Athena (ANTARA) - Ancaman kebakaran hutan yang semakin meningkat, baik dalam frekuensi maupun intensitas, sangat terkait dengan perubahan iklim di wilayah Mediterania Timur yang sangat rentan, menurut peringatan dari ilmuwan terkemuka Yunani.
 

“Mediterania, terutama Mediterania Timur, adalah titik panas iklim di mana suhu meningkat jauh lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lain di dunia, dan jumlah hari yang sangat panas meningkat secara signifikan dalam tiga dekade terakhir,” kata Prof. Nikos Michalopoulos dari Observatorium Nasional Athena kepada Anadolu.

“Cuaca kering dan gelombang panas yang ekstrem, dikombinasikan dengan curah hujan yang tidak mencukupi untuk mengeringkan vegetasi, serta angin utara yang kuat, yang kami sebut meltemi, menciptakan kondisi sempurna untuk memulai dan dengan cepat menyebarkan kebakaran hutan.”

Terkait dampak kebakaran hutan, Michalopoulos mengatakan bahwa emisinya tidak hanya beracun bagi manusia, tetapi juga berkontribusi lebih lanjut pada pemanasan global.

“Secara langsung, kebakaran hutan melakukannya dengan menyerap radiasi matahari dan menghasilkan gas rumah kaca,” jelasnya.

Kebakaran menghancurkan vegetasi dan lahan hutan yang berfungsi menyaring polutan, sehingga kita terpapar lebih banyak polusi udara, tambahnya.

Penurunan hutan, yang juga berfungsi sebagai pendingin udara alami, akan membuat cuaca semakin panas di masa mendatang, tambahnya.

Di Athena, yang telah mengalami beberapa kebakaran hutan besar dalam beberapa tahun terakhir, termasuk satu di awal Agustus, kehancuran hutan dan flora di sana merupakan ancaman yang sangat serius, menurut Michalopoulos.

“Dengan mempertimbangkan bahwa hampir 40 persen lahan hutan di sekitar Athena telah hancur dalam delapan tahun terakhir, bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang akan lebih berat dalam hal suhu dan kejadian ekstrem lainnya,” katanya memperingatkan.

Tentang langkah-langkah untuk mengurangi dampak deforestasi yang disebabkan oleh kebakaran hutan, dia mengatakan bahwa fokusnya harus pada pencegahan, dengan menekankan bahwa warga harus berperan serta dan tidak hanya mengandalkan otoritas.

“Orang-orang harus menjaga lahan mereka tetap bersih dan memiliki tangki air atau waduk kecil di kebun mereka untuk membantu saat kebakaran terjadi,” ujarnya.

Dari perspektif yang lebih luas, langkah pencegahan paling penting adalah untuk mendinginkan dunia, katanya.

“Itu adalah upaya jangka panjang yang akan memakan waktu puluhan tahun bahkan jika volume emisi karbon berhenti meningkat seketika,” katanya.

“Karena itu, kita perlu menyesuaikan cara hidup kita, termasuk tinggal di rumah yang lebih kecil, mengonsumsi lebih sedikit daging, dan akibatnya menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca.”

Sejumlah Masalah

Athanasios Nenes, peneliti senior di Yayasan Penelitian dan Teknologi-Hellas, mengutip kurangnya curah hujan yang cukup dan pola panas ekstrem sebagai alasan utama peningkatan kebakaran hutan di Yunani dan Mediterania Timur.

“Kita semakin sedikit mendapatkan hujan. Saat hujan turun, itu sering kali terjadi dalam bentuk kejadian ekstrem, termasuk badai dan banjir. Jadi, air cepat mengalir dan tidak terserap oleh tanah dan ekosistem. Ini benar-benar masalah besar,” kata Nenes, yang juga direktur Laboratorium Proses Atmosfer di Universitas Politeknik Lausanne.

“Di Mediterania, baik air laut maupun air tanah mengalami suhu yang sangat tinggi. Ketika air sangat hangat, itu juga cenderung memperkuat panas di daratan, karena air berfungsi sebagai penampung panas,” jelasnya.

Peningkatan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan membuat wilayah tersebut rentan terhadap lebih banyak kebakaran karena tanah tidak punya waktu untuk pulih, katanya.

Kelebihan kunjungan wisatawan dan penggunaan praktik pertanian yang sudah usang yang mengonsumsi terlalu banyak air juga mengeringkan tanah, yang pada akhirnya menyebabkan lebih banyak kebakaran hutan, tambahnya.

Tentang dampak kebakaran hutan terhadap alam, Nenes mengatakan kebakaran tersebut membakar vegetasi alami yang penting untuk mempertahankan kelembaban dan mengurangi banjir, serta menghancurkan flora dan fauna yang merupakan komponen penting dari ekosistem.

Untuk kesehatan manusia, dia menekankan bahaya serius dari asap yang dikeluarkan oleh kebakaran hutan.

“Ketika hutan terbakar, Anda melepaskan sejumlah besar partikel yang kaya akan senyawa karsinogenik. Ketika Anda menghirup partikel-partikel ini, tubuh Anda mengalami peradangan dari dalam, akibat stres oksidatif,” katanya.

“Partikel-partikel ini dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan menyebabkan diabetes, penuaan dini, masalah paru-paru, dan sesak napas.”

Nenes juga menunjukkan adanya hubungan langsung antara kebakaran hutan dan perubahan iklim.

“Banyak peneliti telah menunjukkan bahwa tanpa masalah iklim, kita tidak akan mengalami kebakaran hutan besar-besaran seperti sekarang. Mungkin masih ada beberapa kebakaran, karena ini adalah fenomena alami, tetapi tidak seperti yang kita alami sekarang,” katanya.

Baca juga: Dubes Inggris sebut tiga cara kurangi emisi karbon
Baca juga: Target pengurangan emisi karbon perlu ditinjau setiap tahun

Dia menekankan perlunya tindakan di tingkat individu dan negara, seperti meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan publik.

Orang-orang harus diimbau untuk tidak menyalakan api kecil di hutan, dan perlu ada lebih banyak investasi dalam teknologi baru untuk respons cepat, kata Nenes.

“Selain itu, solusi paling efektif adalah mengurangi emisi karbon dioksida, emisi gas rumah kaca, dan benar-benar mencapai titik di mana kita tidak lagi mengalami pemanasan,” tambahnya.

Sumber : Anadolu-OANA


 


Pewarta : Primayanti
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024