Mataram (ANTARA) - Dinas Perdagangan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, segera melakukan koordinasi dengan sejumlah distributor telur untuk mengamankan stok kebutuhan masyarakat guna antisipasi kebutuhan program "stunting".

"Kita ingin pastikan meskipun ada program 'stunting' tapi stok telur untuk kebutuhan rumah tangga juga harus tetap ada," kata Kepala Bidang Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Sri Wahyunida di Mataram, Senin.

Hal tersebut disampaikan menyikapi informasi dari distributor telur di Kota Mataram yang banyak mendapat permintaan telur untuk mendukung program stunting di daerah ini.

Karena itulah, kata Sri, koordinasi dengan distributor telur ini dinilai penting agar kebutuhan telur untuk masyarakat sehari-hari tidak terganggu dengan adanya permintaan itu.

Pihaknya khawatir jika permintaan telur untuk program stunting itu mengambil kuota kebutuhan normal, maka harga telur bisa naik signifikan dan stok terbatas.

"Sekarang saja, harga telur di pasar masih tetap Rp2.000 per butir atau Rp60.000 per tray (isi 30 butir)," katanya.

Padahal kegiatan pasar rakyat yang digelar selama 5 hari sebelum Idul Adha 1445 Hijriah, harga telur bisa Rp1.500-Rp1.600 per butir atau Rp47.000-Rp48.000 per tray dengan ukuran sedang dan besar.

Pada pasar rakyat, masyarakat mendapatkan harga murah itu karena telur dijual langsung oleh distributor tetapi ketika sudah masuk pasar, harganya bisa naik hingga Rp2.000 per butir.

Kalau harganya Rp55.000 per tray, mungkin pihaknya tidak akan mempermasalahkan tetapi ini mencapai Rp60.000 per tray.

"Ini juga yang akan kita koordinasikan, untuk mencari benang merah dimana masalahnya hingga harga telur di pasar tetap tinggi," katanya.

Terkait dengan itulah, seiring dengan adanya program stunting dengan pemberian telur kepada balita stunting, Disdag menekankan distributor agar tetap menjaga pasokan.

"Kalau ada permintaan dari kabupaten/kota lain, distributor harus kontrol dan prioritaskan untuk kebutuhan di Kota Mataram terlebih dahulu," kata Sri.



 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024