Moskow (ANTARA) - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa (ECDC) mengungkapkan bahwa 69 kasus infeksi virus West Nile (WNV) dikonfirmasi telah terjadi di benua itu dalam tujuh bulan terakhir di tengah kondisi cuaca yang mendukung penyebarannya.
 

Jumlah itu masih berada dalam kisaran perkiraan sebelumnya, kata ECDC pada Senin.

"Pada 2024 hingga 31 Juli, delapan negara di Eropa melaporkan 69 kasus infeksi WNV pada manusia yang ditularkan secara lokal," kata institusi yang berbasis di Swedia itu dalam pernyataannya.

Kasus-kasus tersebut dilaporkan oleh Yunani (31), Italia (25), Spanyol (5), Austria (2), Hongaria (2), Serbia (2), Prancis (1), dan Romania (1). Sedangkan delapan kematian akibat WNV dilaporkan terjadi di Yunani (5), Italia (2), dan Spanyol (1).

"Di seluruh Eropa, total kasus yang dilaporkan sepanjang tahun ini berada dalam kisaran yang diperkirakan. Indikator klinis dan tingkat keparahan juga serupa dengan tahun-tahun sebelumnya," kata ECDC.

Penyebaran WNV didukung cuaca hangat dan lembab yang melanda negara-negara Uni Eropa dalam beberapa bulan terakhir. Jumlah kasus diperkirakan akan bertambah hingga September, kata ECDC.

Baca juga: Kemenkes menemukan tiga kasus lumpuh layu akut akibat virus Polio
Baca juga: Tak benar bahwa nyamuk ber-Wolbachia membawa virus LGBT

Virus West Nile menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Virus ini tidak menyebar antarmanusia. Dari mereka yang terinfeksi, 20 persen di antaranya akan mengalami gejala seperti flu, sakit kepala, demam, muntah, dan diare. Kasus yang parah bisa menimbulkan penyakit neurologis, seperti ensefalitis, meningitis, dan poliomyelitis.

Penyakit ini bersifat endemik di wilayah tropis dan subtropis, tetapi semakin banyak kasus yang dilaporkan oleh negara-negara non-tropis seperti Spanyol dan Yunani. Hingga saat ini, belum ada vaksin atau obat untuk mencegah dan mengobati demam West Nile.

Sumber: Sputnik
 


 


Pewarta : Primayanti
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024