Jakarta (ANTARA) - Ekonom dari Bank Mandiri Reny Eka Putri menilai bahwa Bank Indonesia (BI) masih bersikap wait and see terhadap beberapa perkembangan data domestik maupun global sebelum memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate.
 

“BI butuh waktu lagi untuk konfirmasi apakah nanti penguatan (rupiah) ini akan sustain. Jadi tidak terlalu terburu-buru untuk menurunkan suku bunganya, masih wait and see terhadap beberapa perkembangan data lagi yang akan muncul baik dari sisi domestik maupun dari sisi global,” kata Reny saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu, BI mengumumkan keputusannya untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25 persen.

Ruang penurunan BI-Rate, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, tetap terbuka pada triwulan IV-2024. Namun untuk triwulan III-2024, BI berfokus untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah.

Ke depan, menurut Perry, rupiah masih akan cenderung menguat sejalan dengan meningkatnya aliran modal asing yang masuk. Fokus BI untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah, mengingat penguatan nilai tukar rupiah dinilai baik untuk ekonomi Indonesia.

Reny mengatakan, aliran modal asing yang masuk (capital inflow) ke domestik dalam dua bulan terakhir memang cukup besar. Namun, faktor pemilu Amerika Serikat (AS) pada November mendatang masih perlu untuk dicermati, apakah nantinya capital inflow tersebut masih akan terus berlanjut atau justru sebaliknya.

“BI melihat sustainability dari sisi penguatan rupiah yang terjadi saat ini, apakah memang berlanjut atau tidak. Apakah penguatan jangka pendek karena euforia market terhadap kemungkinan agresivitas penurunan suku bunga atau ini memang secara fundamental rupiah akan lebih kuat karena adanya capital inflow,” ujar dia.

Melihat dari sisi potensi yang muncul saat ini dengan risiko-risiko yang ada, Reny menilai bahwa memang akan lebih baik apabila BI lebih mengonfirmasi kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul sambil memperkuat kondisi pasar keuangan.

“Salah satu yang disampaikan BI, stabilisasi nilai tukar rupiahnya itu akan terus berlanjut di kuartal III ini dan kemungkinan nanti baru menurunkan BI-Rate. Jadi, kalau nanti semua target-targetnya memang sudah sesuai, baru penurunan BI-Rate akan dilakukan di kuartal IV,” kata Reny.

Selain kecenderungan dolar AS terhadap mata uang negara lain, BI juga masih menunggu perkembangan global lainnya yaitu kepastian pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR) serta bagaimana implikasinya terhadap suku bunga US Treasruy baik tenor 2 tahun maupun 10 tahun.

Adapun BI memperkirakan suku bunga The Fed akan turun sebanyak dua kali pada tahun ini, yaitu pada September dan dilanjutkan pada November atau Desember dengan masing-masing penurunan sebesar 25 basis point (bps) dengan probalilitas di atas 75 persen.

Kemudian pada tahun depan, menurut perkiraan BI, suku bunga The Fed turun tiga kali masing-masing 25 bps yang kemungkinan sebagiannya terjadi pada triwulan I-2025 dan sebagian kecil lagi terjadi pada triwulan II-2025.

Baca juga: GNPIP tingkatkan produktivitas pangan dan bangun ekosistem pangan
Baca juga: BI dan Pemprov NTB kolaborasi gelar karya kreatif dan festival tenun

Namun, BI juga melihat skenario potensial dengan probabilitas 50-75 persen dengan penurunan suku bunga The Fed sebanyak dua kali pada tahun ini dan penurunan berlanjut sebanyak dua kali pada tahun 2025.

 


Pewarta : Rizka Khaerunnisa
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024