Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta mencatat naiknya tarif biaya sekolah hingga bahan bakar minyak (BBM) memicu inflasi di daerah ini pada Agustus sebesar 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya (month to month). 

"Inflasi Agustus 2024 untuk Jakarta tercatat sebesar 0,04 persen. Untuk Jakarta secara umum kelompok pengeluaran memberikan potret inflasi dipengaruhi dari tiga kelompok yang cukup dominan, salah satunya pendidikan," kata Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta, Nurul Hasanuddin dalam siaran di YouTube BPS DKI Jakarta, Senin.

Nurul menjelaskan bahwa pada Agustus 2024, kelompok makanan, minuman dan tembakau yang biasanya menyumbang inflasi, pada bulan lalu justru menyumbang deflasi sebesar 0,35 persen dengan andil 0,08 persen.

Sementara itu, inflasi Jakarta pada Agustus 2024 dipengaruhi oleh tiga kelompok pengeluaran, yakni transportasi, pendidikan dan perawatan pribadi, serta jasa lainnya. Dari tiga kelompok tersebut, kelompok pendidikan menyumbang inflasi sebesar 0,87 persen dengan andil 0,06 persen.

Pada kelompok pendidikan, tarif sekolah dasar mengalami kenaikan signifikan, yakni 4,26 persen. Sementara pada kelompok transportasi, naiknya harga bensin sebesar 1,01 persen menyumbang inflasi sebesar 0,05 persen. Selain komoditas tersebut, inflasi juga dipicu oleh naiknya harga emas perhiasan sebesar 1,92 persen; cabai rawit sebesar 12,51 persen dan kopi bubuk sebesar 2,58 persen.

"Tadi kita menyimak juga secara nasional, kopi bubuk juga masuk dalam komoditas yang terpengaruh akibat dinamika harga," kata Nurul.

Jika dilihat secara tahunan (year to year), inflasi Agustus 2024 terhadap Agustus 2023 masih terjaga di level 1,98 persen. Level inflasi Jakarta pada Agustus ini menjadi pertanda bahwa inflasi tahunan masih terjaga karena berada dalam target inflasi nasional sebesar 2,5 persen +/- 1 persen.

Baca juga: Harga Pertamax series dan Dex series bulan April tidak naik
Baca juga: Minyak melonjak dipicu permintaan bensin AS

Secara tahunan, kelompok makanan, minuman dan tembakau masih cukup dominan, yakni sebesar 3,51 persen sehingga memberi andil 0,65 persen terhadap inflasi tahunan.

"Komoditas penyumbang dari kelompok ini adalah beras, karena masih terhadap perbedaan level harga antara Agustus 2024 dengan Agustus 2023," kata Nurul.
 

 

Pewarta : Mentari Dwi Gayati
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024