Sabang, Aceh (ANTARA) - Laskar Rempah Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 telah menuntaskan kegiatan mereka di Sabang, Aceh, dan melanjutkan pelayaran ke Malaka, Malaysia.
KRI Dewaruci yang ditumpangi Laskar Rempah menjalani prosesi pelepasan yang dihadiri langsung oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Sabang Reza Fahlevi dan Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Aris Darmansyah di Dermaga CT1 BPKS, Sabang, Rabu sore.
"Selamat berlayar (kembali) kepada seluruh peserta MBJR 2024 menggunakan KRI Dewaruci. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesehatan, rahmat, dan bimbingan-Nya serta keselamatan, baik yang melakukan pelayaran dan bagi kita semua," kata Aris saat menyampaikan sambutan prosesi pelepasan.
Laskar Rempah Batch II MBJR 2024 yang menamakan diri Kelompok Kayu Manis memulai pelayaran mereka dari Dumai, Riau, pada Rabu (19/6).
Sejak Minggu (23/6) Laskar Rempah berkegiatan di Sabang, mulai dari mempelajari kuliner tradisional kaya rempah khas Aceh Kuah Beulangong hingga menyambangi destinasi wisata Gunung Berapi Jaboi.
Kuah Beulangong merupakan kuliner cerminan tradisi komunal masyarakat Aceh, khususnya Aceh Besar, yang diyakini telah turun temurun dijaga sejak masa sebelum Kesultanan Aceh. Sedangkan Gunung Berapi Jaboi menurut sejumlah catatan menjadi salah satu sumber pemasok belerang untuk pembuatan mesiu semasa Sultan Iskandar Muda memimpin Kesultanan Aceh memperebutkan pengaruh di jalur perdagangan rempah di Selat Malaka.
Lantas pada Senin (24/6), Laskar Rempah menyambangi Banda Aceh yang pada masa lampau lebih dikenal sebagai Kutaraja. Di Banda Aceh, Laskar Rempah sempat menyambangi Taman Sari Gunongan atau Taman Ghairah yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda untuk permaisuri Putroe Phang agar istrinya tak kesepian tiap ditinggal bertugas.
Laskar Rempah kemudian menilik Benteng Anoi Itam dan Benteng Mateo Cot Bau, yang merupakan peninggalan masa kolonial Jepang di Sabang, serta menyambangi Tugu Nol Kilometer pada Selasa (25/6).
KRI Dewaruci dijadwalkan bersandar di Malaka, Malaysia, pada Minggu (30/6). Aris berharap persinggahan Laskar Rempah di Malaka nantinya bisa menjadi momentum penting dalam diplomasi budaya antarnegara maupun upaya pengajuan jalur rempah sebagai warisan dunia ke Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan (UNESCO).
"Semoga program ini menjadi bagian penting dari diplomasi budaya antarnegara yang bersahabat erat dan saling menghormati," katanya.
MBJR 2024 memang digelar Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai rangkaian upaya mengajukan jalur rempah menjadi warisan dunia UNESCO.
Sejak 2016 Kemendikbudristek melalui Ditjen Kebudayaan secara aktif menggelar diskusi untuk menginisiasi pengajuan Jalur Rempah menjadi warisan dunia ke UNESCO.
Pada 2020 intensitas diskusi ditambah dengan pelaksanaan pelayaran Karavan Budaya Jalur Rempah menggunakan Kapal Arka Kinari menelusuri jejak jalur perdagangan rempah di Sorong, Banda Neira, Kepulauan Selayar, Makassar, dan Bali.
Baca juga: XL Axiata Turut Penataan Kembali Taman Dewa Ruc
iBaca juga: Rasio kecelakaan pelayaran di Labuan Bajo turun
Proses berlanjut dengan penelitian dan Festival Bumi Rempah Nusantara yang digelar pada 13 titik antara lain Banda Neira, Maluku Utara, Makassar, Banjarmasin, Belawan, Pulau Bintan, dan Lhokseumawe, pada 2021.
Sejak 2022 Kemendikbudristek menggelar MBJR menggunakan KRI Dewaruci dengan rute pelayaran tahun pertama meliputi Surabaya-Makassar-Baubau & Buton-Ternate & Tidore-Banda Neira-Kupang, kemudian dilanjutkan rute Surabaya-Kepulauan Selayar untuk edisi 2023.
KRI Dewaruci yang ditumpangi Laskar Rempah menjalani prosesi pelepasan yang dihadiri langsung oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Sabang Reza Fahlevi dan Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Aris Darmansyah di Dermaga CT1 BPKS, Sabang, Rabu sore.
"Selamat berlayar (kembali) kepada seluruh peserta MBJR 2024 menggunakan KRI Dewaruci. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesehatan, rahmat, dan bimbingan-Nya serta keselamatan, baik yang melakukan pelayaran dan bagi kita semua," kata Aris saat menyampaikan sambutan prosesi pelepasan.
Laskar Rempah Batch II MBJR 2024 yang menamakan diri Kelompok Kayu Manis memulai pelayaran mereka dari Dumai, Riau, pada Rabu (19/6).
Sejak Minggu (23/6) Laskar Rempah berkegiatan di Sabang, mulai dari mempelajari kuliner tradisional kaya rempah khas Aceh Kuah Beulangong hingga menyambangi destinasi wisata Gunung Berapi Jaboi.
Kuah Beulangong merupakan kuliner cerminan tradisi komunal masyarakat Aceh, khususnya Aceh Besar, yang diyakini telah turun temurun dijaga sejak masa sebelum Kesultanan Aceh. Sedangkan Gunung Berapi Jaboi menurut sejumlah catatan menjadi salah satu sumber pemasok belerang untuk pembuatan mesiu semasa Sultan Iskandar Muda memimpin Kesultanan Aceh memperebutkan pengaruh di jalur perdagangan rempah di Selat Malaka.
Lantas pada Senin (24/6), Laskar Rempah menyambangi Banda Aceh yang pada masa lampau lebih dikenal sebagai Kutaraja. Di Banda Aceh, Laskar Rempah sempat menyambangi Taman Sari Gunongan atau Taman Ghairah yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda untuk permaisuri Putroe Phang agar istrinya tak kesepian tiap ditinggal bertugas.
Laskar Rempah kemudian menilik Benteng Anoi Itam dan Benteng Mateo Cot Bau, yang merupakan peninggalan masa kolonial Jepang di Sabang, serta menyambangi Tugu Nol Kilometer pada Selasa (25/6).
KRI Dewaruci dijadwalkan bersandar di Malaka, Malaysia, pada Minggu (30/6). Aris berharap persinggahan Laskar Rempah di Malaka nantinya bisa menjadi momentum penting dalam diplomasi budaya antarnegara maupun upaya pengajuan jalur rempah sebagai warisan dunia ke Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan (UNESCO).
"Semoga program ini menjadi bagian penting dari diplomasi budaya antarnegara yang bersahabat erat dan saling menghormati," katanya.
MBJR 2024 memang digelar Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai rangkaian upaya mengajukan jalur rempah menjadi warisan dunia UNESCO.
Sejak 2016 Kemendikbudristek melalui Ditjen Kebudayaan secara aktif menggelar diskusi untuk menginisiasi pengajuan Jalur Rempah menjadi warisan dunia ke UNESCO.
Pada 2020 intensitas diskusi ditambah dengan pelaksanaan pelayaran Karavan Budaya Jalur Rempah menggunakan Kapal Arka Kinari menelusuri jejak jalur perdagangan rempah di Sorong, Banda Neira, Kepulauan Selayar, Makassar, dan Bali.
Baca juga: XL Axiata Turut Penataan Kembali Taman Dewa Ruc
iBaca juga: Rasio kecelakaan pelayaran di Labuan Bajo turun
Proses berlanjut dengan penelitian dan Festival Bumi Rempah Nusantara yang digelar pada 13 titik antara lain Banda Neira, Maluku Utara, Makassar, Banjarmasin, Belawan, Pulau Bintan, dan Lhokseumawe, pada 2021.
Sejak 2022 Kemendikbudristek menggelar MBJR menggunakan KRI Dewaruci dengan rute pelayaran tahun pertama meliputi Surabaya-Makassar-Baubau & Buton-Ternate & Tidore-Banda Neira-Kupang, kemudian dilanjutkan rute Surabaya-Kepulauan Selayar untuk edisi 2023.