Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Agama (Kemenag) RI Sunanto membantah tuduhan bahwa Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas mangkir dari panggilan Panitia Khusus (Pansus) Angket Haji yang dibentuk oleh DPR, karena Menag kini tengah bertugas di luar negeri.
"Menag tidak mangkir dari undangan Pansus Angket Haji. Menag saat menerima undangan sedang berada di luar negeri untuk menjalankan tugas negara. Hal ini juga sudah dijelaskan Menag secara tertulis kepada Pansus Angket Haji DPR," kata Sunanto melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Cak Nanto, sapaan akrabnya menjelaskan Menag Yaqut tengah melakukan serangkaian kunjungan kerja ke sejumlah negara, diawali dengan kunjungan persiapan ibadah haji 2025 di Arab Saudi, serta kunjungan kerja sama jaminan produk halal sekaligus melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh untuk membahas akselerasi program sertifikasi halal di Italia.
Kini, sambungnya, Menag Yaqut atau yang akrab disapa Gus Men tengah melaksanakan amanat Presiden Joko Widodo untuk menghadiri Pertemuan Internasional untuk Perdamaian ke-38 di Prancis.
"Gus Men saat ini tengah Pertemuan Internasional untuk Perdamaian di Paris, Prancis," ujarnya.
Pertemuan tersebut berlangsung pada 22-24 September 2024, di mana Indonesia di undang langsung oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron. vDalam pertemuan ini, Menag Yaqut menyampaikan salam dari Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron.
"Presiden Macron menyambut salam dari Presiden Jokowi dengan gembira. Dia mengatakan bahwa dirinya dengan Presiden Jokowi bersahabat baik. Presiden Macron juga menyampaikan optimismenya bahwa Indonesia dan Prancis bisa saling menggali persamaan untuk berkontribusi pada perdamaian dunia," kata Menag Yaqut.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Men mengutip sejumlah pernyataan Presiden Macron, di mana agama memainkan peran penting dalam usaha rehumanisasi di tengah gejala dehumanisasi, khususnya melihat apa yang terjadi di Jalur Gaza.
"Membayangkan artinya menciptakan hal baru berdasarkan realita yang ada," kata Menag, mengutip pernyataan Presiden Macron.
Presiden Prancis, lanjut Gus Men, mengingatkan semua pihak harus menyadari kenyataan bahwa dunia menjadi tempat hidup bersama.
Baca juga: DPP PKB minta Menag urus Pansus Haji ketimbang muktamar ulang PKB
Baca juga: Pedoman pada pagu soal transfer nilai manfaat biaya haji
"Kita harus saling mengakui keberadaan sesama manusia serta menihilkan permusuhan," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, terdapat pula delapan panelis yang terdiri atas perwakilan umat di antaranya Islam, Yahudi, Katolik, Anglikan, serta pemerintah yang berbicara pada sesi pembuka menyampaikan pentingnya agama dalam mewujudkan perdamaian. Mereka juga sepakat bahwa agama dapat membangun jembatan dialog untuk saling mendengar dan memahami.
Sebagai informasi, pertemuan internasional bertajuk Imagine Peace itu dihadiri oleh ribuan peserta dari seluruh dunia. Mereka adalah wakil-wakil pemerintahan dan para pegiat perdamaian dari organisasi masyarakat. Selain Menteri Agama, dari Indonesia hadir juga Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti dan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Marsudi Syuhud.
"Menag tidak mangkir dari undangan Pansus Angket Haji. Menag saat menerima undangan sedang berada di luar negeri untuk menjalankan tugas negara. Hal ini juga sudah dijelaskan Menag secara tertulis kepada Pansus Angket Haji DPR," kata Sunanto melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Cak Nanto, sapaan akrabnya menjelaskan Menag Yaqut tengah melakukan serangkaian kunjungan kerja ke sejumlah negara, diawali dengan kunjungan persiapan ibadah haji 2025 di Arab Saudi, serta kunjungan kerja sama jaminan produk halal sekaligus melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh untuk membahas akselerasi program sertifikasi halal di Italia.
Kini, sambungnya, Menag Yaqut atau yang akrab disapa Gus Men tengah melaksanakan amanat Presiden Joko Widodo untuk menghadiri Pertemuan Internasional untuk Perdamaian ke-38 di Prancis.
"Gus Men saat ini tengah Pertemuan Internasional untuk Perdamaian di Paris, Prancis," ujarnya.
Pertemuan tersebut berlangsung pada 22-24 September 2024, di mana Indonesia di undang langsung oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron. vDalam pertemuan ini, Menag Yaqut menyampaikan salam dari Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron.
"Presiden Macron menyambut salam dari Presiden Jokowi dengan gembira. Dia mengatakan bahwa dirinya dengan Presiden Jokowi bersahabat baik. Presiden Macron juga menyampaikan optimismenya bahwa Indonesia dan Prancis bisa saling menggali persamaan untuk berkontribusi pada perdamaian dunia," kata Menag Yaqut.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Men mengutip sejumlah pernyataan Presiden Macron, di mana agama memainkan peran penting dalam usaha rehumanisasi di tengah gejala dehumanisasi, khususnya melihat apa yang terjadi di Jalur Gaza.
"Membayangkan artinya menciptakan hal baru berdasarkan realita yang ada," kata Menag, mengutip pernyataan Presiden Macron.
Presiden Prancis, lanjut Gus Men, mengingatkan semua pihak harus menyadari kenyataan bahwa dunia menjadi tempat hidup bersama.
Baca juga: DPP PKB minta Menag urus Pansus Haji ketimbang muktamar ulang PKB
Baca juga: Pedoman pada pagu soal transfer nilai manfaat biaya haji
"Kita harus saling mengakui keberadaan sesama manusia serta menihilkan permusuhan," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, terdapat pula delapan panelis yang terdiri atas perwakilan umat di antaranya Islam, Yahudi, Katolik, Anglikan, serta pemerintah yang berbicara pada sesi pembuka menyampaikan pentingnya agama dalam mewujudkan perdamaian. Mereka juga sepakat bahwa agama dapat membangun jembatan dialog untuk saling mendengar dan memahami.
Sebagai informasi, pertemuan internasional bertajuk Imagine Peace itu dihadiri oleh ribuan peserta dari seluruh dunia. Mereka adalah wakil-wakil pemerintahan dan para pegiat perdamaian dari organisasi masyarakat. Selain Menteri Agama, dari Indonesia hadir juga Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti dan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Marsudi Syuhud.