Beijing (ANTARA) - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan pemerintah akan membuka Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Chengdu, Provinsi Sichuan, China.
"Indonesia menyampaikan keputusan untuk membuka KJRI di Chengdu sebagai salah satu cerminan komitmen untuk terus meningkatkan hubungan bilateral," kata Retno di Beijing, Jumat.
"Indonesia meminta dukungan pemerintah China dalam proses pembukaan Konsulat Jenderal di Chengdu," ujarnya.
Rencana tersebut disampaikan Retno usai bertemu dengan Menlu China Wang Yi dalam pertemuan Komisi Bersama Kerja Sama Bilateral ke-5 di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing.
Saat ini, Indonesia sudah memiliki tiga perwakilan di China selain Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing yaitu KJRI Guangzhou, KJRI Shanghai dan KJRI Hong Kong.
Terkait arah hubungan bilateral Indonesia pada pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subiatno dan Gibran Rakabuming Raka, Menlu Retno mengungkapkan keyakinannya pemerintahan baru tetap akan menjaga hubungan baik dengan China.
"Karena sebelum saya ke sini, presiden terpilih juga sudah ke sini (Beijing) dan beliau sudah menyampaikan komitmennya untuk melanjutkan kerja sama yang sudah cukup baik dengan China," kata Retno, mengungkapkan.
Presiden RI terpilih Prabowo Subianto berkunjung China pada 31 Maret-2 April 2024 dalam kapasitasnya sebagai menteri pertahanan. Ia bertemu dengan Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Li Qiang, serta Menteri Pertahanan China Laksamana Dong Jun.
Palestina, Myanmar
Selain isu bilateral, kata Retno, ia dan Menlu Wang Yi membicarakan isu regional dan internasional -- termasuk Palestina dan Myanmar.
"Terkait dengan isu Palestina, saya mengapresiasi disepakatinya Beijing Declaration sebagai langkah maju mendorong rekonsiliasi dan kesatuan Palestina," kata Retno.
Menlu RI menilai persatuan di antara faksi-faksi di Palestina sangat penting artinya bagi perjuangan bangsa Palestina.
"Indonesia dan China memiliki kesamaan sikap mengenai pentingnya terwujudnya gencatan senjata, akses bantuan kemanusiaan tanpa halangan, dan terciptanya two state solution," ujarnya.
Baca juga: Revitalisasi ARF mendesak agar tetap relevan di masa kini
Baca juga: Indonesia mendorong penguatan kerja sama pangan ASEAN-Kanada
Menyangkut Myanmar, Retno menyampaikan apresiasi Indonesia atas dukungan China pada sentralitas ASEAN dalam mendorong proses perdamaian.
"Saya tekankan pentingnya implementasi Five Point Consensus sebagai rujukan utama bagi upaya membantu Myanmar kembali ke situasi damai dan demokrasi," katanya.
"Saya dan Menlu Wang Yi juga sepakati bahwa berbagai upaya yang dilakukan oleh para pihak yang lain untuk membantu Myanmar harus dilakukan melalui koordinasi dengan ASEAN," ujar Retno.
"Indonesia menyampaikan keputusan untuk membuka KJRI di Chengdu sebagai salah satu cerminan komitmen untuk terus meningkatkan hubungan bilateral," kata Retno di Beijing, Jumat.
"Indonesia meminta dukungan pemerintah China dalam proses pembukaan Konsulat Jenderal di Chengdu," ujarnya.
Rencana tersebut disampaikan Retno usai bertemu dengan Menlu China Wang Yi dalam pertemuan Komisi Bersama Kerja Sama Bilateral ke-5 di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing.
Saat ini, Indonesia sudah memiliki tiga perwakilan di China selain Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing yaitu KJRI Guangzhou, KJRI Shanghai dan KJRI Hong Kong.
Terkait arah hubungan bilateral Indonesia pada pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subiatno dan Gibran Rakabuming Raka, Menlu Retno mengungkapkan keyakinannya pemerintahan baru tetap akan menjaga hubungan baik dengan China.
"Karena sebelum saya ke sini, presiden terpilih juga sudah ke sini (Beijing) dan beliau sudah menyampaikan komitmennya untuk melanjutkan kerja sama yang sudah cukup baik dengan China," kata Retno, mengungkapkan.
Presiden RI terpilih Prabowo Subianto berkunjung China pada 31 Maret-2 April 2024 dalam kapasitasnya sebagai menteri pertahanan. Ia bertemu dengan Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Li Qiang, serta Menteri Pertahanan China Laksamana Dong Jun.
Palestina, Myanmar
Selain isu bilateral, kata Retno, ia dan Menlu Wang Yi membicarakan isu regional dan internasional -- termasuk Palestina dan Myanmar.
"Terkait dengan isu Palestina, saya mengapresiasi disepakatinya Beijing Declaration sebagai langkah maju mendorong rekonsiliasi dan kesatuan Palestina," kata Retno.
Menlu RI menilai persatuan di antara faksi-faksi di Palestina sangat penting artinya bagi perjuangan bangsa Palestina.
"Indonesia dan China memiliki kesamaan sikap mengenai pentingnya terwujudnya gencatan senjata, akses bantuan kemanusiaan tanpa halangan, dan terciptanya two state solution," ujarnya.
Baca juga: Revitalisasi ARF mendesak agar tetap relevan di masa kini
Baca juga: Indonesia mendorong penguatan kerja sama pangan ASEAN-Kanada
Menyangkut Myanmar, Retno menyampaikan apresiasi Indonesia atas dukungan China pada sentralitas ASEAN dalam mendorong proses perdamaian.
"Saya tekankan pentingnya implementasi Five Point Consensus sebagai rujukan utama bagi upaya membantu Myanmar kembali ke situasi damai dan demokrasi," katanya.
"Saya dan Menlu Wang Yi juga sepakati bahwa berbagai upaya yang dilakukan oleh para pihak yang lain untuk membantu Myanmar harus dilakukan melalui koordinasi dengan ASEAN," ujar Retno.