Jakarta (ANTARA) - Putri Pertama Proklamator Indonesia Mohammad Hatta, Meutia Farida Hatta, menyampaikan bahwa Bung Hatta pada masa kepemimpinannya sebagai Wakil Presiden Pertama RI mengajarkan agar sesama pejabat tidak saling memaki satu sama lain.
Ia mengemukakan hal tersebut pada pembukaan Pameran Arsip Bung Hatta untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-122 Sang Proklamator yang diselenggarakan bersama Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Gedung Pameran Tetap Arsip Statis Presiden Soekarno, Jakarta Barat, Senin.
"Tujuan dari pameran ini, kita menunjukkan apa yang kita punya (arsip tentang Mohammad Hatta), menjadi contoh yang penting bahwa pejabat itu tidak boleh saling memaki, pejabat itu harus memahami benar satu sama lain, saling bekerja sama untuk saling meluruskan," katanya.
Ia menyebutkan, meski pada saat memimpin RI untuk pertama kalinya Hatta merasa sudah tidak sejalan dengan Soekarno, tetapi hal tersebut menjadi penilaian antara mereka berdua saja dan tidak disebarluaskan atau diumbar kepada masyarakat.
"Bung Karno dan Bung Hatta, walaupun mereka tidak bersama dan tidak sejalan lagi, tetapi kalau tidak sejalan Bung Hatta menulis surat kepada Bung Karno dan itu tidak diumbar," ucap Meutia.
Ia menegaskan, meski misalnya saat itu sudah ada media sosial, Bung Hatta tidak akan menyampaikan nasihat atau pesan-pesan beliau kepada Bung Karno.
Baca juga: Dwi Tunggal Soekarno-Hatta mesti diteladani pemimpin RI
Baca juga: Daikin beri wawasan terkait solusi tata udara di kampus
"Karena nasihat beliau adalah untuk Bung Karno, dan ini adalah sahabat dengan sahabat, pejuang dengan pejuang, membangun dan memproklamasikan negara, membangun negara untuk kejayaan Indonesia," tuturnya.
Ia menekankan pentingnya anak-anak muda mempelajari bagaimana Dwi Tunggal Soekarno-Hatta, yang meski sudah tidak bersama memimpin RI, tetapi masih saling bertukar pikiran dan pemikiran yang sama untuk kemajuan bangsa.
"Mereka masih punya pemikiran yang sama karena saling mengingatkan itu penting antara dua pejabat yang dari awal membangun negeri ini. Melalui pameran ini, anak-anak muda diajak bagaimana memimpin dan menjaga negara, tidak boleh goyah dari tujuan semula demi kemajuan bangsa dan negara kita," ujar dia.
Ia mengemukakan hal tersebut pada pembukaan Pameran Arsip Bung Hatta untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-122 Sang Proklamator yang diselenggarakan bersama Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Gedung Pameran Tetap Arsip Statis Presiden Soekarno, Jakarta Barat, Senin.
"Tujuan dari pameran ini, kita menunjukkan apa yang kita punya (arsip tentang Mohammad Hatta), menjadi contoh yang penting bahwa pejabat itu tidak boleh saling memaki, pejabat itu harus memahami benar satu sama lain, saling bekerja sama untuk saling meluruskan," katanya.
Ia menyebutkan, meski pada saat memimpin RI untuk pertama kalinya Hatta merasa sudah tidak sejalan dengan Soekarno, tetapi hal tersebut menjadi penilaian antara mereka berdua saja dan tidak disebarluaskan atau diumbar kepada masyarakat.
"Bung Karno dan Bung Hatta, walaupun mereka tidak bersama dan tidak sejalan lagi, tetapi kalau tidak sejalan Bung Hatta menulis surat kepada Bung Karno dan itu tidak diumbar," ucap Meutia.
Ia menegaskan, meski misalnya saat itu sudah ada media sosial, Bung Hatta tidak akan menyampaikan nasihat atau pesan-pesan beliau kepada Bung Karno.
Baca juga: Dwi Tunggal Soekarno-Hatta mesti diteladani pemimpin RI
Baca juga: Daikin beri wawasan terkait solusi tata udara di kampus
"Karena nasihat beliau adalah untuk Bung Karno, dan ini adalah sahabat dengan sahabat, pejuang dengan pejuang, membangun dan memproklamasikan negara, membangun negara untuk kejayaan Indonesia," tuturnya.
Ia menekankan pentingnya anak-anak muda mempelajari bagaimana Dwi Tunggal Soekarno-Hatta, yang meski sudah tidak bersama memimpin RI, tetapi masih saling bertukar pikiran dan pemikiran yang sama untuk kemajuan bangsa.
"Mereka masih punya pemikiran yang sama karena saling mengingatkan itu penting antara dua pejabat yang dari awal membangun negeri ini. Melalui pameran ini, anak-anak muda diajak bagaimana memimpin dan menjaga negara, tidak boleh goyah dari tujuan semula demi kemajuan bangsa dan negara kita," ujar dia.