Mataram (ANTARA) - Varietas padi adaptif iklim Gamagora 7 yang dikembangkan oleh Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Bank Indonesia cabang Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai dipanen di Lombok Tengah.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat mengatakan acara panen perdana itu berada di Dusun Batu Baleq, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
"Usia panen padi pada hari ke-90," ujarnya di Mataram, NTB, Senin.
Varietas padi Gamagora 7 itu ditanam pada ubinan 2,5 x 2,5 atau sekitar 6,25 meter persegi. Hasil penanaman didapatkan berat 7,6 kilogram gabah kering panen dengan angka produksi sekitar 12 ton per hektare.
Gamagora 7 merupakan akronim varietas padi Gadjah Mada Gogo Rancah 7. Varietas padi tersebut mendapat julukan padi amfibi yang memiliki karakter unggul adaptif terhadap perubahan iklim.
Sejak 2006, peneliti UGM telah melakukan riset varietas padi untuk mendapatkan benih padi yang mampu hidup dan bertahan di lahan kering maupun lahan sawah.
Setelah 17 tahun berselang, perakitan padi Gamagora 7 yang berasal dari induk padi Rajalele mendapat surat keputusan pelepasan varietas dari Kementerian Pertanian pada tahun 2023 lalu.
Varietas Gamagora 7 tak hanya adaptif terhadap perubahan iklim tetapi juga tahan terhadap hama wareng, hawar daun bakteri, dan penyakit blas hingga umur panen yang pendek sekitar 104 hari.
Selain menghadiri acara panen perdana varietas padi Gamagora 7, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat juga menyaksikan pemasangan bantuan pompa air untuk mengairi lahan-lahan pertanian yang kering akibat musim kemarau di Lombok Tengah.
Nusa Tenggara Barat memiliki 1,4 juta hektare lahan pertanian yang setara dengan 73 persen dari luas lahan daratan di wilayah tersebut.
Luas lahan baku sawah kini berada pada angka 234 ribu hektare yang mampu membuat Nusa Tenggara Barat selalu surplus beras setiap tahun.
Pada 2023, jumlah produksi padi Nusa Tenggara Barat mencapai 1,54 juta ton gabah kering giling dengan luas luas areal panen sekitar 287,51 ribu hektare.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat mengatakan acara panen perdana itu berada di Dusun Batu Baleq, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
"Usia panen padi pada hari ke-90," ujarnya di Mataram, NTB, Senin.
Varietas padi Gamagora 7 itu ditanam pada ubinan 2,5 x 2,5 atau sekitar 6,25 meter persegi. Hasil penanaman didapatkan berat 7,6 kilogram gabah kering panen dengan angka produksi sekitar 12 ton per hektare.
Gamagora 7 merupakan akronim varietas padi Gadjah Mada Gogo Rancah 7. Varietas padi tersebut mendapat julukan padi amfibi yang memiliki karakter unggul adaptif terhadap perubahan iklim.
Sejak 2006, peneliti UGM telah melakukan riset varietas padi untuk mendapatkan benih padi yang mampu hidup dan bertahan di lahan kering maupun lahan sawah.
Setelah 17 tahun berselang, perakitan padi Gamagora 7 yang berasal dari induk padi Rajalele mendapat surat keputusan pelepasan varietas dari Kementerian Pertanian pada tahun 2023 lalu.
Varietas Gamagora 7 tak hanya adaptif terhadap perubahan iklim tetapi juga tahan terhadap hama wareng, hawar daun bakteri, dan penyakit blas hingga umur panen yang pendek sekitar 104 hari.
Selain menghadiri acara panen perdana varietas padi Gamagora 7, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat juga menyaksikan pemasangan bantuan pompa air untuk mengairi lahan-lahan pertanian yang kering akibat musim kemarau di Lombok Tengah.
Nusa Tenggara Barat memiliki 1,4 juta hektare lahan pertanian yang setara dengan 73 persen dari luas lahan daratan di wilayah tersebut.
Luas lahan baku sawah kini berada pada angka 234 ribu hektare yang mampu membuat Nusa Tenggara Barat selalu surplus beras setiap tahun.
Pada 2023, jumlah produksi padi Nusa Tenggara Barat mencapai 1,54 juta ton gabah kering giling dengan luas luas areal panen sekitar 287,51 ribu hektare.