Jakarta (ANTARA) - Badan Karantina Indonesia (Barantin) memperkuat kerja sama dengan Selandia Baru, salah satunya melalui pertukaran sertifikat karantina elektronik.
"Pertukaran sertifikat elektronik ini bertujuan untuk mencegah pemalsuan dokumen dalam proses karantina atau quarantine clearance yang berdampak langsung pada penurunan waktu tunggu kapal atau dwelling time," ujar Kepala Barantin Sahat M Panggabean lewat keterangan di Jakarta, Jumat.
Indonesia merupakan negara ASEAN pertama yang melakukan pertukaran sertifikat karantina elektronik dengan Selandia, ke depan, upaya ini akan mempermudah arus barang keluar dan masuk ke Indonesia dan Selandia Baru. Selain itu, Barantin turut melakukan kerja sama sanitari dan fitosanitari.
“Barantin sebagai salah satu institusi yang bertugas untuk melindungi kesehatan hewan, ikan, dan tumbuhan memiliki kepentingan prioritas untuk mendukung fasilitasi perdagangan dengan implementasi mekanisme pre-border, border dan post border,” tambahnya.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang disepakati antara Indonesia dan Selandia Baru saat ini meliputi bidang pertukaran regulasi SPS, pertukaran sertifikat elektronik, percepatan pengeluaran barang di perbatasan, kerjabsama untuk mitigasi risiko, perlakuan karantina dan sistem sertifikasi, sistem monitoring, surveilans dan kesiapsiagaan dini untuk kasus-kasus penyakit, sistem respon dan investigasi wabah serta penguatan kapasitas sumber daya manusia dan juga laboratorium.
Lebih lanjut, ia mengatakan, berdasarkan data ekspor dan impor produk hewan, ikan, dan tumbuhan yang tercatat pada sistem sertifikasi elektronik Badan Karantina Indonesia, pada tahun 2023 fasilitasi ekspor Indonesia ke Selandia Baru yaitu produk hewan sebanyak 21,50 ton, ikan hidup sebanyak 35.546 ekor, produk perikanan sebanyak 417,51 ton dan produk tumbuhan sebanyak 1.070.717,46 ton.
Sedangkan impor hewan, ikan, dan tumbuhan dari Selandia Baru ke Indonesia pada tahun yang sama yaitu hewan hidup sebanyak 154.076,00 ekor, produk hewan sebanyak 285.200,81 ton, produk perikanan sebanyak 34,43 ton dan produk tumbuhan 63.807,05 ton.
Baca juga: 14 korban terbaru genosida Srebrenica dimakamkan
"Pertukaran sertifikat elektronik ini bertujuan untuk mencegah pemalsuan dokumen dalam proses karantina atau quarantine clearance yang berdampak langsung pada penurunan waktu tunggu kapal atau dwelling time," ujar Kepala Barantin Sahat M Panggabean lewat keterangan di Jakarta, Jumat.
Indonesia merupakan negara ASEAN pertama yang melakukan pertukaran sertifikat karantina elektronik dengan Selandia, ke depan, upaya ini akan mempermudah arus barang keluar dan masuk ke Indonesia dan Selandia Baru. Selain itu, Barantin turut melakukan kerja sama sanitari dan fitosanitari.
“Barantin sebagai salah satu institusi yang bertugas untuk melindungi kesehatan hewan, ikan, dan tumbuhan memiliki kepentingan prioritas untuk mendukung fasilitasi perdagangan dengan implementasi mekanisme pre-border, border dan post border,” tambahnya.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang disepakati antara Indonesia dan Selandia Baru saat ini meliputi bidang pertukaran regulasi SPS, pertukaran sertifikat elektronik, percepatan pengeluaran barang di perbatasan, kerjabsama untuk mitigasi risiko, perlakuan karantina dan sistem sertifikasi, sistem monitoring, surveilans dan kesiapsiagaan dini untuk kasus-kasus penyakit, sistem respon dan investigasi wabah serta penguatan kapasitas sumber daya manusia dan juga laboratorium.
Lebih lanjut, ia mengatakan, berdasarkan data ekspor dan impor produk hewan, ikan, dan tumbuhan yang tercatat pada sistem sertifikasi elektronik Badan Karantina Indonesia, pada tahun 2023 fasilitasi ekspor Indonesia ke Selandia Baru yaitu produk hewan sebanyak 21,50 ton, ikan hidup sebanyak 35.546 ekor, produk perikanan sebanyak 417,51 ton dan produk tumbuhan sebanyak 1.070.717,46 ton.
Sedangkan impor hewan, ikan, dan tumbuhan dari Selandia Baru ke Indonesia pada tahun yang sama yaitu hewan hidup sebanyak 154.076,00 ekor, produk hewan sebanyak 285.200,81 ton, produk perikanan sebanyak 34,43 ton dan produk tumbuhan 63.807,05 ton.
Baca juga: 14 korban terbaru genosida Srebrenica dimakamkan