Jakarta (ANTARA) - Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty mengajak masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan India, yang disebutnya terkenal sebagai pemimpin dalam sistem kesehatan canggih secara global.
“Kita semua tahu bahwa obat-obatan di India lebih murah dibandingkan dengan banyak tempat di dunia. Mengapa kita tidak bisa menikmati manfaat ?” kata Dubes Sandeep melalui keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia menuturkan bahwa rumah sakit India diakui secara internasional dan menerima pasien dari berbagai negara.
"Jika kami dapat menyediakan layanan ini, kami bisa menawarkan fasilitas yang lebih terjangkau kepada masyarakat Indonesia. Mengapa tidak?" ujarnya.
Sandeep menyampaikan bahwa India juga dikenal tidak mempertahankan pasien di rumah sakit lebih lama dari yang diperlukan. Ia menyebutkan bahwa rata-rata masa tinggal di rumah sakit hanya sekitar 3,1 hari.
Kendati India memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, dirinya mengakui bahwa regulasi menjadi hambatan yang menghalangi dokter dan rumah sakit India untuk beroperasi di Indonesia.
Lebih lanjut, Sandeep menyambut baik penandatanganan kemitraan strategis antara institusi kesehatan terkemuka dari India, yakni Rumah Sakit Artemis, dengan Perkasa Hospital Services Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia.
Presiden Perwakilan Artemis Hospitals Indonesia, Timor-Leste, dan Asia Tenggara, Parveen S. Kapoor menyebutkan bahwa kemitraan tersebut dibentuk karena 30 persen pasien Rumah Sakit Artemis berasal dari luar India. Karena itu, menurutnya, ada peluang besar untuk berkolaborasi dengan komunitas medis Indonesia.
“Kami berkomitmen memfasilitasi pertukaran pengetahuan, keterampilan, keahlian medis, dan usaha klinis kolaboratif. Tujuan kami adalah memperkuat infrastruktur kesehatan dan sumber daya manusia di Indonesia melalui kolaborasi klinis, bantuan teknis, pelatihan, dan berbagi pengetahuan,” ujarnya.
Seperti yang dikutip dari pernyataan itu, Kapoor menjelaskan bahwa kemitraan sejalan dengan regulasi pemerintah dan undang-undang baru yang bertujuan untuk memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.
Ia mengungkapkan bahwa banyak kasus kompleks dan pasien di Indonesia, yang tidak dapat ditangani secara tepat waktu, sedang dikelola oleh Rumah Sakit Artemis.
“Oleh karena itu, kami berfokus pada transfer teknologi dan kolaborasi klinis dari rumah sakit kami di India ke Indonesia,” katanya, menambahkan.
Baca juga: Presiden Rusia dan PM India membahas resolusi konflik Ukraina
Baca juga: India melobi AS agar kurangi tekanan pada PM Hasina sebelum lengser
Sementara itu, CEO Perkasa Hospital Services, Septo Adjie Sudiro mengungkapkan bahwa hampir dua juta pasien Indonesia mencari layanan kesehatan di luar negeri dan menghabiskan sekitar 11 miliar dolar AS (Rp170 triliun).
“Rumah sakit luar negeri dikenal dengan diagnosis yang akurat, perawatan fokus, dan standar kualitas tinggi,” kata Septo, yang dikutip dalam pernyataan tersebut.
Kemitraan, lanjutnya, juga bertujuan untuk mengurangi pengeluaran kesehatan Indonesia menjadi dua miliar dolar AS (Rp31 triliun) sehingga sisa dana dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kita semua tahu bahwa obat-obatan di India lebih murah dibandingkan dengan banyak tempat di dunia. Mengapa kita tidak bisa menikmati manfaat ?” kata Dubes Sandeep melalui keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia menuturkan bahwa rumah sakit India diakui secara internasional dan menerima pasien dari berbagai negara.
"Jika kami dapat menyediakan layanan ini, kami bisa menawarkan fasilitas yang lebih terjangkau kepada masyarakat Indonesia. Mengapa tidak?" ujarnya.
Sandeep menyampaikan bahwa India juga dikenal tidak mempertahankan pasien di rumah sakit lebih lama dari yang diperlukan. Ia menyebutkan bahwa rata-rata masa tinggal di rumah sakit hanya sekitar 3,1 hari.
Kendati India memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, dirinya mengakui bahwa regulasi menjadi hambatan yang menghalangi dokter dan rumah sakit India untuk beroperasi di Indonesia.
Lebih lanjut, Sandeep menyambut baik penandatanganan kemitraan strategis antara institusi kesehatan terkemuka dari India, yakni Rumah Sakit Artemis, dengan Perkasa Hospital Services Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia.
Presiden Perwakilan Artemis Hospitals Indonesia, Timor-Leste, dan Asia Tenggara, Parveen S. Kapoor menyebutkan bahwa kemitraan tersebut dibentuk karena 30 persen pasien Rumah Sakit Artemis berasal dari luar India. Karena itu, menurutnya, ada peluang besar untuk berkolaborasi dengan komunitas medis Indonesia.
“Kami berkomitmen memfasilitasi pertukaran pengetahuan, keterampilan, keahlian medis, dan usaha klinis kolaboratif. Tujuan kami adalah memperkuat infrastruktur kesehatan dan sumber daya manusia di Indonesia melalui kolaborasi klinis, bantuan teknis, pelatihan, dan berbagi pengetahuan,” ujarnya.
Seperti yang dikutip dari pernyataan itu, Kapoor menjelaskan bahwa kemitraan sejalan dengan regulasi pemerintah dan undang-undang baru yang bertujuan untuk memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.
Ia mengungkapkan bahwa banyak kasus kompleks dan pasien di Indonesia, yang tidak dapat ditangani secara tepat waktu, sedang dikelola oleh Rumah Sakit Artemis.
“Oleh karena itu, kami berfokus pada transfer teknologi dan kolaborasi klinis dari rumah sakit kami di India ke Indonesia,” katanya, menambahkan.
Baca juga: Presiden Rusia dan PM India membahas resolusi konflik Ukraina
Baca juga: India melobi AS agar kurangi tekanan pada PM Hasina sebelum lengser
Sementara itu, CEO Perkasa Hospital Services, Septo Adjie Sudiro mengungkapkan bahwa hampir dua juta pasien Indonesia mencari layanan kesehatan di luar negeri dan menghabiskan sekitar 11 miliar dolar AS (Rp170 triliun).
“Rumah sakit luar negeri dikenal dengan diagnosis yang akurat, perawatan fokus, dan standar kualitas tinggi,” kata Septo, yang dikutip dalam pernyataan tersebut.
Kemitraan, lanjutnya, juga bertujuan untuk mengurangi pengeluaran kesehatan Indonesia menjadi dua miliar dolar AS (Rp31 triliun) sehingga sisa dana dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.