bangsa. 

Pada konteks keummatan, di usia yang masih tergolong muda, Tuan Guru Bajang dipercaya menjadi ketua umum organisasi kemasyarakatan terbesar di Nusa Tenggara Barat, Nahdhatul Wathan. Menjadi pemimpin ummat guna meneruskan perjuangan dan cita-cita Sang Kakek – al-Magfurullah Maulana Syeikh TGKH. Zaenuddin Abdul Majid, memperjuangkan kemajuan bangsa melalui pendidikan, sosial dan dakwah. Dalam dinamikanya, Tuan Guru Bajang sebagai pemimpin ummat menakhodai Organisasi Kemasyarakatan Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah, sayap utama penerus perjuangan TGKH. Zaenuddin Abdul Majid menegakkan iman dan taqwa di Nusantara. Tidak hanya itu, Tuan Guru Bajang juga didaulat menjadi ketua alumni al-Azhar Mesir untuk wilayah Asia Tenggara. 

Perjalanan dakwah Tuan Guru Bajang di Tanah Air dari Aceh sampai Papua dengan pesan dakwah persatuan dan kesatuan bangsa, cinta tanah air, tolerasi, moderasi, persamaan, apresiasi terhadap prestasi pada bingkai cinta teguh pada agama, cinta kokoh pada negara adalah eksistensi penting Tuan Guru Bajang sebagai guru bangsa. Kehadiran dakwah Tuan Guru Bajang sebagai pemimpin ummat dan guru bangsa di Tanah Air telah memberi konstribusi penting pada wajah keIslaman dan keIndonesia kita hari ini. Sebagai warga bangsa, kita berharap banyak muncul pendakwah seperti Tuan Guru Bajang yang terus menyuarakan persatuan dan kesatuan bangsa dengan menampilkan kesejukan, kelembutan, kedamaian di tengah ummat dan bangsa. Selamat Ulang Tahun ke -52 Bapak Tuan Guru Bajang. Semoga selalu sehat dan afiat, semakin bersemangat menebar optimisme, perdamaian, dalam perjalanan kehidupan bangsa. Amiin.   



*) Penulis adalah Pengurus Majelis Nasional KAHMI Periode 2022-2027



 

Pewarta : Dr. H. Abdul Hayyi Akrom, M.MPd *)
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024